Kamis, 29 Januari 2015

Sampai Akhir Masa..




Aku mencatatkan setiap peristiwa yang aku alami bersamamu. Dengan segenap untung dan malang, manis dan pahit, dan segala yang terjadi aku tulis lengkap dan istimewa.

Tak selalu kita seiring sejalan, sepaham, sepedoman, seprinsip. Tak selamanya kita saling mendengar. 

Tak selamanya juga kita bertengkar. Ada saat indah, walau mungkin sebentaran.

Kamu luar biasa. Tuhan memberi sisa hidupmu untuk aku rawat. Aku bersedia. Karena orang itu kamu, ya aku mau.

Aku bersyukur hampir 4 tahun ini, kita selalu berdua. Saling mengenal, menerima. Saling berbagi hari.

Aku bersyukur, Februari sebentar lagi.

Jangan khawatir, ada Tuhan berserta kita. Jangan takut, seoleng apapun kapal kita, ada Dia yang merentangkan tanganNya untuk memeluk kita. Jangan takut ya. Kita hadapi ini bersama sama.

Sampai akhir masa..

*RI*


akhir bulan satu

Berarti masih ada sisa waktu 2 minggu lagi.

Januari tahun ini tak semanis Januari biasanya. Pahit, suram. Sepertinya saya dan pacar dipaksa untuk menyerah. Hambar. Tak ada pekerjaan. Tak ada pemasukan. Apa mau Tuhan ya.

Semua tabungan sudah dialihkan untuk biaya pernikahan. Dan tagihan bulanan masih tetap berjalan. Saya janji tak kan mengeluh apalagi meratap. Merutuki nasib. Seperti saya yang sudah-sudah. Dunia sedang tak bersahabat.

Kembali saya percaya, tangan Tuhan sedang merenda. Entah kini entah lusa. Dia tidak sedang mendiamkan kami, lebih dari itu sebuah hal spesial sedang Ia persiapkan. KeGRankah? KePDankah? Ah.. biar. Toh aku tau aku bisa melewatinya. Tak sekali ini kami berada di kecuraman ini. Wajar jika kami sedang terjatuh, tertatih dan sedang megap-megap untuk terus tetap berjalan dengan tegar.

Biarlah aku sedang merasa bahwa Tuhan sedang memeluk kami berdua. Erat sekali mungkin sehingga sedikit ngap. Tapi kami masih nyaman.

Pasrah. Berserah.

Bagaimana Tuhan akan turun tangan jika kitanya masih keukeuh campur tangan.

Saya angkat tangan. Saya percaya Tuhan menyelesaikan.

Bukan berarti saya menyerahkan beban dan kewajiban saya kepada Tuhan. Bukan. Saya hanya pasrah, menerima tiap kehendak tanpa mengeluh. Yang terjadi adalah rancangan Tuhan. Bukan rancanganku. Yang kualami adalah kehendak Tuhan. Itu saja.

Pasrah itu susah. Tapi mau apa lagi.

Bisa apa lagi aku sebagai manusia?

*RI*

Perbuatan Baik Tarik Menarik

Apa yang kau perbuat, kelak akan kembali padamu.
Hidup berputar. Jika baik yang kau lempar, maka baiklah yang akan kau tangkap. Jika tak baik yang kau lempar, jangan salahkan jika kelak yang tak baik pula yang akan kau peroleh.
Iya.

Biasakanlah berbuat baik. Seberat apapun, berbuat baiklah. Jika perbuatan baikmu tak dianggap, teruslah berbuat baik.

 Paling tidak dengan terbiasa kau berbuat baik, perbuatan baik itu akan terbiasa pula mengikutimu.

Perbuatan baik itu tarik menarik. 

*RI*

Titik.

Kesalahan terbesar ketika kita pergi ke panti asuhan atau ke tempat terjadinya bencana untuk membuktikan bahwa Tuhan bermurah hati tidak membuat kita menjadi seperti mereka. sesuatu yang dilematis. Membantu orang untuk menunjukkan bahwa kita lebih beruntung dari mereka.
 
Hei, sesombong itukah kita?
 
Alih-alih demi rasa kemanusiaan dan juga empati. Padahal sebenarnya kesombonganlah yang sedang kita pertontonkan. Membantu orang karena kita kasihan? Membantu orang ya karena hati kita tergerak ingin membantu. Membantulah karena memang ingin membantu. Membantulah tanpa embel-embel alasan.
 
Membantulah  karena itu adalah kewajiban kita sebagai mahkluk sosial. titik.
 
 
 
 

Manuk Sempati

Dulu gilalah kami. Berlomba-lomba mencapai matahari. Saat hampir mendekati, sayap Jatayu saudaraku terpercik api.
Melindungi. Sayap kubentangkan menutupi. Jadilah sayapku yg terpercik api. Tak apa. Jatayu selamat. Perihal aku bisa nanti.
Aku tak lagi bersayap. Tak bisa terbang. Aku tak meratap. Aku bersyukur, itu sayapku. Bukan sayap Jatayu.
Berkorbanlah walau itu akan melukai dirimu sendiri.
Aku manuk sempati. Kisah ini tak akan terhenti. Mengalir dg kisah perjuanganmu nanti.
Tak akan sakit, percayalah jika tulus caramu mengasihi.
Aku manuk sempati. Aku tak takut mati untukmu yang aku jagai.
Aku manuk sempati. Sampai kini, bukankah kau masih mengingat kebesaran jiwaku?

*RI*

Jumat, 09 Januari 2015

Takut Apalagi Aku

Menginjak akhir dari minggu pertama di Januari.


Tuhan tau pasti aku sedang bingung setengah mati. Iya. Aku si pengantin putri to be. 

Pada saat saat ini malah aku kehilangan pekerjaan. Membayangkannyapun aku tak sanggup. Tapi bagaimana harus membayangkan, ketika sekarang mau tak mau itulah yang harus dijalani. Sedih, frustasi, semua berlarut larut. Semua bercampur. Morat marit rasanya. Masih banyak yang harus diselesaikan. 

Baru sadar. Uang memang bukan segala galanya tapi kalau tidak ada uang rasanya ingin mati.

Baru sadar. Pernikahan itu perjuangan. Dramatis tapi di situ terdapat sebuah kenangan manis.

Cinta itu berjuang. Cinta butuh diperjuangkan. Demikian.

Ah, roda berputar. Hidupku juga. Kalau rasanya baru kemarin merasa mudah mencari uang, sekarang ini rasanya mau bagaimana lagi untuk mendapatkan uang ya.

Tapi aku masih akan berjuang. Calon mempelai ini tak akan pernah berhenti berjuang. 

Yang aku tau, Tuhan sedang membantuku. Takut apalagi aku?.
*RI*




Aku Takut Apa

Tuhan terimakasih untuk hari ini. Hari aku lebih menghargai sesuatu tanpa harus terlebih dahulu aku mengerti.

Tuhan, aku tak ingin menyerah. Walau sungguh aku sudah lelah. Aku yakin aku mampu karnaMu yang memberiku segala bahkan yang tak kubutuhkan. Aku takut apa?

Tuhan, aku tak mau berlari walau raga menjerit ingin berhenti. Waktu berlari. Mencari cari cara bagaimana agar bisa terlewati.
Engkau tetap berdiri. Tak kemana mana. Tetap disisiku. Aku takut apa?

Tuhan, aku ingin menjerit. Karena yang kurasakan adalah sakit dan pahit. Tapi tak lama aku sadar, sakit adalah caraMu memelukku dengan hati hati. Agar aku tak takut dan kemudian lari.

Kini aku tau aku takut apa. Aku takut jika nanti Engkau meninggalkanku dan aku sendiri.

Aku lebih takut jika Engkau pergi.

Itu.


*RI*

Kamis, 01 Januari 2015

Karna Mimpi Kita Yang Kadang Tak Sama

Karna mimpi kita kadang tak sama dan itu menyakitkan. Menyakitkan untukku karena harus menenggelamkan mimpi yang dulu dulu telah kuikat dengan benang gelasan yang kujadikan layang layang dan kemudian kuterbangkan jauh tinggi di awan.

Menyakitkan karena aku bagai mayat hidup yang kehilangan ruhnya. Mimpi itu begitu kuat. Bahkan melampaui diriku sendiri. Mimpi itu ada untukku. Untuk kubesarkan dan kujadikan nyata. Kujadikan bukan hanya yang berakhir bagai buaian bayi di  penghantar tidurnya.

Menyedihkan bahwa aku kini tau aku tak lagi punya hak atas hidupku sendiri. Menyakitkan, untuk bermimpipun aku takut.

Kadang mimpi mimpi itu aku lepaskan. Sengaja aku terbangkan jauh jauh ke angkasa agar aku tak bisa lagi melihatnya. Itu meninggalkan luka. Luka bahwa aku tak bisa lagi memiliki mimpi.

Terlampau banyak mimpi kita yang berbeda. Aku di ujung sini. Kamu di ujung sana. Jauh sampainya, jika tak ada yang rela melepaskan mimpi untuk berjalan ke sisi satunya. Tapi aku rela.

Lihat, aku sedang berjalan ke arahmu. Malu malu. Aku terbangkan mimpiku jauh ke cakrawala dunia. Tak lagi mau aku lihat. Aku menuju ke kamu. Tunggu aku.

Kadang mimpi kita tak sama. Tapi aku bahagia. Aku bahagia karena aku memilihmu. Kamu paruh mimpi mimpi itu. Ada satu yang tergenggam tak terlepas. Itu kamu.

Aku bahagia melihat mimpi mimpi itu berhambur di langit langitku. Aku bahagia karena kamu.

Aku tak menyesal. Mengganti mimpi denganmu. Aku bahagia. Sungguh.

Aku memilih berjalan beriringan bersamamu. Meraih tanganmu yang menggandengku.

Ketika mimpi kita tak sama, aku bahagia.

*RI*


Sudah 2015 ya

Sudah 2015 ya..

Calon mempelai ini masih belum percaya hari istimewanya itu tinggal 1,5 bulan lagi.

Istimewa.

Memulai tahun baru dg hidup baru dan dengan keluarga baru.

Ah aku menangis. Bagaimana tidak, semua terasa begitu cepat dan aku tak lagi bisa merasa aku sedang berjalan menapak bumi. Aku sedang terbang.

Ini mimpiku.

Ini impianku.

Aku terbang menuju alam mimpi itu. Nirwana.

Februari 2015.

Tuhan, sungguh aku berserah. Atas 2014 dan untuk 2015 yang kau beri. Bantu aku Tuhan menyelesaikan tahun tahun gemilang darimu.

Jika kumulai 2015 dengan kembali kehilangan pekerjaan, maka aku berdoa: kuatkan aku.

Sebuah tahun. Sebuah pemulihan. Tak ada rencana yang gagal dariMu. Semua untukku dan itu indah. Aku pasrah. Lebih dari itu, aku berserah.

Dalam namaMu Tuhan,

Selamat datang 2015..

*RI*