Sabtu, 25 April 2015

Ngomong ngomong tentang suami..

Berbicara tentang suami.

2 bulan pernikahan kami berjalan. Betapa aku tambah mengaguminya. Aku membiasakan diri dengan habitus hidupnya. Pun yang tak mengenakkan, aku membiasakan.

Aku berjuang untukmu yang lebih dulu berjuang untukku. Untuk kita.

Suami saya adalah orang yang tak pernah menyerah. Tak sekalipun. Saya belajar itu darinya.

Selama ini sering saya mudah menyerah. Mudah putus asa. Terlampau pesimis. Tapi dia selalu membuat saya bangkit lagi.

Saya berterimakasih kepadaMu Tuhan telah menjodohkan saya dengan laki laki ini.

Saya mengasihinya. Sungguh.

Dear suami, i love you to infinity n beyond.

*pf: Biar saja catatan ini terasa tak penting. Biar saja dia tak membaca ini. Biarkan saja seperti hati saya yang saya biarkan jatuh cinta sedalam dalamnya dengan orang ini. Biar.

*RI*

Sik Asyik

Terlampau lelah untuk mengalami kegagalan lagi. Terlampau capek untuk mencoba dari nol lagi.

Tapi kembali lagi, jika saja dengan mengeluh semua masalah bisa teratasi. Nyatanya toh tidak. Mengeluh itu diadakan utk mereka yg cengeng. Cengeng dan cemen. Berbatas sekat yg tipis. Setipis jiwa juangnya.

Saya yakin saya bukan orang yang cengeng. Saya bukan orang yang cemen. Saya bisa tetap menjadi apa saja yg saya mau walau gagal yang kayak gimana.

Saya ingat sekali pernah membaca sebuah tulisan yg menarik dan menguatkan. Begini:

Jangan iri akan rejeki orang lain, kamu tak pernah tau apa yang sudah mereka korbankan untuk itu.
Pun, jangan sedih akan cobaan yang sedang kau alami. Kau tak kan pernah tau apa yg akan kau dapatkan nanti. -NN-

Ah ya benar. Dunia saya asyik. Segala kegagalan yang telah saya alamilah yang menjadikan hidup saya menjadi asyik.


*RI*

Jumat, 03 April 2015

Aku Bersaksi...

Kadang kita mendengar begitu banyak kesaksian. Kesaksian ttg betapa baiknya Tuhan. Kesaksian atas kuasa penyembuhan. Kesaksian atas topangan pada hidup yang dirasa berat. Dan banyak lagi.

Sebenarnya mengapa kita perlu bersaksi?

Menurut opini awam saya. Begini.

Kebutuhan manusia adalah untuk didengar. Betapa kita merasa lega jika sudah mengungkapkan sesuatu yg mengganjal dalam hati. Curhat istilah remajawinya.

Bagaimana tidak, segala kepahitan yang tersimpan di hati kadang benar benar membuat ngap. Sesak. Harus ada ruang hampa untuk kita sendiri. Maka berceritalah kita kemudian. Sejenak kemudian rasa rasanya jadi plong. Lega.

Lebih lega lagi jika pendengar sungguh merespon curhatan kita. Minimal menyimak. Menyimak berada di level yang lebih tinggi dari mendengar. Mendengar mungkin hanya sepintas saja. Menyimak ya pasti tak hanya sepintas trus berlalu.

Saat bersaksi, dituntut adanya keikhlasan. Ikhlas dalam berbagi cerita. Tak ada yang ditutupi. Jujur. Blaka. Terbuka. Jika tidak demikian untuk apa maju memberi kesaksian.

Berbagi cerita. Berbagi kepahitan. Bertujuan agar kepahitan itu terlepas satu demi satu.

Saat kita membuka diri, ada tangan Tuhan yang masuk dan berkarya.

Di situ Tuhan leluasa bekerja.

Tuhan ada bagi mereka yang membuka hatinya.

Buka hati dan persilahkan Tuhan masuk.

Tuhan hanya mengetuk. Knop pintu hanya terpasang di dalam hati kita. Dia tak bisa membuka pintu kalau kita tak membukanya lebih dahulu.

Bersaksilah sebab Tuhan baik.

Bersaksilah bahwa kita memiliki Tuhan yang ajaib.

Ya dong.

Bayangkan DIA menguatkan bapak mengatasi sinar radio theraphy selama hampir 40 kali.

Bayangkan DIA melembutkan hati suamiku untuk mau melaksanakan pemberkatan pernikahan di Gereja Katolik

Bayangkan tadi jam tiga sore, mendadak suami bersedia beribadat Jumat Agung di Gereja Katolik.

Bayangkan dari segala keterpurukan kami, job job yang melayang pergi, tapi semangat dan jiwa juang masih ada pada pasutri baru ini.

Mujizat ada setiap hari. Sederhana mungkin tapi jangan malas untuk mengakui yang sederhana itu sebagai mujizat.

Aku bersaksi aku mempunyai Tuhan yang baik.

Kamu?



*RI*

Tuhan Yang Indah

Saya mempunyai Tuhan yg indah. Tak dihitungNya dosa saya yg tak terhitung. Selalu saja saya diberi peluang. Tak diberiNya saya kesempatan utk berputus asa. Jikapun hidup saya saat ini sedang carut marut, tak dibiarkanNya hingga berlarut larut. Tuhan membela saya. Tuhan saya indah.

Hari inipun juga indah. Ke Gereja (akhirnya) ditemani oleh suami. Wl nyelampar di teras Gereja karena penuhnya, indahnya Jumat Adi tahun ini terasa tembus smp k hati. Trimakasih suamiku, trimakasih utk kemauanmu.

Saya selalu akan tetap mendoakanmu agar tiap Minggumu mau ke Gereja yang sama denganku. Sayang, sebuah bahtera akan menjadi baik jika mempunyai satu nahkoda.

Jika doaku tak berhasil untukmu, mungkin nanti dengan anak lanangmu, kau tak kan mampu menolaknya.

Tuhan mempunyai rencana. Dan semua itu indah :)




Jumat Adi - 3 April 2015
Di Gereja tmp kami menikah, Cibubur
*RI*

Kamis, 02 April 2015

setuju?

Apa yang membuat hidupmu berat?

Keputusanmu untuk berputus asa.

*RI*

Kamis Putih Tahun Ini

"Apa yg AKU lakukan, engkau tdk mengerti sekarang, tetapi engkau akan memahaminya kelak." (Yoh 13:7)

Saestu Gusti, sy memang tak ngerti.

Hidup itu spt trampolin. Membal. Kau mampu dilambungkannya ke langit langit, tapi tak lama dihempaskannya lagi kau ke bumi.

If you think you know about life, you wrong

Kamis Putih, 2 April 2015
Cibubur
*RI*