Sebelum dia lebih diam dari batu pualam.. Sebuah catatan kecil.
***
Aku dan pacar, entah sudah berapa ratus orang yang mengatakan, kalau kami berdua adalah sama sama keras kepala, kaku. Kami berdua seperti batu padas. Sama sama keras yang akhirnya tak jarang kami saling menyakiti satu sama lain.
Berbenturan sedikit saja dan nyatalah perang dunia ke tiga.
Entahlah. Aku dan pacar sepertinya susah untuk disatukan.
Kami seperti tidak menemukan titik temu. Kami terlihat tidak kompak. Visi misi kami tidak sejalan. Selalu saja adu argumentasi. Bertengkar karena hal yang tidak penting. Idealisme jauh bertolak belakang. Selalu berbeda. Pendapat kami selalu jauh bertentangan.
Aku yang sering menuntut dan dia yang selalu diam. Cukup signifikan untuk merubuhkan sebuah hubungan.
Aku merasa hubungan ini selalu rawan untuk dipertahankan. Aku selalu merasa kami berdua layak mendapat yang lebih baik dari ini.
Akulah yang sering menyerah.
Aku mengaku bahwa aku juga harus bersyukur bahwa dia adalah orang yang keras. Kalau bukan dia, mungkin hubungan ini tidak akan lama bertahan.
Kalau bukan dia, mungkin saja aku sudah berganti-ganti pacar karena tidak ada yang tahan dengan sifatku yang keras dan kaku ini.
Tuhan memang maha aneh.
Aku tak diberikanNya laki laki yang lembut dan pengertian. Malahan, aku diberikanNya laki laki yang keras bagai batu. Laki laki yang sama persis dengan sifatku.
Aku sadar aku tak bisa terus terusan bertahan dengan ego yang besar dan tak tertahankan. Aku sadar aku terlampau mengasihinya sehingga aku tak mau lagi tega menyakitinya.
Aku mau berubah lebih lembut untuknya untuk kami berdua. Tapi darimana ya? Bisakah? Bukankah kematangan seseorang persis di usia 27. Setelahnya tak ada lagi sifat yang mampu diubah? Apakah benar kata orang Jawa "nek watuk iso ditambani, nek watak digawa mati" (kalau batuk bisa disembuhkan, tapi kalau sifat dibawa sampai mati)? Benarkah aku sungguh tak bisa diubah?
- Sungguh, terserah dia mau berubah atau tidak. Aku tak lagi frontal memintanya untuk berubah. Aku tak mau dia berubah menjadi orang yang terpaksa berubah. Sama seperti Santa Monica yang membawa pergumulannya dalam doa untuk suami dan St. Agustinus, anaknya. Oh iya nama depan pacarku juga sama dengan putra St. Monica yg bengal dan bebal itu. Agustinus LJ. Apa benar mereka yg bernama Agustinus selalu berkarakter keras kepala dan dingin ya? Ah Santa Monica, bantu aku.. -
Permenungan ini aku bawa dalam doa. Aku tau apa yang diberikan oleh Tuhan adalah paling baik. Tidak ada yang tak bisa diselesaikan di dalam nama Tuhan. Laki laki ini adalah yang paling baik yang ditawarkan Tuhan untuk hidupku.
Aku ingin berubah lebih lembut dalam mengasihinya sebelum dia lebih diam dari batu pualam. *RI*
-menuju tahun ketiga bersamanya-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar