Rabu, 19 Agustus 2015

Doa dan Doa

Kepergianmu sempurna. Doa doa yg membuatnya sempurna. Doa doa tak berakhir sampai di sini pak. Mungkin di dunia tak terlalu lama aku mengenal dan mengasihimu, namun bapak yg menjadi ujub ujub utama doa doa saya. Dari sakitmu. Sampai pergimu. Lebih besar lagi niatku mengingatmu dlm tiap doaku.

Bapak. Semesta mengantarmu. Kondisi terakhirmu bagus sekali pak. Terlihat segar. Layaknya sedang tidur setelah melahap 14 sendok jus alpukatmu. Angler.

Bapak. Maaf tak terlalu lama kita saling mengasihi. Maaf tentang itu. Tapi tak mungkin kita bisa terus stuck di masa masa yang tak mengenakkan itu. Tetap berjalan. Tetap melangkah. Mau apa juga ayolah. Doa untukmu mengaliri hari hari. Dari hati menyebar ke nadi. Doa doa doa. Bahagialah di sana. Merdekalah dengan mulia. Cinta kami tak pernah pergi. Menetap selamanya di sini.

Apa yang membuat kehidupan begitu berharga? Ialah kematian.

*RI*

Sugeng Sare, Bapak

Belum terlalu kuat untuk menceritakan detail kisahku di akhir masa perjuangan bapak melawan kankernya. Belum. Terlampau sedih. Bapak. Maturnuwun atas kesempatan merawat dan menjagamu di tiga hari terakhirmu. Bapak. Terimakasih atas segala yg kini hanya bisa terucap lewat doa. Bapak. Mungkin di dunia, kita sudah terlambat. Atau mungkin kitanya saja yg melambat. Yang pasti, bapak, terimakasih pak. Tiga hari yg indah.

Rest in peace. Bpk V Wisnugroho. 17 Juli 1954 - 17 Agustus 2015. Pukul 17.

Sugeng sare.

Selasa, 11 Agustus 2015

Kisah Awal Narvastu Kami

Narvastu Sound System. Setahun berjalan. Bisnis baru saya dan suami.

Daripada pasang lebih banyak surutnya. Menjalankan bisnis tak semudah yang kami bayangkan. Modal dapat dari hadiah kami mengikuti acara lomba lomba di televisi. Modal awal untuk membeli sound 1000 watt komplit. September upgrade lagi menjadi 3000 watt. Baru akhir bulan Oktober kemarin upgrade lagi menjadi 7000 watt.

Yang terakhir kami mendapat pinjaman modal. Kalau tak berani hutang, usaha kami lama berkembang.

Saya dan suami bahu membahu dalam bisnis ini. Segalanya kami curahkan. Ya uang ya waktu ya tenaga. Bagaimana caranya agar usaha ini bisa maju, bisa menjadi saluran berkat yang tak hanya untuk kami tapi untuk mereka yang ada di dekat kami. Keluarga, teman, dan lainnya.

Kadang kami stuck. Seperti bulan Juli kemarin. Satupun tak ada orderan masuk. Ulangtahun ke 30 dibuka dengan amat pahit. Kami deleg deleg. Tuhan maunya apa sama kami. Bagaimana mungkin tak ada orderan masuk sedang cicilan kami tak bisa menunggu.

Cincin kawin kami gadai. Cincin yang baru sempat kami pakai selama 5 bulanan. Digadai bersama kalung dan anting hadiah pernikahan dari kakak. Maaf saya gadai dulu. Menangis dan menyesalkan apa yang terjadi tak mengubah keadaan menjadi lebih baik. Harus ada tindakan. Pegadaian.

Masuk bulan September orderan mulai rame, sampai saat ini. Orderan datang dan pergi. Banyak yang mulai tanya tanya. Banyak yang mulai jadi langganan.

Sound kami bisa dipecah menjadi 3 set sekarang. Bisa dikaryakan semuanya.

Belum balik modal hingga sekarang. Tapi kami percaya, semua akan indah pada waktunya.

Doa doa semoga usaha ini tak hanya menjadi berkat bagi kami,  tapi bagi banyak orang di sekitar kami. Kami bekerja untuk melayani Tuhan menyediakan sound bagi siapa saja yg butuh. Kami melayani dg segenap hati.

Job saya sebagai penyanyi? Ah Tuhan pasti siapkan waktu yang tepat bagi saya. Tuhan tau cita cita saya masih sama sejak saat saya kecil dulu. Menjadi penyanyi besar. Jalannya berliku, tapi yakin nanti sampai juga di lingkaran itu. Saya percaya. Saya tak takut.

Narvastu, berkembanglah. Majulah. Tambah laris. Tuhan memberkatimu.

Fight!

*RI*

Bapak

17 Juli kemarin, bapak merayakan ulangtahunnya ke 61. Senang kami bisa merayakannya bersama. Bapak terlihat lebih kurus. Sangat kurus malah. Setelah 18 kali kemo dan 25 kali sinar, entah sel kanker itu tiba tiba berpindah ke daerah perut.

Positive thinking. Bapak pasti sembuh. Bagaimana tidak. Kami mempunyai Tuhan yang hebat. Tuhan yang luar biasa. Keajaiban terjadi dimana mana. Kapan saja.

Bayangkan. Orang buta melihat. Orang tuli mendengar. Orang lumpuh mengangkat tilamnya dan berjalan. Oranv mati dibangkitkan.

Apa lagi?

Bapak saya pun pasti sehat.

Tuhan sedang mengasihinya. Memeluknya erat.

Ini hari ke lima untuk bapak diopname di RS Sardjito. Tubuhnya melemah. Tak ada asupan. Bagaimana mungkin bisa masuk, perutnya dipenuhi oleh cairan entahlah.

Saya tentu saja masih di Jakarta.

Putri macam apa saya.

Kerja seperti tak ada habisnya (dan tak kaya kaya). Jarang pulang Jogja. Kalau bapak dan mama tak ke Jakarta, mungkin kami juga tak bisa ketemu. Terlalu sekali ya saya.

Kali ini saya pulang. Saya pastikan pulang. Saya tak tahan untuk pulang.

Bapak, semangat pak. Kuat. Ada Tuhan Yesus. Ada juga saya, ragilmu.

Tuhan Yesus, saya titip bapak. Sebentar sampai Jumat.

*RI*