Senin, 18 Juli 2016

Nguleg Sambel Pecel

Pecel. Tetep semangat nadyan awak lungkrah lan kesel. Oh iya dong, apapun yang terjadi toh kita harus tetap bersemangat. Unknown berkata, "never quit before try". Setuju. Kalo belum mencoba, untuk apa menyerah? Kamu tak selemah itu. Yang percaya katakan, iya saya tak selemah itu.

Contohlah filosofi bumbu kacang. Untuk menjadi sebuah bumbu kacang, ada berapa banyak biji kacang tanah yang tergerus munthu? Diuleg, ditumbuk, diplithes plithes, sampai benar benar halus dan tak bersisa. Apa perasaan si kacang tanah? Apakah kita sempat berpikir tentang mereka yang rela menjadi semangkuk sambel kacang yang enak menemani menu makan kita? Coba bayangkanlah, kacang tanah itu tak mengeluh walau dideplok sedemikian hebatnya. Mereka ikhlas saja. Dimakan lawaran pake garam ya monggo, diuleg buat jadi sambel rujak ya monggo, jadi sambel pecel ya monggo. Bebas. Krn kacang tanah percaya walau kecil mereka banyak gunanya. Kacang tanah percaya Tuhan tak pernah salah dalam menciptakan sesuatu. Kacang tanah rela digilas munthu berkali kali karna dia tau dia akan menjadi sesuatu yg lebih enak lagi. Nggak diuleg aja enak, apalagi diuleg. Gitu mungkin. Jadi, dia tenang aja. 

Demikian kita, sekecil apapun kita di mata mereka, kita berguna. Tak masalah jika saat ini perjuangan seperti tak ada habisnya. Rencana Tuhan tak pernah gagal. Mungkin kita harus diuleg dulu. Dideplok. Ditumbuk. Diproses. Proses orang satu dan yang lain berbeda beda. Dan nikmati saja. Rencana Tuhan tak pernah meleset. Ikhlas. Percayalah, ada sambel kacang yang enak setelah proses pengulegan.

Ini juga yang membuat saya doyan banget sama yang namanya sambel kacang. Pecel, somay, toprak, dan semua yang ada sambel kacangnya. Teramat doyan. Seperti kesetanan. Kalau makan tak berkesudahan. 

Namun saya tak memandang si kacang tanah. Saya melihat dr tangan tangan yang mengulegnya. Dipikir nggak capek pekerjaan nguleg itu. Mending yang dipegang lembut dan empuk. Ini munthu. Batu, atos. Keras. Betapa kerennya jiwa para penguleg. Mereka tak kenal capek nguleg kacang tanah. Karena lagi lagi mereka tau, ada sambel kacang yang enak setelah proses pengulegan.

...

Sebagai kaum marjinal, hendaknya kita selalu berfilosofi tentang apa apa hingga apa apa itu ada artinya. Agar kita disebut yang berbahagia. Biasakanlah untuk mengartikan apa apa. Walau mungkin apa apa itu tak begitu penting. Tapi sungguhkah tak ada yg penting dalam hidupmu?

Apa apa itu apa? Apa saja. Tentang kamu, tentang hidupmu. 



Cibubur 18 Juli 2016, mendung diam diam merayap.

*RI*


Pf. Itu mendung apa cicak?

Minggu, 17 Juli 2016

Telung Puluh Siji

Ganjil sudah sang usia. Telung puluh siji. Tak kureka resolusi. Tak kususun doa bagi mimpi mimpi. Tak ada celah untuk untaian ucap harap dan permohonan.

Semua mengalir terimakasih dan terimakasih. TERIMAKASIH. Seratus terimakasih tak kan cukup mewakili. Seribu telud rasanya tak pernah cukup. Sejuta syukurku seperti masih kurang. Hanya terimakasih dan terimakasih.

Terimakasih Tuhan. Kau beri penyertaan. Kau lengkapi aku dengan kekuatan. Kau beri aku kesabaran. Kau tempa aku dengan keikhlasan. Kau ganti kegagalanku dengan semangat yang tak pernah akan padam. Kau lihat tiap tiap putus asaku dan segala kekecewaanku dengan kasih sayang. Kau rubah itu semua menjadi sebuah kisah hidup yang kelak tak terbantahkan. Oh ya benar sekali, saya sedang menulis sejarah. Sebuah kisah dengan tinta emas dan senyuman.

Terimakasih Tuhan atas segala yang indah. Keringat itu, air mata itu, rasa kecewa dan ratusan kegagalan itu, semuanya indah. Indah sekali.

Telung puluh siji. Urip kudu mawas diri.

Yang lain mungkin saja bisa dengan mudah mendapat apa yg ia mau. Yang lain mungkin saja bisa dengan cepat menggapai apa yg ia cita citakan. Yang lain mungkin saja bisa dengan cepat begini begitu dan sebagainya. Aku berbeda. Karna aku istimewa. KasihMu luar biasa. Itu aku percaya. Aku berbeda dengan yang lainnya. Untuk mendapatkan yg aku inginkan, aku harus dengan segenap tenaga meraihnya. Itupun masih saja sering lusut. Tak apa. Tak masalah dengan semuanya. Aku masih berdiri, dengan semangat yang tinggi, mendapatkan semua mimpi mimpi. Tak apa. Tak apa. Santai saja. Semua ada masanya. Katanya, tak ada hasil yang mengkhianati usaha. Katanya. Namun toh aku percaya. 

Telung puluh siji. Urip ra perlu nganggo iri dengki.

Tak perlu iri dengan kanan kiri. Fokus dengan yang di depan. Konsentrasi dan siaga dengan apa yang dicita citakan. Seperti mau perang, utk membobol gerbang mimpi, amunisi harus dilengkapi. Usaha kuat, semangat, doa mengikat. Dan lihat, ada pelangi menanti. Setelah hujan badai bahkan. Ada pelangi. Tunggu saja nanti. Dia datang sendiri. Sembari menanti jangan lupa tetap gigih mengejar mimpi. Munggah munggah munggah. Berkah berkah berkah.

Telung puluh siji. Urip kui kudu ngati ati.

Biar lambat asal selamat. Tak apa aku tak berada di point itu sekarang. Tak mengapa. Tuhan menopang. Tak apa aku tak berada di posisi itu sekarang. Tak mengapa. Tuhan menyertai perjuanganku. Biarlah prosesku sepelan keong sawah, namun indahnya kekal mengabadi sampai nanti aku mati.

Ah, telung puluh siji. Kathah berkah saha bingah saking Gusti.

*RI*

Jadilah Bahagia

Kelak kuajarkan pada anakku. Jadilah orang yg beruntung.

Orang beruntung mengalahkan segalanya. Orang cerdas kalah dengan orang yg beruntung. Orang yang tampan cantik kalah dengan orang yang beruntung. Orang yang kuat kalah dengan orang yang beruntung.

Cari saja contohnya sendiri. Batere hape hampir habis. Kebalikan dengan semangat hidup. Yang masih muncup muncup. Yang masih kemepul. Jos mentul mentul.

Namun, kelak kuajarkan pada anakku. Diatas orang beruntung, ada lagi yang lebih menangan. Yaitu orang yg berbahagia.

Jadi, kelak jadilah orang yang berbahagia.

Itu saja. Jangan muluk muluk.
Berbahagialah.

Cukup untuk menikmati hidup. Cukup untuk memenangkan hidup.

Cikarang, penghujung 30
*RI*


Martinus Cavin dengan hasil lukisannya. 2013. Cikeas Cibubur. 

Sabtu, 16 Juli 2016

Dengan Bahagia

Aku ingin mengenangmu dengan bahagia
Dengan masa yang tanpa luka
Dengan ketika yang tanpa kecewa

Selamat ulang tahun, Bapakku

Biar kunyalakan lilin di atas kue untukmu
Biar kemudian kutiup sendiri
Biar kulayangkan segala harap
Seperti senja yang memekat
Doaku masih sama. Setia.
Tak berpindah tempat
Kuharap kau slalu bahagia

Selamat ulang tahun, Bapakku

Seperti halnya rindu. Doaku kuat dan menetap. Untukmu, Bapakku.

Maka, tidurlah.
Kudaraskan rosario untukmu
Kubacakan kisah Ayub untukmu
Kuharap kau slalu bahagia

Maka, tidurlah.
Lupakan masa lalu kita
Karna kuharap kau slalu bahagia
Karna aku ingin mengenangmu
Juga dengan bahagia

Sekali lagi
Selamat ulang tahun,
Bapakku

*RI*

17 Juli 2016. 62 tahunmu seharusnya. Namun kau memilih bahagia di sana.

Kamis, 24 Maret 2016

Hatur Terimakasih

Mas Joe. Suami saya yang  malam ini lebih memilih tidur di musholla kantin Living World Mall Alam Sutra. Tak bisa menikmati Paskah taun ini. Suamiku, aku mbrambangi untukmu.

Kami baru saja menambah kuantitas sound system kami. Pf, kuantitas yang pasti disertai kualitas ya. Yang pasti, kami menambah hutang lagi. Saat ini masuk tahun ke dua usaha sound system kami. Dengan semakin banyaknya orderan, semakin berat dan beragamnya alat sound kami, sayangnya dibarengi dengan kurangnya jumlah man power. Ya iyalah, kami anak baru di dunia sound system. Masih bau ingus. Hanya Tuhan saja yang mungkin terlalu berani mempercayakan kepesatan usaha ini kepada kami. Kamipun akhirnya ikut ikutan memberanikan diri menanggapi kehendak Tuhan yg ini.

Malam ini, harusnya kami tidur bersama. Di kasur yang enak. AC yang menyala dingin, di bawah selimut yang hangat. Entah hangat karna selimut atau karena kami berpelukan. Paginya bangun menikmati ibadah Jumat Adi. Tapi tidak utk tahun ini.

Suami saya tampaknya bekerja lebih luar biasa. Lebih keras. Saya menatapnya dari layar chat bbm kami.  Loading dr jam 9 malam. Setting dengan gelap gelapan karna lampu mall sudah dimatikan. Baru bisa kelar jam 5 pagi. Sekarang dia pamit tidur di musholla kantin. Jam 6 harus bangun lagi nyetting lagi. Karna listrik baru hidup jam segitu. Saya mbrambangi.

Saya bantu doa ya. Dari sini. Dari hati. Untukmu yang berjuang demi keluarga kecil ini.

Hard work will be paid off. Hard work never betray you. Hard work will be rewarded.

Matur nuwun mas Joe. TUHAN YESUS MENGASIHIMU. Aku juga.

*RI*

Puisi Malam Manusia Tak Tau Diri

Ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
Yesaya 53:5b

Tuhan mana yang seperti Engkau
Dihina dan disiksa
Disalib dan didera
Merendahkan diri
Bagi kami
Manusia tak tau diri

Tuhan mana yang seperti Engkau
Dimahkotai duri
JubahMu diundi
Dihina diteriaki sampai mati
Menebus dosa kami
Manusia tak tau diri

Tuhan mana yang seperti Engkau
Mati matian sendiri
Menanggung lara pilu dan malu
Ditelanjangi
Dilukai
Hanya untuk kami
Manusia tak tau diri

Tuhan mana yang seperti Engkau
Tak ada lagi
Kasih yang tulus hati
Kasih yang mengorbankan diri
Kasih yang total hingga mati
Bagi kami kami
Manusia tak tau diri

Tuhan mana yang seperti Engkau
Tak ada lagi
Tersisa kini
Kenangan memori
Mengenang kasih dan sengsara sejati
Penebusan yang ilahi
Untuk kami
Lagi lagi manusia yang tak tau diri

Tuhan mana yang seperti Engkau
Kini kami sembah sujud
Menangis dalam telud
Bersyukur masih dikaruniai hidup
Semoga tak lagi menjadi
Manusia tak tau diri..

Cibubur, Jumat Agung 2016
Maret,
Manusia tak tau diri *RI*

Mengenang

Setahun lebih sebulan pernikahan. Tak kunjung ada tanda didatangkan, tak kunjung ada kabar disegerakan.

Tuhan tak kunjung mempercayai saya sebagai seorang ibu.

Mungkin.

Sekarang saya tak lagi begitu memperhatikan. Waktu saya habis dilalap pekerjaan dan hutang. Hutang untuk memperbesar usaha. Saya dan suami sedang semangat sekali bekerja. Beruntunglah saya, pikiran nyaru. Nyamar. Tak lagi berkutat memikirkan kapan saya hamil.

Ya memang tidak selalu. Seperti saat ini. Saya ingat kembali karena tautan postingan facebook setahun lalu.

Saya tertawa dengan tak sadar air mata menggumpal di ujung ujung mata. Bohong saya tak ingin hamil. Bohong saya lupa rasanya ingin hamil. Bohong.

Namun, terjadilah padaku sesuai apa yang Kau kehendaki. Tuhan, hidup ini Kau yang rancang. Tepat atau tidaknya waktu, tergantung kehendakMu.

Saat ini saya hanya hendak bersyukur. Saat ini walau kehidupan tak begitu bersahabat, namun doa sungguh menguatkan. Jika bukan karena doa, entah jadi apa saya belakangan ini.

Doa kuat, semangat kuat. Tak henti hentinya saya percaya, bahwa semua ada masanya. Nak lanang atau wedok apapun itu, ah sabar ya..

Tuhan, tetaplah bersama saya.

*RI*

Kamis Putih 2016 dan Bapak

Saya masih ingat benar. Tiap Kamis Putih, bapak selalu menjadi salah satu dari 12 wakil umat kakinya dibasuh dan dicium oleh Romo. Presentasi 12 rasul dalam perjamuan terakhir Yesus bersama 12 murid.

Berbaju putih, bercelana hitam. Wajah berseri seri. "Kakiku mau diwijiki romo. Abis itu dicium" Bahagia sekali pokoknya. Ia tak dilahirkan serta merta menjadi seorang Katholik. Dulu bapak muslim. Lupa tepatnya, saat saya SMP, bapak dibabtis. Ia mengambil nama Vincentius sbg nama santo pelindungnya. Saya, Vincentia.

Saat Kamis Putih, kami tak pernah duduk berdampingan layaknya satu keluarga utuh. Dia selalu di kursi paling depan bersama 11 bapak yg lain yg ditunjuk sbg wakil umat.

(Tidak jejer dengannya waktu itu merupakan kelegaan tersendiri bagi saya. Dan penyesalan sungguh datang terlambat)

Saya kadang melihatnya dr barisan bangku belakang atau dr layar di luar prosesi pembasuhan kaki.

Bapak saya selalu samar. Ia berkulit gelap, badan sedikit kecil. Satu yg tak bisa samar. Senyum itu. Bahagia sekali bapak. Saya tau. Bagaimana tidak. Misa jam 6. Jam 4 beliau sudah wangi, rapi dan ngoyak ngoyak yg lain utk berangkat.

(Wangi, itu jarang terjadi untuknya)

Bapak. Kamis Putih 2016. Tak ada lagi dia yang semangat ke gereja karena mau diwijiki romo. Saya percaya pak, di Surga nun jauh di sana, kakimu juga sedang diwijiki. Sedang sangat bahagia. Jauh lebih bahagia dari saat bapak di sini.

Tak ada bapak. Saya berduka. Rindu seperti tak ada habisnya. Rindu menggila. Tak pernah saya bisa menyangka bahwa rindu bisa semenggila ini. Tak pernah saya mengira, saya bisa juga lho rindu sama bapak. Rindu sama dia yg dulu sy ogah banget jejeran di gereja atau di mana saja.

Rindu membolak balikkan rasa.

Rindu itu gila.

*RI*

Jumat, 05 Februari 2016

Bahasa Jawa Kok Dilawan

Share dr postingan teman. Nice. Senyum dulu dong..

BOSO JOWO KOK DILAWAN !

Ada orang bule Australia datang ke pondok pesantren, dan bertanya kepada Kyai.

Bule : "Kenapa kyai kalau mengajar, kitabnya masih menggunakan bahasa jawa? Di zaman globalisasi ini kenapa tidak ditingkatkan dengan menggunakan bahasa inggris?"

Kyai : "Karena kalau diajarkan dalam bahasa inggris, tidak akan mampu menafsirkan semua kosakata dalam AlQur’an maupun hadits, lha bahasa inggris itu sangat sederhana. Bahasa jawa itu bahasa yang sangat kayadan sangat kompleks."

Rupanya si bule tadi merasa tersinggung mendengar penjelasan sang kyai yang mengatakan bahasa Inggris tidak mampu menafsirkan, dan kalah dengan bahasa jawa.

Bule : "Bagaimana anda bisa mengatakan bahasa jawa itu bahasa yang sangat kaya dan sangat kompleks, serta bisa menjadi bahasa pengetahuan? Padahal faktanya selama ini, bahasa Inggris lah yang paling kompleks!"

Kyai : "Tidak! Bahasa inggris itu memang sangat sangat sederhana. Saya kasih contoh, coba anda lihat! itu yang berwarna kuning keemasan yang ada di sawah. Orang inggris menyebutnya apa?"

Bule : "Rice!"

Kyai : "Orang disini. menyebutnya PARI atau PANTUN ( padi ). Padi itu kalau dipanen namanya GABAH, sedangkan inggris menyebutnya RICE. GABAH itu kalau diambil satu biji, namanya LAS, tapi orang inggris tetap menyebutnya RICE. GABAH kalau sudah terkelupas kulitnya, dinamakan WOS / BERAS, orang inggris tetap menyebut RICE. BERAS Padi kalau patah 2 atau 3, namanya MENIR, orang inggris tetap menyebutnya RICE. BERAS kalau sudah dimasak namanya SEGO atau SEKUL ( NASI ), orang inggris masih saja menyebutnya RICE. NASI kalau cuma 1 butir, namaya UPO, lagi-lagi orang inggris. menyebutnya RICE. NASI yang dimasak sedikit lebih lama, bagian bawahnya dinamakan INTIP atau KERAK, inggris masih menyebut RICE. NASI yang sudah kering namanya KARAK, inggris tetap menyebutnya RICE. Dari 1 kosakata saja, penafsiran namanya bisa bermacam-macam, sedangkan bahasa inggris tidak bisa menafsirkan tersebut. Apa bahasa jawa ini tidak lebih tinggi dan sangat sangat kompleks dibandingkan bahasa inggris yang sederhana tersebut?...

Si Bule : iyeesss ...yess...yess....!!!

Jumat, 29 Januari 2016

Senyum Dulu Donk

Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi  saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. (Matius 17:20)

Pegang cita citamu. Imani. Perjuangkan. Kesuksesan akan mengikutimu. Jika jalan yg ditempuh terjal berbatu, lewati dg tambeng. Jika masih ngga nemu jalannya, buat jalan sendiri. Hidup sudah susah, bikin simple. Fight 💪💪

Senyum dulu donk 😁😁

*RI*

Bangkit Seperti Lazarus

Dari 2003 rajin ikutan audisi. Apa aja saya ikutin. Dan, ngga pernah lolos *bangga*. Sampai akhirnya, Tuhan memberi kesempatan di 2013. Lolos The Voice Indonesia. Bahagianya kayak apaan tauk. Inget bgt, kemudian sy dieliminasi tgl 13 Mei (pas Mandut ulangtahun). Posisi terakhir 4 besar tim Sherina. Sy berpikir habis  ini mau ngapain lagi. Desperate. Tuhan berpikir lain. Spt Lazarus, sy dibangkitkan. Bkn dr kematian tp dr keterpurukan, keputusasaan.

By the way, percayalah. Saat pintu yg satu ditutup, maka Tuhan sudah menyediakan banyak pintu yg lain untukmu.

Jadi, jika hari ini kau alami penolakan dan kegagalan; Jgn takut, Tuhan bersamamu.  Selamat pagi, Tuhan Yesus memberkati. 😊😊😊

Rabu, 13 Januari 2016

Saat Sedang Rindu

Rindu kadang menggila tak pada tempatnya. Karna rindu, berbagai macam untaian kenangan kembali mencuat. Karna rindu, kenangan menjadi semakin menjadi jadi. Bermunculan kembali.

Rindu ini milik siapa?

Percuma rindu jika kemudian kita tak bisa menatap dia yang kita rindu.

Saya rindu sekali. Sedang amat rindu. Kepadanya, dia yang KAU panggil 5 bulan lalu.

Halo Kukum. Doa doa untukmu tak ada henti, tak ada spasi.

I miss you. *RI*

Catatan Menjelang Pagi

Betapa saya menangis saat membaca postingan saya di blog ini mengenai keinginan saya utk mempunyai anak. Saya sedih, tak terbayangkan. Bulan depan, setahun pernikahan. Usia yang muda dan lumrah saja jika pasutri memutuskan utk menunda momongan. Tapi saya dan suami tak mau menunda. Ayo Tuhan, beri kami putra. Demikian mungkin saya tak bisa menahan rasa ingin saya yang hari demi hari semakin menggila.

Mereka di luar sana bilang, sudah tunggu saja nanti juga diberi. Atau ada juga yang berkata, ah kalian masih muda kan sekarang bisa dipuas puasin dulu pacarannya.

Ah, mereka tak tau.

Saya berburu dengan waktu.

Saya bermimpi, anak saya bisa paling tak mengenal dan merasakan ditimang simbahnya, buyutnya bahkan. Dan lewat satu. Bapak saya sudah pergi duluan. Simbah saya dari ibu masih sehat, sedang simbah dari bapak sudah lama perginya. Ah, Tuhan tak di pihakku; kataku satu hari.

Saya bermimpi, anak saya besar dan menjadi sarjana. Setinggi tingginya. Saya yang akan mendampingi tiap wisudanya.

--Dalam hal ini, saya bersalah pada ibu saya. Dulu saya tak ingin wisuda, karna buang2 waktu dan tenaga. Ibu saya memaksa saya melihat saya memakai toga. Oke, saya tunaikan janji saya. Saya bertoga, diwisuda. Ibu saya melihat semuanya. Selesai itu, saya lempar berkas2 wisuda dan surat kelulusan dan saya berkata, itu yg mama mau. Saya menyesal. Saya tau kemudian hari, ia kecewa dan sedih. Saya kicep. Saya menyesal. Air mata tak akan bisa mewakili maaf dan penyesalan saya. Saya minta maaf. Sungguh. Ngapunten dalem. --

Setelah wisuda, ingin saya menyaksikan hari indahnya. Dimintai restu utk memberkati pernikahannya.

Ah jauh sudah imajinasi ini melayang terbang tak karuan.

Di lain hal, saya hanya ingin punya anak. Secepatnya.

Dan Tuhan tak berikan saat ini. Entah.

Mungkin Tuhan sengaja tak memberikannya saat ini agar saya dan suami benar benar dewasa dalam berumah tangga dulu.

Ya kali.

Mereka yang masih SMA, nyolong2 pacaran, free sex, malah dibuat cepat hamil. Sedang saya, sudah sah di mata hukum dan agama, tapi masih menunggu.

Banyak yang berantonim. Berlawanan.

Saat kita sangat ingin, ditangguhkan keinginan kita dikabulkan Tuhan. Saat kita tak ingin, malah kita diberi.

Mulai sekarang, keinginan saya punya anak saya kurangi pelan pelan, sedikit sedikit. Bukan untuk nglimpe Tuhan. Tapi untuk saya, yang tersiksa atas keinginan yg membabi buta.

-Tuhan tak bisa dilimpe-

Tuhan, kami percaya. Saat itu akan datang. Kami percaya. Kami tetap menunggu, tak segila dahulu. Jika datang cepat, syukur. Jika tak, tetap syukur. Tak ada jalanMu yg salah. Kami percaya.

*RI*

Mimpi Adalah Energi

Menginjak bulan satu. Tanggal 11 di tahun 2016. Indosiar berulang tahun. Saya diikutsertakan menjadi pengisi acara. Salah satu dari sekian banyak artisnya.

Menjadi pengisi acara opening untuk rangkaian program ulangtahunnya yang ke 21. Saya tak hanya sebulan dua bulan di sini. 3 tahun saya di sini. Menginjakkan kaki di sini, membawa dan meletakkan seluruh mimoi dan harapan besar saya. Banyak ajang saya lalui. Tak satu dua. Tiga. Jatuh bangun. Naik turun. Saya sudah rasa. Semua tanpa jeda.

Tuhan luar biasa. Jika dulu saya sebatas peserta audisi dengan berjuta mimpi, sekarang saya jadi salah satu pengisi acaranya. Memang mimpi mimpi itu terasa masih jauh, namun saya percaya pada hari ini saya lebih dekat ke mimpi itu dibanding hari kemarin. Ya dong. Jelaslah Tuhan tak tinggal diam.

Ini belum apa apa. Saya bersumpah pada diri saya. Ada beberapa anak tangga lagi. Untuk mencapai ke tujuan, saya percaya Tuhan membantu saya. Walau jalan mendaki, terjal, berbatu, saya pasti dimampukan. Ini mimpi saya. Saya takkan menyerah karenaNya.

Mimpi adalah energi.

Di studio ini 3 kali saya berjuang. The Voice Indonesia 2013, Comedy Academy 2014, dan Bintang Pantura 2015. Saya masih di sini, dan saya tak akan berhenti.

Mimpi adalah energi.

*RI*

Jumat, 01 Januari 2016

2016

2015 sudah habis masa berlakunya. Sekaranb mulai lagi dari tanggal 1 Januari. 2016.

Manusiawi. Normal ketika kita berpikir cemas ada apa kira kira di tahun ini. Masihkah ada kesulitan di 2015 yang diperpanjang. Apakah ada peluang emas dan kesempatan kesempatan baru lagi di tahun ini. Banyak   kecemasan. Imbang dengan banyaknya harapan.

Tak usah cemas. Khawatir terhadap masa depan sangat dibenci Tuhan. Tuhan sudah mempersiapkan banyak hal. Bagus bagus. Indah indah. Sempurna.

Dengan khawatir, dengan cemas, kita mendiskreditkan kuasa Tuhan dlm hidup kita.

Percaya saja. Tetap melangkah.

Kalaupun ada gronjalan pastikan itu pelajaran.

Bertolak lagi ke belakang. Best day of 2015. Best day of my life. I marry you, mas Joe.

2015 sempurna dengan ketidaksempurnaannya.

Thank God. 2016, i'm ready 😀😀

*RI*