Minggu, 17 Juli 2016

Telung Puluh Siji

Ganjil sudah sang usia. Telung puluh siji. Tak kureka resolusi. Tak kususun doa bagi mimpi mimpi. Tak ada celah untuk untaian ucap harap dan permohonan.

Semua mengalir terimakasih dan terimakasih. TERIMAKASIH. Seratus terimakasih tak kan cukup mewakili. Seribu telud rasanya tak pernah cukup. Sejuta syukurku seperti masih kurang. Hanya terimakasih dan terimakasih.

Terimakasih Tuhan. Kau beri penyertaan. Kau lengkapi aku dengan kekuatan. Kau beri aku kesabaran. Kau tempa aku dengan keikhlasan. Kau ganti kegagalanku dengan semangat yang tak pernah akan padam. Kau lihat tiap tiap putus asaku dan segala kekecewaanku dengan kasih sayang. Kau rubah itu semua menjadi sebuah kisah hidup yang kelak tak terbantahkan. Oh ya benar sekali, saya sedang menulis sejarah. Sebuah kisah dengan tinta emas dan senyuman.

Terimakasih Tuhan atas segala yang indah. Keringat itu, air mata itu, rasa kecewa dan ratusan kegagalan itu, semuanya indah. Indah sekali.

Telung puluh siji. Urip kudu mawas diri.

Yang lain mungkin saja bisa dengan mudah mendapat apa yg ia mau. Yang lain mungkin saja bisa dengan cepat menggapai apa yg ia cita citakan. Yang lain mungkin saja bisa dengan cepat begini begitu dan sebagainya. Aku berbeda. Karna aku istimewa. KasihMu luar biasa. Itu aku percaya. Aku berbeda dengan yang lainnya. Untuk mendapatkan yg aku inginkan, aku harus dengan segenap tenaga meraihnya. Itupun masih saja sering lusut. Tak apa. Tak masalah dengan semuanya. Aku masih berdiri, dengan semangat yang tinggi, mendapatkan semua mimpi mimpi. Tak apa. Tak apa. Santai saja. Semua ada masanya. Katanya, tak ada hasil yang mengkhianati usaha. Katanya. Namun toh aku percaya. 

Telung puluh siji. Urip ra perlu nganggo iri dengki.

Tak perlu iri dengan kanan kiri. Fokus dengan yang di depan. Konsentrasi dan siaga dengan apa yang dicita citakan. Seperti mau perang, utk membobol gerbang mimpi, amunisi harus dilengkapi. Usaha kuat, semangat, doa mengikat. Dan lihat, ada pelangi menanti. Setelah hujan badai bahkan. Ada pelangi. Tunggu saja nanti. Dia datang sendiri. Sembari menanti jangan lupa tetap gigih mengejar mimpi. Munggah munggah munggah. Berkah berkah berkah.

Telung puluh siji. Urip kui kudu ngati ati.

Biar lambat asal selamat. Tak apa aku tak berada di point itu sekarang. Tak mengapa. Tuhan menopang. Tak apa aku tak berada di posisi itu sekarang. Tak mengapa. Tuhan menyertai perjuanganku. Biarlah prosesku sepelan keong sawah, namun indahnya kekal mengabadi sampai nanti aku mati.

Ah, telung puluh siji. Kathah berkah saha bingah saking Gusti.

*RI*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar