Pecel. Tetep semangat nadyan awak lungkrah lan kesel. Oh iya dong, apapun yang terjadi toh kita harus tetap bersemangat. Unknown berkata, "never quit before try". Setuju. Kalo belum mencoba, untuk apa menyerah? Kamu tak selemah itu. Yang percaya katakan, iya saya tak selemah itu.
Contohlah filosofi bumbu kacang. Untuk menjadi sebuah bumbu kacang, ada berapa banyak biji kacang tanah yang tergerus munthu? Diuleg, ditumbuk, diplithes plithes, sampai benar benar halus dan tak bersisa. Apa perasaan si kacang tanah? Apakah kita sempat berpikir tentang mereka yang rela menjadi semangkuk sambel kacang yang enak menemani menu makan kita? Coba bayangkanlah, kacang tanah itu tak mengeluh walau dideplok sedemikian hebatnya. Mereka ikhlas saja. Dimakan lawaran pake garam ya monggo, diuleg buat jadi sambel rujak ya monggo, jadi sambel pecel ya monggo. Bebas. Krn kacang tanah percaya walau kecil mereka banyak gunanya. Kacang tanah percaya Tuhan tak pernah salah dalam menciptakan sesuatu. Kacang tanah rela digilas munthu berkali kali karna dia tau dia akan menjadi sesuatu yg lebih enak lagi. Nggak diuleg aja enak, apalagi diuleg. Gitu mungkin. Jadi, dia tenang aja.
Demikian kita, sekecil apapun kita di mata mereka, kita berguna. Tak masalah jika saat ini perjuangan seperti tak ada habisnya. Rencana Tuhan tak pernah gagal. Mungkin kita harus diuleg dulu. Dideplok. Ditumbuk. Diproses. Proses orang satu dan yang lain berbeda beda. Dan nikmati saja. Rencana Tuhan tak pernah meleset. Ikhlas. Percayalah, ada sambel kacang yang enak setelah proses pengulegan.
Ini juga yang membuat saya doyan banget sama yang namanya sambel kacang. Pecel, somay, toprak, dan semua yang ada sambel kacangnya. Teramat doyan. Seperti kesetanan. Kalau makan tak berkesudahan.
Namun saya tak memandang si kacang tanah. Saya melihat dr tangan tangan yang mengulegnya. Dipikir nggak capek pekerjaan nguleg itu. Mending yang dipegang lembut dan empuk. Ini munthu. Batu, atos. Keras. Betapa kerennya jiwa para penguleg. Mereka tak kenal capek nguleg kacang tanah. Karena lagi lagi mereka tau, ada sambel kacang yang enak setelah proses pengulegan.
...
Sebagai kaum marjinal, hendaknya kita selalu berfilosofi tentang apa apa hingga apa apa itu ada artinya. Agar kita disebut yang berbahagia. Biasakanlah untuk mengartikan apa apa. Walau mungkin apa apa itu tak begitu penting. Tapi sungguhkah tak ada yg penting dalam hidupmu?
Apa apa itu apa? Apa saja. Tentang kamu, tentang hidupmu.
Cibubur 18 Juli 2016, mendung diam diam merayap.
*RI*
Pf. Itu mendung apa cicak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar