Minggu, 16 Maret 2014

Manifestasi Kasih #2


"Tuhan setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin.." (Kata Zakheus dlm Luk 19:8).


Hanya ingin sedikit berbagi cerita kecil satu pagi di Minggu daerah Desa Putera Depok.

Setahun lalu, tepat di ulangtahun saya yang ke 27, saya berinisiatif untuk merayakan hari lahir saya dengan berdonasi ke panti asuhan. Yes i know its seems too late. 

Sebagai aktivis di SMA saya, sudah sering -sebenarnya- saya mengadakan bakti sosial. Baik bersama teman teman MUDIKA lingkungan ataupun di sekolahan.

Saya sangat bersemangat mengumpulkan teman teman untuk bersatu rasa berbela rasa membantu mereka adik adik kita di panti asuhan yang kurang beruntung.

Setamat SMA kegiatan sosial saya agak terhenti. Terlalu banyak hal yang menyita perhatian. Padatnya kegiatan kampus. Ditambah mulai menyanyi di luar kota (kami menyebutnya dengan longtrip). Susah bagi saya untuk melanjutkan karya yang nyata bagi sesama saya.

Oke. Saya memang mungkin mati rasa. Tdk ada rasa rindu menengok adik adik panti. Tdk ada rasa bergejolak menyisihkan rejeki untuk berdonasi.

Orientasi saya adalah bekerja untuk melanjutkan kuliah dan menolong finansial keluarga yang sedikit berantakan.

Tdk ada lain. 

Tapi ada perasaan aneh. Perasaan yang hampa. Entah ini apa namanya.

Dalam pencarian jati diri saya, saya menemukan banyak hal yang membuat saya semakin sadar. Bahwa benar selama ini saya telah banyak membuang waktu untuk tdk bersyukur dan banyak mengeluh. Sambat.

Setahun lalu akhirnya, saya memberanikan diri mengawali dari benar benar nol. Berawal dari sebuah lembaran tentang aksi sosial penggalangan dana yang diadakan oleh Perhimpunan St. Vincentius Jakarta. Saya mendapatkan selebaran itu pada suatu misa Minggu sore di Gereja St Kristoporus Grogol.

Tepat 18 Juli setahun lalu, saya berinisiatif menyumbang. Dan akhirnya rutin.  Puji Tuhan sampai bulan ini, rejeki selalu ada untuk kami sisihkan dan kami kembalikan kepada anak-anak Tuhan lainnya. 

Dalam 3 tahun saya pindah kostan 3 kali. (Mungkin iya, saya tdk pernah betah berada di satu tempat sama). Kostan saya selama 4 bulan ini ternyata sangat berdekatan dengan Panti Asuhan Pondok Si Boncel di bilangan daerah Srengseng Sawah. PA ini yang menjadi fokus saya dan cowok saya, Paijo, untuk mampu menyisihkan hasil pendapatan kami agar bisa disumbangkan kepada mereka adik-adik kecilku yang jauh dari kata beruntung:((

Kaget, senang dan terharu. Setiap saya transfer ke Yayasan, saya selalu mempunyai keinginan saya ingin melihat anak anak itu. Saya ingin belajar untuk lebih bersyukur dan bermurah hati.
Kostan saya terletak tak jauh dari panti. Minggu kmrn saya berani memberanikan diri mampir pondok dan apa yang saya rasakan? Lemes. 

Panti asuhan itu jauh seperti yang ada di penggambaran film film di televisi. Yang ini, Rapi, indah, hijau, dan ya pasti banyak anak anak usia 2-6 tahun yang tertawa sambil berlari lari sambil tetap menyungging mimpi. 

Itu adalah unit1. 

..gadis kecil ini menghampiri saya dalam lari kecilnya dan tatapan yang entahlah, lutut saya kemrotog saat dia bertanya,"mama?mama? Mama yaaa?"

 
Saya tahan rasa. Saya ngga boleh nangis. Saya niatan datang ke sini.
Anak kecil lainnya bertanya, "mamanya siapa?" Saya ngrasa habis darah:(
Saya berhenti. saya peluk mereka, dan manjanya mereka balik dan mengucapkan terimakasih.

Berjalan melewati setapak sisa kasih yang pernah ditinggalkan disini, sampailah saya di Unit 2. Untuk anak anak usia 1-2 tahun. 

Ada seorang anak, namanya Iman. Nama panjangnya Immanuel. Bocah Papua. Legam, keriting padat, pipi gembung, menggemaskan. Saat sy dtg, anak anak itu sedang dalam jam teh dan snack. lucu sekali ketika mereka sudah mendapatkan jatah snack masing masing, langsung tiduran ngepleh epleh di lantai. 
Iman, minta tidur di pangkuan saya. Manja ya Iman ya..



Saya tidak ingin pergi dari sana. Unit2. Namun saya ingin menyelesikan ke unit 3. Disini di unit 3, saya merasa hati saya terlalu sakit untuk tetap lama berada di situ. Trenyuh. Trataban.


Unit 3 adalah tempat merawat bayi bayi merah yang dititipkan oleh orangtua orangtua yang tidak berhati.

Rachel, bayi 2 bulan terlihat menangis dengan sangat kencang. Saya tak habis pikir mengapa bapak - ibunya tega menyerahkan darah dagingnya sendiri. Hewanpun tidak seperti itu.

Apa lagi yang mau saya ceritakan??

Saya malu, karena slm ini saya berdonasi dengan nominal yang sangat kecil. 

Malu:(

Mengapa tdk bisa lebih. 

Ah teman teman,
Ingatkah akan janda yang dipuji Tuhan Yesus, krn ia bersedekah dengan kekurangannya? 
Kenapa kita tidak bisa?
Atau mungkin kita memang belum mencoba untuk memulainya?
Atau kita terlalu kikir?
Atau juga mungkin saja kita yg sudah terbiasa hidup aphatis?
 
Mungkin? Mungkin? Mungkin terus.. Sampai kapan akan ada mata mungkin? 
Sampai kapan kamu meremehkan dirimu sendiri? 

Teman teman bagi yang berminat berdonasi boleh langsung di:

PA PONDOK SI BONCEL
Perhimpunan Vincentius Jakarta
Jl Desa Putra Gg Boncel 5 
RT 001/06 
Kel Srengseng Sawah




E-mail: pondokboncel@yahoo.com
Web: www.pondoksiboncel.com/vincentius.or.id

Jika ingin langsung berdonasi secara materi, monggo di:

BCA Cab Raden Saleh
A.N PA Pondok si Boncel

Apa yang kamu tunggu? Sangkakala ke tujuh? *RI*
 
 
 
 
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar