Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." Matius 18:22

Berkumpul bersamamu di bulan Juli 2013. Merayakan hari lahirmu dan hari lahirku yang berjarak satu hari saja. Butuh 28 tahun untuk Tuhan menjadikan jalan hidupku menjadi sempurna.
Bapak mungkin tak pernah tau betapa kami ingin memeluk raga yg kini mulai sayup itu. Cara Tuhan tak pernah sama.
Pun dg hubungan kami slm ini yg jauh dr rasa harmonis.
Tuhan mengulang kesempatan bagi mrk yg mau sabar menunggu. Kakak perempuanku menunggu. Namun tdk begitu dg ibuku. Dan aku? Aku ada di antara terlalu malas utk menunggu & terlalu rindu utk tdk mau menunggu.
Ah iya.
Km pasti susah untuk mengerti. Tapi tak akan aku paksakan kata kataku utk mampu kau pahami. Karena yang aku tau perasaan ini tak terbatas abjad dan verbal saja.
Bapak.
Aku tak sekalipun mampu paham akan jalan Tuhan. Entahlah.
Bapak membuat rahasia Tuhan semakin menjadi misteri dan terlalu ilahi. Bagaimana tidak. Dia tak pernah sekalipun melihat aku sebagai suatu yg riil. Atau mungkin begini. Aku tak pernah diadakan dalam hidupnya. -sepertinya-. Tapi aku merindukannya. Entah mengapa. Ah sudahlah. Masa lalu biar tetap menjadi masa yang sudah berlalu.
Sampai saat ini aku tak tau lagi secara pasti.
Tahun demi tahun. Cobaan dan cobaan. Mendewasakan dan kemudian melembutkan batu padas kecil di pesisir yang berombak keras.
Bapak, Tuhan mengaruniakan sakit. Tuhan ada untuk membawamu kembali ke rengkuhan rindu kami.
Sembuhlah. Kembalilah ke kami. Sekali lagi. Untuk melengkapi. Dan menggenapi kisah hidup kami dan anak cucuku nanti.
Ini tulisan si ragil. Masih rindu dan menggigil. Tanpa figur bapak, individu akan menjadi kerdil.
Talitakum bapak talitakumlah. Tuhan Yesus mencintaimu. Sama seperti kami. Mama? Tenang saja, pasti akan sebentar lagi.
Bapak, enggal dangan. *RI*
Depok, tengah Maret 2014
Kemo bapak yang ke enam di Jogja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar