Senin, 30 Juni 2014

Andai...

Aku bahkan sudah berada di fase aku takut bbm menanyakan "mau berangkat jam berapa?" kepada mereka dengan penyakit ngaret yang akut.

Andai waktu lebih dihargai. *RI*

Memilih Untuk Bahagia

Apa sih susahnya berbahagia?

Bahagia menurutku bukan sebuah kondisi. Bahagia adalah sebuah keputusan.

Keluarga, harta, tahta bukan parameter sebuah kebahagiaan. Terlalu klasik.

Bahagia adalah keputusan. Keputusan untuk menerima kasih Tuhan apapun keadaannya.

Mau sedang susah, mau sedang apek, mau sedang berkecukupan bahkan berkelebihan, mau sedang dalam bencana ataupun kesukacitaan, kalau kita memutuskan untuk berbahagia, maka jadilah kita bahagia.

Tuhan hanya memberikan kita pilihan keadaan. Namun, Tuhan membebaskan keputusan apa yang kita ambil.

Nggak bisa dong kalau kita hanya bertahan menggantungkan diri dalam keadaan yang dikondisikan Tuhan, ya mau kapan kita akan bahagia?

Kebahagiaan sudah ada di tangan. Adalah keputusan mau digenggam atau dilepas, mari silahkan. *RI*

Kapal Oleng, Kapten

Saya percaya ketika kita hendak melompat lebih tinggi, kita perlu membawa posisi badan kita menjadi lebih rendah lagi.

Saya percaya dalam permainan catur, bidak yang dijalankan tak melulu harus maju. Kadang perlu mundur untuk bisa berjalan maju kemudian.

Saya percaya untuk memarkir mobil di mall tak selalu langsung mendapat tempatnya. Kadang harus berputar putar menghabiskan bensin juga tenaga dlm memutar setiran. Kadang harus menunggu mobil lain untuk keluar dan menggantikan tempatnya. Setelah mendapatkan tempat parkirpun, mobil tak begitu saja dg mudah masuk ke tempat parkir itu. Perlu maju mundur, menyesuaikan jarak kanan kiri. Dan bleng! Akhirnya mobilpun terparkir.

Bisa saja kita langsung menikmati mall tanpa repot memikirkan mencari parkiran. Cukup menitipkan kunci ke vallet service. Pasti dengan mengeluarkan uang yang lebih banyak daripada yg cari parkiran sendiri.

Ada juga lainnya yang mudah. Khusus bagi pengemudi wanita kini dimudahkan dengan adanya ladies parking.

Saya percaya semua hal berkesinambungan. Semua hal berkaitan.

Mungkin memang sekarang kapal saya sedang oleng, tapi saya percaya kapal saya dinahkodai Tuhan dengan macam macam manuver yg mungkin tak saya ketahui.

Saya percaya Tuhan sedang menjadikan saya dengan caraNya. Tapi Tuhan bolehkah saya menawar agar ini tak terlalu lama? *RI*

Minggu, 29 Juni 2014

Terbaik

aku adalah aku.kau adalah kau.aku tidak sama dengan engkau.apa yg ku perbuat belum tentu baik utk engkau.apa yg engkau perbuatpun mungkin belum tentu baik untukku.tapi apa yg jd kehendak Tuhan selalu akan jadi baik utk aku dan engkau.mulia lah Tuhan Yesus.amin.*RI*

Bapa Kami dalam Kontemplasi

"Sebuah renungan menjelang Ekaristi"

Bapa Kami

Jangan katakan Bapa,kalau kamu tidak berlaku sebagai anak setiap hari.

Jangan katakan kami,kalau hidupmu penuh egoisme.

Jangan katakan yang ada di surga,kalau kamu hanya memikirkan perkara duniawi. 

Jangan katakan dimuliakanlah nama-Mu,kalau kamu tidak menghormati Allah semestinya.

Jangan katakan datanglah kerajaan-Mu,kalau yang kamu maksudkan adalah keberhasilan duniawi.

Jangan katakan jadilah kehendak-Mu,kalau yang kamu lakukan hanya yang kamu inginkan.

Jangan katakan berilah kami rezeki,kalau kamu tidak peduli terhadap yang lapar. 

Jangan katakan ampunilah kesalahan kami,kalau kamu dendam kepada sesama.

Jangan katakan jangan masukkan kami dalam percobaan,kalau kamu tidak berniat berhenti berbuat dosa. 

Jangan katakan bebaskanlah kami dari yang jahat,kalau kamu tidak tegas menolak kejahatan.

Jangan katakan amin,kalau kamu tidak serius menanggapi doa Bapa Kami.

***

(dari sebuah pesan singkat via bbm yg dikirim dari Bpk Johan, bos Excelso Cafe, waktu saya dan band ngamen di East Alfresco Mall @Alam Sutra setiap hari Jumat dan Minggu. Terimakasih pak. Saya masih ingat kebaikan bapak dan ibu yg menyediakan makanan kecil dan air putih utk kami. Waktu itu tdk ada jatah makan utk anak band. Hanya cafe pak Johan yg berbaik hati utk berbagi. Berkah dalem, pak). *RI*

Selasa, 17 Juni 2014

Aku Ada Untuk Berbahagia

"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4)

Saya berpikir apakah mungkin Tuhan meninggalkan saya. Saya kemudian berpikir lebih lagi, tak pernah mungkin Tuhan meninggalkan saya.

Tuhan mungkin di sana sibuk melayani banyak antrian doa dan permohonan. Menikmati setiap panjat syukur umatNya sekaligus juga banyak komplain serta keluhan. Sungguh aku membayangkan saking sibuknya Dia tidak mempunyai waktu lagi untuk memperhatikanku. Dan aku tak mau memaksaNya menyisihkan sedikit waktu bagiku. Siapalah aku.

Ternyata pikiran awamku salah. Tuhan tidak melupakan dan meninggalkan aku. Bahkan saat aku tersesat dalam dosa dan kesalahan yang aku berpikir aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri, Tuhan tetap setia.

Aku berbahagia.

Hidup di dalamNya aku berbahagia. Tuhan ada dan selalu ada.

Buat apa aku terus tenggelam dalam dosa masa kelam. Tuhan saja sudah melupakannya kan?

Aku berjalan dalam terang kasih Tuhan. Dekat denganNya aku berbahagia. Saat jauh dari genggam kasih Tuhan, entah apa lagi yang aku rasa berharga dan masih bersisa. *RI*

Senin, 16 Juni 2014

Jangan Menyerah di Tengah Tengah

Ada kala dimana kita merasa terpuruk. Merasa apa yang kita lakukan selama ini adalah sia sia dan tak berguna.

Tuhan tidak menginginkan kita menjadi manusia lemah dan ringkih. Dia membuat kita terjatuh agar kita bisa belajar untuk bangkit. Kita tidak akan pernah tau bagaimana susahnya bangkit jika kita tidak pernah mengalami pahitnya saat jatuh.

Tuhan nggak adil? Ah masak iya.

Coba ketika kita berada dalam posisi yang selalu enak dan diberi berbagai macam kemudahan, masihkah kita berani berkata bahwa Tuhan tidak adil? *RI*

Selamat Hari Ayah

Terlambat beberapa hari karena aku bingung memilih diksi paling tepat di paragraf paling awal ini.

Bersyukurlah blogku, bahwa kamu hanya terlambat beberapa hari saja. Coba kamu jadi aku dan bapakku. Untuk kembali ke kodrat sebagai seorang bapak dan anak, kami memerlukan waktu lebih dari 25 tahun.

Tuhan merancang agar kami selalu bersebrangan. Tak akur. Saling membenci dan tidak sudi untuk saling mengakui.

Iya, Tuhan yang menghendaki demikian.

Dia menghendakiku menjadi indah dengan caraNya yang lagi lagi tak bisa aku pahami.

Jika saja aku dan bapak dari kali pertama baik-baik saja mungkin aku akan menjadi seorang wanita manja yang malas dan semau sendiri.

Jika saja bapak dan aku tidak berseberangan mungkin aku akan tumbuh sebagai sesosok yang rapuh dan selalu bergantung pada orang lain.

Jika saja bapakku bukan dia, aku tak akan menjadi sebuah padas yang sama.

Bapak, sebentar lagi Juli. Sudah satu tahun ya pak dari Juli 2013. Cepatlah sembuh, semangatlah melawan penyakitmu.

Mari rayakan Juli kita bersama sama. Aku menunggumu di kota yang sama. Di Jakarta, kota akhir pelarian panjangku.

Satu hal, terimakasih Tuhan masih Kau beri kesempatan untukku memanggilnya, bapak.

Selamat hari ayah, bapak. *RI*


Juli 2013. Juli kita bersama. Sebulan lagi. Ah, mungkin bapak sudah lupa. Tapi buatku sungguh memori ini tak akan kemana-mana.

Minggu, 15 Juni 2014

Mengapa Harus Toilet Duduk ?

Lagi lagi saya ingin share tentang kondisi toilet umum banyak kota di Indonesia. Semoga sepaham. Kalaupun berseberangan, bukankah memang kita dikaruniakan kepala dengan isi yang tak seragam?

***

Tabik para pemilik fasilitas toilet umum di mall mall, pom bensin juga di tempat ibadah seperti Gereja, dan lain sebagainya.

Memang toilet duduk terlihat lebih bersih dan lebih kini. Namun dengan pemeliharaan yang kurang, kenyamanan pengguna menjadi terganggu.

Toilet duduk akan benar jika difungsikan sebagai toilet kering.

Sudah jelas bahwa toilet duduk tapi tetap saja ada yang menggunakannya sebagai toilet jongkok. Sudah begitu dengan enak (mungkin) jongkok dengan tidak melepas alas sepatu. Sehingga kotor dan joroklah tempat dudukan toilet tersebut.

Kurangnya kesadaran akan kebersihan dan pemahaman apa itu toilet kerinh mengakibatkan semakin kumuh dan bertambah parahlah toilet umum kita.

Saya juga tidak sepenuhnya menyalahkan mereka yang menggunakan toilet duduk dengan jongkok. Walaupun sungguh itu juga tidak bisa dibenarkan.

Saya berkaca pada diri saya apa yang akan saya lakukan ketika saya  menemukan toilet duduk yang tempat dudukannya jorok. Mengusam dan ditambah dengan tidak keringnya proses pengelapan oleh penjaga WC. Bagaimana mungkin saya membiarkan diri saya cuek dan seakan tidak melihat kondisi itu. Kemungkinan besar saya akan menahan keinginan untuk pipis. Namun jika hasrat pipis sudah tak tertahankan, saya akan melap sendiri dudukan toilet sampai kering benar dan melapisi dudukannya dengan tissue. Jika benar benar kotor saya akan -terpaksa- ikut ikutan jongkok. (Semacam maling teriak maling ya saya?)

Saya tidak sampai hati membiarkan paha saya bersentuhan dengan dudukan toilet yang kusam dan menghitam. Saya tidak sampai hati juga cebok dan memegang shower yang jatuh dari tempatnya ke air yang menggenang.

Saya kadang juga tidak habis pikir dengan mereka yang cuek saja menggunakan toilet duduk dengan tetap duduk tanpa menyeka permukaannya terlebih dahulu. Apa tidak sadar mereka sedang di tempat umum. Banyak pengunjung yang datang dan kita tidak tahu siapa mereka dengan rekam medis yang bagaimana.

Mengapa toilet umum di negri ini jorok sekali?

Apa memang belum waktunya toilet umum di sini memakai toilet duduk? Apa benar kita masih harus pakai toilet jongkok? Apakah kesadaran akan adanya toilet kering yang bersih masih dibawah standar pemahaman?

Memang ada beberapa tempat yang menyediakan cairan semprotan antiseptic untuk dudukan agar lebih steril. Beberapa. Sebagian kecil tepatnya.

Banyak tempat yang tidak menyediakan tissue. Bahkan shower untuk cebok (entah itu disebut dengan apa). Ada yang karena memang shower itu sudah jadi satu di dalam toiletnya. Namun ada juga yang entah mengapa tak disediakan alat untuk cebok. Baik shower ataupun semprotan dr balik toilet. Seperti pada salah satu hotel di bilangan Semanggi. Jadi apakah yang dimaksudkan pengunjung toilet setelah pipis tidak usah cebok ya? Bagaimana jika kita BAB? Apa harus tidak cebok juga? Atau bagaimana saya gagal paham.

Kalau memang mau dibuat seperti di luar negri, duh Gusti, bagaimana bisa? Atau bukannya kita memang belum terbiasa ya?

Beda budaya beda pula life stylenya.

OMG!

Kembali lagi ke sudut pandang saya.
Apakah tidak lebih baik jika fasilitas wc umum dikembalikan seperti semula. Dengan toilet jongkok. Bukan toilet duduk. Masyarakat kita banyak yang belum nyaman dengan toilet duduk. Buktinya masih banyak yang maksain jongkok di toilet duduk to?

Jika memang fasilitas wc umum menyediakan toilet duduk, apakah tidak sebaiknya pemeliharaan toilet lebih diperketat lagi. Apakah mungkin?

Sok banget sepertinya saya ya. Namun saya berbicara tentulah ada alasannya. Ayolah wanita, lebih pekalah dalam menjaga kebersihan. Saya juga wanita. Wanita buang air kecil tidak bisa dengan berdiri seperti laki laki.

Dan jangan lupa banyak penyakit kulit dan kelamin yang menular dan bisa mengintai siapa saja. Kita tidak tau siapa saja yang menggunakan toilet tersebut. Maka berhati hatilah.
Bersihkan lagi dudukan toilet sebelum akan digunakan. Sekalah hingga benar benar kering. Kalau perlu lapisiah dudukan dengan tissue. Kalau bisa selalu bawa air dalam tas untuk cebok. Atau tissue antiseptic basah.

Jangan lupa buang sampah di tempatnya. Jangan memperparah kotornya sebuah tempat. Ikut bertanggungjawablah.

Saya tidak menyarankan untuk menjadi rempong seperti saya. Hanya saja, tempatkan kebersihan menjadi yang utama dalam poin hidup kita.

Bukankah kebersihan pangkal kesehatan? *RI*

Sabtu, 14 Juni 2014

Apakah Aku Sudah Siap?

Jika Tuhan memanggilku, apakah aku sudah siap?

Darimana aku tau bahwa aku sudah siap?

Apakah definisi siapku sama dengan definisi siap dari Tuhan?

Apa batasan siap dan tidak siap?

Jika aku masih menyangsikan kesiapanku sendiri masih pantaskah aku disebut siap?

Siapa aku sehingga aku menilai diriku sendiri sudah siap?

Gusti, saya belum tau saya sudah siap atau belum.

Satu yang saya tau, siap tidak siap jika memang Engkau sudah menghendakiku, aku siap..

*RI*

Budidaya Pamrih

Sering sekali saya mendapatkan mention di twitter, "folback ya kakak" dan semacamnya yang meminta hal yang sama, follow untuk di folback.

Pertanyaannya; why?

Mempunyai sebuah akun twitter diasumsikan bahwa kita sudah tau aturan mainnya. Twitter lain dengan facebook. Mereka yang mempunyai follower banyak adalah mereka yang seorang public figure, baik itu artis, pejabat pemerintah yang lagi happening. Atau mereka yang sebenarnya bukan siapa siapa namun berhasil menggaet follower dengan banyak karena pemikirannya yang tajam dan cerdas walau terbatas dalam 160 karakter saja.

Ada lagi fenomena sebuah akun dengan follower banyak karena menggunakan layanan follower berbayar.

Follower atau pengikut adalah mereka yang merasa tertarik baik dari segi karya, maupun ide dan gagasan kepada akun yang di follow.

Tidak perlulah meminta yang sampai mengemis untuk di folback. Tunjukkan saja kalau akunmu pantas untuk difolback dengan cara rajinlah ngetwit yang bermutu dan substansif.

Kasihan juga dengan mereka yang memfolback namun ternyata hanya berisi tweet tweet "folback dong kakak" yang serupa.

Kasihan dong mereka yang ingin mendapat ilmu dari linimasanya namun harus terbenam oleh tweet tweet nggak jelasmu. Retweet retweet tentang promo follower berbayar.

Enough please.

Apakah kita follow untuk difolback? Hey dear, bkn begitu aturan mainnya. Hargailah juga hak main yang kamu follow.

Jangan terlampau naif berharap difolback mereka yang kamu follow. See? Itu pamrih.

Pamrih nggak pernah akan berbuah walau dibudidayakan sebagaimanapun caranya. Percayalah. *RI*

Ex Lacto Ovo Vegetarian

16 tahun yang lalu saya memutuskan untuk menjadi seorang vegan. Vegetarian yang paling ekstrem. Tidak mengkonsumsi daging, ikan dan yang diproduksi oleh keduanya. Seperti telur dan susu.

Beberapa tahun sejak memutusan menjadi vegan, anemi saya bertambah parah dan semakin parah. Untuk itulah saya mengubah keputusan menjadi seorang lacto ovo vegetarian. Tidak makan ikan dan daging namun mengkonsumsi telur dan susu.

Alasan pertama saya memilih menjadi seorang vegetarian adalah saya tidak ingin menjadikan perut saya seperti sebuah kuburan. Saat saya makan daging, itu sama artinya dengan saya sudah membunuh dan mengubur bangkai di dalam perut saya. Dengan memakannya saya menutup mata batin saya untuk tidak mau tau penderitaan mereka ketika akan disembelih dan diambil dagingnya. Oleh karena itu, apa bedanya saya dengan hewan? Tega sekali saya.

Perut saya bukan kuburan. Hanya itu.

Demikian pemikiran dangkal saya saat itu. Bertambah tahun, bertambah bacaan, bertambah pulalah pemahaman dan ilmu.

Kemudian saya meninggalkan pemahaman itu, saya semakin mantab menjadi vegetarian dengan alasan lebih religius. Saya ingin berlaku silih. Saya mengaku saya berdosa dan saya memohon pengampunan. Saya berdoa dan bermati raga dengan memilih berpantang daging serta berpuasa.

Selain berlaku silih untuk dosa, saya juga berlaku silih untuk permohonan saya. Saya mempunyai cita cita. Saya ingin doa saya didengarkan Tuhan. Untuk itulah saya bertekad membulatkan niat. Lahir dan batin. Lahir dengan belajar dan bekerja. Batin dengan berkomitmen tidak makan daging sampai nanti cita cita itu tercapai.

Saya percaya Tuhan melihat kesungguhan. Menjadi vegetarian adalah doa yang tak terucap. Vegetarian adalah pilihan dan sikap.

16 tahun berlalu.

Minggu ini saya resmi memutuskan cuti sebagai lacto ovo vegetarian.
Memang masih banyak cita cita saya. Masih banyak permohonan saya yang belum terjawab.

Saya tidak lupa dengan komitmen saya. Namun saya yang sekarang sedang fokus terhadap cita cita saya yang lain. Saya ingin punya anak laki laki. One day.

Dari buku yang saya baca, wanita yang mengkonsumsi daging berprosentase lebih tinggi untuk mempunyai keturunan laki laki. Terbayang bahwa saya telah menghabiskan separuh hidup saya dengan mengkonsumsi daun-daunan. Saya ingin seorang anak laki laki untuk itu saya harus memperbaiki sistem dalam tubuh saya.

Saya tau terkesan berlebihan.
Tapi sungguh, saya memang menginginkan seorang anak laki laki. Bukan berarti saya banyak meminta. Jika nantipun saya dikaruniai anak perempuan, oh sungguh it's oke wae ya Tuhan :)

Saya percaya, suatu saat saya akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki laki yang diberi nama Lenga Narvastu. Iya, persis sesuai dengan nama blog saya. Saya sudah jatuh cinta jauh sebelum dia diadakan Tuhan dalam rahim saya.

-- Nama ini saya dapatkan ketika saya mendengarkan khotbah seorang pendeta dalam sebuah kebaktian Gereja Tiberias yang diadakan di Balai Sarbini. Khotbahnya sangat mengena tentang kisah seorang wanita yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak Narwastu dan menyeka kaki Yesus dengan rambutnya.
Sejak saat itu saya berniat akan memberi nama anak saya nanti, Lenga Narvastu, yang berarti: 'minyak Narwastu' --

Ah.. jauh jauh saya berbicara soal anak sedangkan kapan menikahpun saya tidak tahu.

Yang jelas saya mulai saat ini akan cuti dari lacto ovo vegetarian. Saya akan kembali lagi menjadi vegetarian nanti saat saya sudah dikaruniai anak laki laki.

Hidup adalah pilihan. Sama seperti saat saya memutuskan menjadi vegetarian, ketika saya memutuskan untuk berhenti sebentar sebagai seorang vegetarian adalah keputusan yang saya buat dengan niat yang bulat.

Saya percaya Tuhan di atas sana tersenyum bangga dan berkata, "Putriku kini sudah dewasa." *RI*






Runner Up :))

Jalan Tuhan tidak ada yang bisa menerka. Banyak yang dikehendaki  Tuhan jauh dari apa yang kita impikan.

Iya nggak sih?

Minimal begitulah pandanganku.

Sedih ketika kita merasa mainan baru kita diambil oleh Tuhan. Saat sedang asyik main, Tuhan datang dan merebut.

Demikian personifikasi klise yang bisa kita ambil.

Ah pastilah yang dimohonkan oleh kita belum tentu adalah baik. Yang dirancang Tuhan itu garansi.

Tuhan tau apa yang terbaik.

Mengapa kita meragu bahkan menolak? Mengapa tak sejenak kita memahami kehendakNya tanpa harus melawan?

Yang diambil oleh Tuhan itu pasti tdk baik untuk hidupku. Beda dengan yang disediakan oleh Tuhan. Jaminan itulah yang terbaik.

Senin tanggal 9, ASN dinobatkan menjadi grup lawak terbaik nomer 2.

Lawak. Iya lawak. Bukan lg ajang menyanyi seperti yang sudah sudah.

Apa mungkin Tuhan tidak ingin aku bernyanyi kl tdk demi kemuliaan namaNya?

Mungkin saja.

Tuhan mungkin ingin aku menghibur mereka yang luluh lantak. Menyajikan humor yang cerdas dan yg jelas menjadi suatu pembelajaran dan mungkin menjadi pencerahan. Bukan menyanyi membawakan lagu lagu sekuler setiap malamnya.

Tuhan tidak menginginkan aku menyanyi untuk uang. (Mungkin).

Inilah syukurku. Syukur tak berkesudahan. Padamu Tuhan pemberi kenikmatan.

Nomer dua bukan kegagalan.
Nomer dua bukan jg cm jd mimpi. Nomer dua adalah awal. Awal bagiku memuji namaMu dengan cara berbeda. Cara yang berbeda yg hanya Engkau yang tau.

Kemenangan ini aku kembalikan untuk kemuliaan namaMu ya Tuhan. Terjadi padaku yang Kau ingini.

Congrats ASN. Profisiat. *RI*

Kamis, 05 Juni 2014

Tunggu, Kamu Sedang Dipersiapkan..

Dari kecil saya mengikuti lomba nyanyi, bercita cita kelak menjadi seorang penyanyi besar. Karena finansial dan mungkin memang belum rejeki saya, oleh Tuhan saya diarahkan untuk mencari uang dengan cara ngamen dari cafe ke cafe.

Sungguh pada awalnya saya menolak. Saya keberatan harus menyanyi setiap malam di cafe. Baik di Jogja maupun berkeliling di seluruh Indonesia. Saya tidak mau kehilangan identitas saya sbg penyanyi yang bergenre. Saya tidak mau menjadi penyanyi yang dipaksa bisa semua jenis lagu dan saya tidak mau diperbudak request tamu. Hati kecil saya menjerit.

Perlahan saya melepas kearoganan saya. Saya tidak peduli lagi dg idealisme saya.

Saya seorang pengamen. Musisi cafe kerennya. Gaji fluktuatif. Tergantung berapa tinggi outlet meng-hire jasa kami selama sebulan. Kadang gaji kami jauh lebih tinggi jika di  tempat tersebut intensitas tamu yang dermawan dan rajin nyawer tinggi.

Nyanyi sambil kuliah. Nyanyi untuk membantu ekonomi rumah yang saat itu sedang kacau.

Tuhan memilihkan jalan itu untuk saya. Meminjamkan suara merdu untuk mencari uang.

Saya pikir jalan saya memang menjadi penyanyi cafe.  Saya masih berusaha mengikuti audisi kontes menyanyi di tvswasta. Apapun saya ikuti dengan harapan mengubah nasib. Niat saya tulus. Saya mau maju. Hidup saya harus progres.

Dari 2003 sampai 2013 bukan waktu yang sebentar untuk saya menunggu sulaman masa depan dari Tuhan.

Tahun kemarin tepat di usia saya yang ke 27 Tuhan memberi saya kado. Saya lolos audisi. Saya berhasil lolos The Voice Indonesia pada batas maximum usia yang disyaratkan.

Tuhan memberi kado yang luar biasa istimewa. Betapa bahagianya saya setelah puluhan audisi serupa tidak ada yang tembus.

Lagi lagi saya dibuat tidak mengerti rencana Tuhan.

Saya hanya sampai ke16 besar saja. Tetap saya berucap puji Tuhan. Saya tidak kecewa. Saya yakin Tuhan sedang mempersiapkan yang lebih hebat lagi.

Benar saja.

Setahun kemudian, saya mengikuti audisi lagi. Kali ini bukan audisi menyanyi. Melainkan audisi lawak. Sangat tidak berhubungan sekali dengan dunia saya selama ini.

Saya maju bersama pacar dan teman saya. Masih berbekal niat ingin merubah nasib, kami bertiga dg nama grup lawak kami,ASN, maju audisi.

Jalan di komedi tidaklah sekompleks jalan menyanyi. Lolos audisi dari lebih dr 100 peserta Jakarta Jogja Solo Surabaya Semarang Bandung, ASN maju ke 12 besar.

Oleh Tuhan, jalan saya di dunia komedi dimuluskan. Senin depan saya dan ASN masuk final3 besar. Sesuatu yang entahlah.

Saya percaya Tuhan tidak menginstankan saya. Saya percaya selama ini doa saya didengar. Saya disuruh menunggu karena saya sedang dipersiapkan.

Tuhan menyalurkan berkat yang tak kunjung usai untuk saya. Saya disayang Tuhan. BerkatNya memancar tulus dari mereka yang dipakai Tuhan untuk menolong saya.

Ah Tuhan Yesus, maturnuwun. Apapun jalannya doakan saya ya Bunda Maria agar saya tak mudab terlena dan tak lepas dari kuasa kasihMu. Amin. *RI*


Minggu, 12 Mei 2013. Minggu terakhir saya di The Voice Indonesia. Tuhan menetapkan saya hanya sampai 16 besar saja. 

Gambar di atas adalah bentuk dukungan dari seorang sahabat lawas di Jogja untuk saya dkk.
Kami bertiga digabungkan Tuhan di grup lawak bernama ASN. Tuhan merancang saya di ajang komedi untuk melaju sampai ke 3 besar Comedy Academy Indosiar. Dunia yang baru dan PR besar bagi saya untuk terus belajar. Tidak ada kata terlambat bagi mereka yg mau berusaha. Point.