Kamis, 25 Desember 2014

Selamat Natal yang Tertunda

Ditengah polemik haram tidaknya Selamat Natal dan topi Santa, kita berbahagia karena Natal menjadi lebih semarak. Betapa damai Natal harus mjd semangat damai dan daya juang kita menghadapi tantangan satu tahun ke depan

Damai di bumi, damai di hati, damai kini dan nanti, damai setiap hari.

Selamat Natal 2014

Teriring salam kasih Kristus,
Rizky Inggar @lukitavati

Senin, 15 Desember 2014

Tagar Bencana

Di negriku baru saja terkena bencana alam lagi. Banjarnegara longsor. Sedih rasanya. Sinabung belum berhenti berkabung ditambah bencana di Banjarnegara.

Tuhan sudah terlampau murka apa ya.

Tapi aku percaya Tuhan tak murka. Tuhanku bukan Tuhan pendendam walau jg bkn Tuhan yg pelupa. Tuhanku adalah Tuhan yang dewasa, kritis dan bijaksana. Ah apalah aku ini hanya debunya debu di alas kakiMu.

Tuhan membuat bumi dengan perencanaan. Tuhan lebih hebat dari semua fisikawan dan jg ahli geologi. Tuhan tak belajar itu semua tapi Dia tau. Ya jelaslah wong namaNya saja Tuhan kok ya.

Tuhan tau bagaimana harua bertindak. Bagaimana harus angruwat ubenging jagad. Tuhan kenal tiap tiap inci ciptaanNya.

Jika ada bencana alam mungkin Dia sedang memperbaharui yang harus diperbaharui. Jika ada banjir, tanah longsor, tsunami, mungkin bukan berarti Tuhan murka dan ingin menerkam setiap kita yang dibenciNya. Ah Tuhan tak sekejam itu.

Malahan, saking besar kasihNya Tuhan kepada kita, Ia memperbarui bumi.

 Ia tak sedang menghabisi kita yang tak taat walau benar semua dilakukanNya sebagai sebuah pengingat.

Tuhan tak jahat.

Kita yang tak tau diri. Kita yang lupa hakikat kita sebagai manusia yang harus santun kepada penciptaNya.

Terlampau banyak dosa. Terlampau banyak janji keselamatan yang kita diamkan. Ah manusia selalu rentan dengan dosa dan angkara.

Tuhan ada sebagai pedoman. Bukan melulu tentang Surga dan neraka. Namun tentang garis batas perbuatan perbuatan yang kita lakukan. Tuhan ada untuk melihat.

Tuhan memiliki hak. Ia menciptakan. Ia juga berhak untuk meniadakan. Tuhan ada untuk menjadi tonggak kita berlaku hidup yg benar.

Lakukan apa yang dikehendaki Tuhan. Jauhi apa apa yang Tuhan tak inginkan.

Hanya itu. Tapi susah ya. Dunia penuh jebakan.

Kembali menyoal bencana. Jika kita ingat bencana paling besar saat air bah pada jaman Nuh.

Kiamat pernah terjadi.

Kiamat bukan hanya sekali.

Jika saja kita ingat, Tuhan hanya meminta kita taat. Sambil menyaksikanNya memperbaharui seisi muka bumi. Tuhan adalah seniman yang agung. Semua yang dikerjakan adalah sempurna. Manusia, nikmatilah dunia tapu jangan terlampau menutup hati, telinga serta mata. Tuhan ada.

Tuhan ada untuk kita.

*RI*


Sabtu, 13 Desember 2014

Jika Kamu Adalah Salibku..

Sebuah catatan di malam usai lamaran..


Aku berpikir tak ada lagi kesempatan untuk berputar, mundur ataupun berhenti. Tak saat ini.

Cincin ini sudah mengucap apa apa yang belum sempat terucap.

Malam ini malam awalku untuk lebih berjuang bagaimana cara utk bertahan.

Malam ini adalah malamku untuk mau lebih sabar menghadapimu, batu.

Ah aku berharap kau mau sedikit saja menolongku. Menolongku untuk tak lagi menjadi sebatu itu.

Tapi jangan takut. Aku tetap akan terus berjuang.

Jika itu untukku, atau untukmu itu salah. Untuk kita juga salah. Aku akan melakukannya untuk anak kita kelak.

Anak kita kelak tak perlu melanjutkan kepahitan yang pernah kita rasakan. Anak kita kelak tak akan menanam akar kepahitan yang dalam. Anak kita tak akan pernah mengalami masa masa yang sama dengan kita kecil dulu. Sungguh, untuknya yang termustahil akan aku lakukan.

Aku benci dengan batumu. Aku marah dengan diammu. Aku kecewa dengan komunikasi kita yang tak lancar. Aku bosan dengan pertikaian kita tentang yang itu itu saja.

Tapi aku akan ikhlas menerimamu sepertimu yang telah mau menerimaku.

Jika kamu adalah salibku, iya aku mau memanggulmu.

Jika kamu adalah salibku, Tuhan tentu memberi kekuatan yang lebih untukku.

Jika kamu adalah salibku, mungkin aku juga adalah salibmu.

Mulai hari ini dan sampai nanti biar Tuhan yang tetap bekerja dalam hubungan ini.

Aku mengasihimu, batu.

Jika kamu adalah salibku, aku akan memanggulmu penuh dengan suka cita.

*RI*

Jumat, 12 Desember 2014

Hai, Joe..

Hai Joe..

Ini aku yg nanti malam akan kau lamar menjadi istrimu. Menjadi ibu dari anakmu. Menjadi wanita yang menemani senjamu.

Dari awalpun aku meminta Tuhan agar kamulah dia yang dijanjikanNya.

Aku menemukanmu. Atau kamu yang menemukanmu. Ah persetan dengan itu. Yang jelas kita sudah ketemu dan menjadi satu.

Satu. Katamu tak ada lagi selain aku. Akupun begitu.

Satu. Sampai rambutmu putih, sampai raut mukamu menua, sampai matimu cuma ada aku. Akupun begitu.

Satu. Satu dari satu juta masa lalumu. Satu dari banyak wanita yang pernah merasakan pelukan itu.

Joe,

Kenanglah hari ini.

*RI*









Riak Riak Kebenaran

Seperti bumi, kebenaran itu berputar. Ia walau tersembunyi namun satu saat akan terungkap. Tak selamanya kebenaran akan sembunyi dalam senyap. Kepada mereka yang masih percaya akan adanya kebenaran, kebenaran akan menunjukkan dirinya sendiri. Pelan atau sigap. Percayalah, kebenaran adalah kunci.

Tak perlu kau repot repot membela diri. Kebenaran seperti halnya Tuhan. Ada tidak untuk dibela.

Alasan alasan yang hanya membenarkan sesuatu yang berumur sesaat itu sia sia. Sia sia karena kebodohan lagi lagi menjadi tak berguna.

Kenapa tak kau telan saja kebenaran itu? Pahit pare mungkin kalah pahit tapi demikian pula hidup. Sepahit apapun toh kita masih bisa bertahan. Jadi apa lagi?

Mencari pembenaran itu kadang melelahkan dan tak jarang hanya meninggalkan kekecewaan. Memangnya mau apa? Kamu tak selalu terlihat gagah saat kamu ada dalam koridor pembenaranmu sendiri. Menyedihkan. Buang buang usia hanua untuk terlihat benar di mata orang.

Kebenaran akan bersinar. Kebenaran akan ada. Ada untuk kau puja dan kau pertahankan saripatinya.

Benar bahwa kebenaran adalah kamu itu sendiri.

*RI*

datang juga hari itu..

Datang juga hari itu. Hari kamu akan memintaku untuk menemani seumur hidupmu. Apa rasanya ya? 30 tahun menunggu sebuah fase baru.

Lagi lagi aku tak memperoleh inspirasi akan menulis apa dan bagaimana.

Semua terasa berhenti. Tersendat dan terdepak.

Selalu saja masa lalu kembali mengganggu. Betapa menyebalkannya menjadi seorang pencemburu. Tapi salahkah aku mengingini keseluruhan dari masamu?

Datang juga hari itu. Hari dimana kamu akan memintaku menjadi istrimu. Benar siapkah kamu mempunyai aku yang pencemburu?


Datang juga hari itu. Hari dimana kamu memintaku mencintai dan setia padamu. Sudah siapkah aku menerima seluruh masamu?

*RI*