Sabtu, 31 Mei 2014

Grafitasi

Semua yang dilempar ke atas akan kembali jatuh ke bumi. Itulah yang dinamakan dengan gaya grafitasi bumi. 

Sama halnya dengan hidup kita.

Untuk apa kita menyombongkan apa yang kita miliki, untuk apa kita berteriak teriak tentang hak milik kita yang kita anggap lebih mahal dan indah daripada milik orang lain.

Satu saat semua akan mencapai titiknya. 

Apa tidak takut jika saja Tuhan mengambil segala milik kita, mengingat bahwa semua yang kita dapat juga adalah milik Tuhan.

Mengapa harus sombong?

Mengapa harus lupa untuk menginjak bumi?

Mengapa harus bangga yang berlebihan terhadap milik sendiri?
 
Apa yang di dunia adalah sementara. Rayap dan ngengat sanggup menghabiskannya. Tuhan bisa saja sewaktu-waktu mengambil semuanya.

Grafitasi bumi. Segala yang dilempar ke atas akan kembali ke bumi. Setinggi apapun kita nanti, jangan lupa tetaplah kaki menginjak bumi. *RI*

Jumat, 30 Mei 2014

Upah

"Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." 
(Rm 6:23)


Dari kecil kita diajarkan untuk selalu mendahulukan kewajiban daripada hak.
Lakukanlah kewajibanmu dulu kemudian, tuntutlah upah yang menjadi hakmu.

Tuhanpun demikian. Tuhan menjanjikan banyak hal untuk kita. Namun untuk mendapatkan upah dari Tuhan, kita harus melaksanakan kewajiban. Apakah itu? Selalu berupaya melaksanakan yang menjadi kehendakNya dan menjauhi apa yang menjadi laranganNya.

Sederhana ya. Namun empirisnya tidak seperti itu. Praktek akan jauh lebih susah dari teori. Itu kita semua tau.

Tuhan tidak serta merta membiarkan kita berada di belantara semesta dengan segala problematikanya. Tuhan memberikan kesempatan, Tuhan memediai apa yang kita butuhkan.

Tuhan tau kita gampang terayu. Tuhan paham kita gampang menyimpan dendam. Tuhan mengerti kita mudah membenci. 

Tuhan tidak membiarkan kita sendiri. 

Pegang janjiNya. Jangan terlena dengan dosa. Upah dosa adalah maut. Upah ketaatan adalah hidup kekal bersamaNya. *RI*

Kamis, 29 Mei 2014

Belajar Dari Keteguhan Dewi Amba

Dewi Amba di ujung penantiannya nggak pernah putus asa. Saking optimisnya, dia pede saat mati nanti akan menitis utk mendapatkan cita citanya.

Dewi Amba yg waktu itu mau mati aja memegang teguh& percaya kelak cita citanya akan kesampaian. Masak saya yg masih hidup sehat begini mau nyerah sih?

Amba tau dia akan mendapatkan yg dia mau. Meski sudah mati. Tapi mimpi dan keyakinannya tetap hidup. Ambil itu jadikan kaca benggala hdpmu.

Bisa bukan hanya karena sudah biasa. Tp bisa karena hati yakin dan percaya.

Jangan menyerah. Apa yg bisa dilakukan dunia terhadapmu?

Percayalah. Tuhan tidak akan membiarkan kita sendirian.

Kalaupun kita jatuh, jangan takut. Kepala kita toh takkan pernah sampai terantuk batu. Ada Tuhan menjagamu. *RI*

Mengasihi Tuhan yang Tak Kelihatan

Hari ini adalah hari kenaikan Tuhan Yesus. Dia yang difitnah dan disiksa, menderita dan sengsara, mati dan dimakamkan akhirnya menang melawan maut itu sendiri.

Tuhan menang atas dosa. Tuhan memenangkan kita. Tuhan ada dan mencintai kita jauh sebelum kita dijadikan di dunia.

Ketika Ia didera dan disalibkan, Dia belum mengenal aku. Ribuan tahun yang lalu sejak penyaliban di Bukit Golgota, Dia berjuang bahkan untuk mereka yang membenci dan melawanNya.

Tuhan saya memang istimewa. Tuhan saya luar biasa. Aku kagum dan aku sungguh mengidolakanNya.

Aku saat ini, jangankan untuk berjuang untuk mereka yang membenci kita, untuk memaafkan mereka yang berbuat salah saja masih terasa berat dan susah untuk mengikhlaskan.

Tuhan Yesus tidak hanya memaafkan, namun Ia memperjuangkan musuh-musuhNya. Kalau dipikir buat apa sih Tuhan, Engkau baik banget sama kami yang berdosa seperti ini? Namun demikian Tuhan ada dan Tuhan melihat serta Tuhan mengampuni kita jauh sebelum kita melakukan kesalahan.

Tuhan memang pergi ke atas sana, namun Tuhan tidak pernah meninggalkan kita yang di bawah sini.

Tuhan Yesus, berjuta kali, maturnuwun nggih:))

*RI*

Rabu, 28 Mei 2014

Safira Nama Saya

Safira. Yang cantik dan indah etimologis namanya. Bersama om Joe. Panas panasan di kamar kontrakan. Safira, besar jiwamu nak...


***
Safira, anak kecil itu diberi nama. Gadis kecil yang tabah. Pasrah oleh keadaan dan pasti menjadi indah nantinya. 8 bulan ia kini. Adeknya akan lahir sebentar lagi. Ibunya hamil tua. 8 bulan usia kandungannya.

Tuhan mungkin tak memberikan kemapanan ekonomi kepada Safira dan keluarga. Namun Tuhan memberi kebahagiaan dan ketulusan pada lengkung lesung pipit Safira.

Rumah kontrakan Safira kurang lebih 8x4 meter. Tersekat tiga bagian. Ruang tamu yang dibiarkan menjadi tempat parkir motor ayahnya. Ruang tengah yang dipakai sebagai ruang tidur. Dibiarkan selalu gelap karena panas ruangan mengalahkan kipas angin mini yang didudukkan di depan tivi. Bagian belakang ada dapur dan kamar mandi.

Safira selalu tersenyum ketika panas selalu mengganggu jam tidurnya. Dia tidak menangis. Pun tidak merengek. Aku pernah menjumpainya sedang kekenyangan minum susu dari botol kecilnya. Karena Safira tidak mau merepotkan ibunya yang kerepotan mengurusi makanan, ia mendinginkan badannya dengan tidur di pojokan menempel pada tembok. Tembok lumayan membuat badanmu jadi lebih dingin ya dek.. Anak pintar :'))

Orangtua Safira sering bertengkar. Safira hanya diam saat orangtuanya bersitegang. Itupun tak menjadikan bocah ayu itu merengek dan menangis. Jarang sekali mendengar Safira menangis. Tidak pernah malah.

(Oh pernah ding sekali sesudah Safira dibawa ibunya imunisasi. Tapi tetap saja saat Safira sakit pilek, tidak sekalipun terdengar sakitnya.)

Ah mungkin saja Tuhan memang mengirimkanmu sebagai tetangga depan kontrakan yang memberiku banyak pelajaran. Pelajaran tentang kehidupan. 

Aku sering mengeluh ketika kamar kontrakan sangat panas. Aku mudah menyerah. Aku belum mampu seperti Safira yang diam dan bertahan dengan lengkungan senyum yang menenangkan.

Kadang kadang dari bayipun kita bisa mengambil pelajaran. Dari Safira saya banyak belajar. Safira, Safira, sehat selalu  ya nak. Tetaplah indah dan menjadi hebat kelak nanti. Tuhan tau dan Tuhan mencintaimu. *RI*






Selasa, 27 Mei 2014

Hari Menjelang Malam

"Tinggallah bersama sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam."
(Lukas 24-29)


Sering kita kecewa dengan banyak hal setelah kita bisa memilikinya. Selalu saja ada rasa ketidakpuasaan. Selalu ada kata, "Andai saja waktu itu bla bla bla bla".  

Kesukacitaan yang dihasilkan ketika kita memperoleh sesuatu tidak imbang dengan perasaan yang kemudian akan bosan. Atau, perasaan kecewa karena mungkin bisa mendapatkan yang lebih lagi. 

Ah manusia sering tidak ada puasnya.

Tidak ada yang abadi. Tidak ada yang kekal. Tidak ada yang selamanya.

Tuhan akan membuat segala sesuatunya menjadi indah dan berkesan. Bukan sementara namun untuk sepanjang zaman. Butuh waktu untuk kita menjadi dipercaya oleh Tuhan. Selama waktu itu mungkin dunia menawarkan segala macam nikmat dan kelegaan. Sayangnya itu hanya sebentar. 

Kutipan di atas mengingatkan kita untuk bersabar akan kehendak Tuhan. Tidak mengindahkan segala macam bentuk penawaran duniawi yang sifatnya hanya sebentar.

Hari hampir malam.

Tetap bertekun dalam doa. Tetap bersungguh-sungguh dalam tiap tiap rentang zaman. 

Tuhan selalu ada. Tuhan selalu memperhatikan. Tuhan tidak pernah lebih diam daripada malam. *RI*









Esok Kan Masih Ada Katanya

Aku tidak percaya akan adanya kegagalan. Pun kekalahan. Aku pernah berkata bahwa untuk hidupku aku tidak pernah gagal. Dalam hidupku hanya ada 2 opsi. Kemenangann dan kedewasaan. Bukan kegagalan atau kekalahan.
Kegagalan hanya akan membuat kita berlarut-larut dalam keputusasaan dan rasa rendah diri.

Rasa menganggap remeh terhadap diri sendiri inilah yang fatal. Ketika kegagalan selalu terjadi, yang ada kita menyepelekan kemampuan sendiri. Akibatnya pribadi menjadi stuck, tidak berkembang.

Anggaplah kegagalan sebagai sebuah proses yang mendewasakan. Proses yang menyakitkan namun membebalkan. Membuat mental menjadi membal. Begitu terjatuh langsung bisa kembali bangkit lagi.

Rangkul kegagalan dan anggap dia sebagai teman. Jangan takut jika dia mendadak diadakan Tuhan dal hidup. Kegagalan dan permasalahan dalam hidup adalah cara Tuhan untuk mengupgrade kita.

Sekali lagi jangan percaya dengan adanya kegagalan. Mungkin yang kau alami bukan kegagalan apalagi sebuah kekalahan, namun hanya sedikit proses pendewasaan. *RI*

Hidup Disertai Tuhan

Tuhan tidak akan memberikan permasalahan di luar batas kemampuan kita. Tuhan memperhatikan kita dan ingin agar kita terus maju tanpa melupakan Dia yang bermurah hati mengasihi kita.

Percayalah, cobaan yang diberikan kepada kita adalah cara Tuhan untuk meng-upgrade kualitas kita.

Seorang tukang gembok, membuat gembok beserta kuncinya. Seorang guru membuat soal ujian  pastilah juga tau tentang jawabanya.

Demikian Tuhan, saat Ia menempa kita dengan cobaan, Ia sudah memberikan pula jawabannya.

Jangan takut gagal.

Jangan lebay terhadap kegagalan.

Anggap kegagalan sebagai teman. Rangkul dan jangan larut dalam kekecewaan. Jadi kelak ketika kita mengalami kegagalan, kita tidak terlampau berat untuk bangkit dan berdiri lagi. Bahkan berlari. *RI*

Senin, 26 Mei 2014

Kuasa Kesembuhan

"Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya." 
(Markus 9:22-23)

Selalu tidak enak ketika kita sedang sakit. Sakit membuat pekerjaan menjadi tertunda dan menghalangi aktivitas harian kita.

Tidak ada yang mau sakit. Tuhan juga tidak menghendaki kita untuk sakit karena Ia tidak mau melihat kita tersiksa. Namun dengan sakit pula, manusia dipaksa untuk beristirahat, untuk rehat dari segala penat. Agar kita ingat ada Tuhan yang berkuasa atas hidup kita. Terlampau sibuk menyebabkan kita lupa berdoa. Lupa berdoa menyebabkan hubungan kita semakin jauh dari Tuhan. Komunikasi menjadi tersendat bahkan terputus. OlehNya diberi sakit kepada kita, agar lekas kita mengingat dan bertobat, agar kita selamat.

Kita yang mengimani sakit datang dari Tuhan juga idealnya percaya bahwa kesembuhan datang juga dari Dia. Oleh karena itulah penting adanya kuasa iman.  Kesembuhan datang salah satunya lewat iman dan doa.

Percayalah bahwa Allah adalah maha segalanya. Pun Allah adalah Sang Maha Menyembuhkan. Menerima kehendakNya, apapun kondisiNya. Percaya bahwa Tuhan mengasihi kita.

Namun percaya pada Tuhan baiknya diimbangi dengan percaya pada pengetahuan medis.

Bohong jika hanya dengan berdoa kita sembuh. Bohong juga jika hanya dengan minum obat kita sembuh. Kesembuhan terjadi pada mereka yang memang merawat kesehatannya dan yang juga berpasrah diri pada Allah. Balance.

Berobat ke dokter, ke Rumah Sakit bukanlah sebuah ungkapan yang tak beriman pada Allah. Dokter paham penyakit jasmani, penyebab dan pengobatannya. Tetapi Allah yang menjadikan dokter itu ada. Allah yang menjadikan segala pengetahuan dan tehnik kedokteran.

Mengapa doa sangup membawa kesembuhan?

Jika kita percaya dan berdoa dg iman dan penyerahan, kita membuka diri kita bagi kasihNya. Apapun kehendakNya kemudian akan kita terima. Dengan doa ada kedamaian. Kedamaian menghilangkan ketakutan& kepanikan. 

Mungkin Tuhan memanggil kita kembali, mengingatkan kita dari segala kebebalan dan kekerasan hati dengan sakit penyakit, namun Tuhan juga tidak menginginkan umatNya menderita sakit dan sengsara karena kasihNya yang begitu besar. *RI*




Sabtu, 17 Mei 2014

Berpengharapan

Apa yang menarik dari mengimani Yesus? MukjizatNya? SabdaNya? BiografiNya?

Apapun jawabanmu, aku mempunyai jawaban sendiri. 

Aku mengimani Tuhan Yesus karena harapan yang selalu ada untukku. Aku percaya yang dilakukan Tuhan Yesus tidak pernah sia-sia. 

Tuhan Yesus adalah mulia dengan segala kehendak dan ketulusanNya.

Tuhan Yesus  selalu memberikan aku harapan. Tuhan Yesus menawarkan aku harapan. 

Aku buta, dicelekkan. Aku tuli, dibukakan. Aku mati, dibangkitkan.

Tuhan adalah harapan. *RI*

Teh Tawar Pacar

Aku menjadikan segelas teh tawar pacar menjadi subjek. 

Sedikit berbagi.

Kami menghadapi 3 tahun perjalanan tepat 31 Juli besok. 

Entah. 

Ini bukan sekedar teh tawar. Ini mimpi kami yang kemudian terasa kian menghambar. Teh tawar kami mengalami berdegradasi dalam mimpi. 

Siapa yang tak berkeinginan untuk menikah. Demikian aku dan pacar.

Saat hari itu datang aku pastikan aku menjadi yang paling berbahagia. Mimpiku menemaninya. Merawatnya hingga senja. Melihat generasi penerus kami tumbuh mendewasa.

Dia yang kaku dan keras bagai batu. 

Bisakah? Entah. Aku percaya jalan Tuhan.

Yang aku tau Tuhan memberikan dia. Seleksi alam mengatakan ini yang terbaik.

Aku tak ingin memutar waktu. Mengulang kenangan. Aku hanya mau menghadapi masa depanku berdua dengan dia.

Teh tawar itu mendingin. Sudah tawar, dingin. Mimpi itu semakin lama semakin tinggal mimpi. 

Dulu kami memeluk mimpi itu bersama-sama. Semakin kesini semakin kami melabil. Pernikahan kemudian tidak menjadi sebuah motivasi lagi.

Pernikahan semakin jauh dari obsesi kami.

Ah sudahlah mungkin memang belum waktunya. Paling tidak demikian yang bisa kami katakan ketika orangtua, sanak keluarga dan banyak teman menanyakan.

Iya, pernikahan adalah sakral.

3 tahun kami berjuang tidak mengotori mimbarNya. Saat kami siap nanti, semua akan terasa berkali kali lebih nikmat.Jalan Tuhan itu kekal, jalan seturut kehendak manusia daging adalah sesat dan sesaat.

Aku mengasihimu, Joe. *RI*


Kamis, 15 Mei 2014

Selamat Ulang Tahun Mama

Jika ditanya apa makanan favorit saya, dengan pasti saya menjawab sayur asem. Ditambah baceman tempe dan tahu, sambel khas simbah putri saya di Jogja dan nasi putih yang kemepul, tambah jos dengan lempeng gender yang dipepe dan dibuat sendiri.

Sayur asem buatan mama saya ngga kalah enak dari yang dibuat simbah putri. 

Ada rasa yang berbeda. Rasa yang khas.  Sayur asem mama dan sayur asem nenek. Sama sama enak dengan takaran kelezatan yang berbeda satu sama lain. 

Seorang temanku berkata sayur asem mamaku lebih enak. Namun temanku yang lain mengatakan bahwa sayur asem nenek lebih enak. 

Tidak bisa disalahkan karena masing masinh kita mempunyai indra pengecap yang berbeda. Ditambah dengan selera yang berbeda pulalah maka kita bisa mendefinisikan sesuatu itu lezat dg level berbeda dengan yang lain.

Sama halnya dengan permasalahan hidup.

Kita menganggap masalah hidup kita paling berat dan parah. Namun apakah kita pernah mencoba melihat ke sekeliling kita? Melihat mereka dengan permasalahan yang bermacam-macam pula? Sudahlah tak perlu menyangkal diri sendiri. Cukup tau bahwa memang kita itu ya seperti itu.

Selalu saja kita menempatkan diri kita pada posisi paling menderita. Selalu merasa paling bermasalah. Parahnya kadNg kita merasa kita dianaktirikan oleh Tuhan. Ah dunia, berani sekali kita mengecilkan Tuhan hanya karena kekalutan dalam menghadapi permasalahan hidup.

Mama, ia mengulang kembali tahun kelahirannya. Wanita yang nomer satu dan akan selalu begitu bagi hidupku.

Permasalah hidup apa yang belum dialami mama? Semua sudah dialami dan semua berlalu. 

Dibenci, dihina, dibuang, sudah dirasakannya. Penderitaannya mengilhamiku agar tak akan aku memilih hidup sepertinya.

Mamaku wanita yang tegar. Wanita yang sungguh luar biasa kuat. Saking kuat ya dia lupa bahwa dia adalah seorang wanita. Masih wanita. Dia lupa bahwa dia rindu untuk dicintai dan diperhatikan. 

Mama merasa begitu kuat sehingga mungkin ia tak lagi membutuhkan orang lain untuk membantu meringankan bebannya.

Mama merasa sangat kuat sehingga kemudian ia merasa tak lagi membutuhkan perubahan orang orang yang sudah menyakiti hatinya.

Ah sudahlah. Tau apa saya sebagai seorang bocah kemarin sore.

Apapun itu, Tuhan Yesus terimakasih masih Kau cintai ibuku. Masih Kau bimbing ibuku. Terimakasih. 

Tak perlu ku berdoa untuk meminta. Semua tlah Kau beri tak kurang malah selalu lebih. Mama adalah surga. Bagi kami para putra. Mama adalah kunci bahagia bagi kami. Mama adalah putaran kasih dari porosMu.

Maturnuwun Tuhan. Semoga masih bisa aku turut membahagiakan mama. 

Mama segalanya.

Doa untuk mama tak akan pernah berkurang walau hanya satu alinea. *RI*

13 Mei 2014
Studio 5 Indosiar

Kehidupan Kekal

 "Akulah Hidup" (Yohanes 14:6)

Tuhan mengadakan cobaan untuk memaksa kita belajar tentang syukur. Tuhan memberi kelebihan agar kita tau betapa tidak enaknya hidup dalam kekurangan.

Kehendak Tuhan itu nyata. Jika tak diizinkanNya ada sekarang, bukan Ia menolak, namun Ia sedang mempersiapkan dan akan memberikan yang paling baik bagi kita. 

Hidup tak lagi berkesan saat kita tak diberikanNya ujian.

Ujian membuat kita mendekat. Cobaan membuat kita kembali pulang. Mungkin kita tersesat, mungkin kita sedang di pertigaan jalan yang membingungkan, atau mungkin kita tak lagi tahu mana jalan yang benar. Tuhan menghendaki kita untuk waspada.

Hidup adalah anugerah, maka berbahagialah. Tuhan Yesus adalah hidup yang dijanjikan oleh Allah itu sendiri. Tuhan memberikan janji agar kita mampu ikut abadi. Bukan di dunia ini melainkan di rumah Bapa. 

Hidup kekal bersama Tuhan. Siapa yang tak mau, namun pertanyaannya, masih pantaskah itu untuk manusia sekeji ini? *RI*


Sabtu, 10 Mei 2014

Cinta Mulia

Pengorbanan Tuhan Yesus yang disalib merupakan puncak tertinggi dari bukti cintaNya kepada umat manusia. Dia mau menderita dan kemudian mati disalib untuk kita. Apakah kita mau menderita untuk mereka yang bahkan kita belum kenal? 

Perbedaan pandangan kita sebagai manusia awam dengan Tuhan adalah bahwa Tuhan tidak berpikir dengan pola dan sudut pandang kita. Ya iyalah karena memang Dia adalah Tuhan. 

Namun mengapa kita tidak merubah cara pandang kita seperti Dia. Paling tidak tentang pengaplikasian kasih dalam kehidupan sehari-hari. 

Yang tadinya masih terbeban dengan rasa pamrih, mengapa tak kita ubah menjadi lebih tulus dan penuh kasih?

Yang tadinya masih terbeban dengan latar belakang dan tinggi rendahnya jabatan, mengapa tak kita ubah menjadi lebih bersifat pengabdian?

Tuhan ada untuk mengasihi kita. Tuhan ada untuk selalu mencintai kita. 

Teladan Tuhan Yesus adalah kasih yang tak mengenal strata. Kasih yang tanpa syarat. Kasih yang total dan tak berbatas.  *RI* 

Bulan Maria

Saya bangga menjadi seorang Katolik. Salah satunya adalah rasa cinta saya yang besar kepada Bunda Maria.

Bunda Maria adalah ibu bagi iman saya. Bunda Maria merupakan sosok yang menginspirasi dan menjadi pedoman hidup saya.

Saya memutuskan berdevosi pada Bunda Hati Kudus Yesus sejak 3 tahun lalu. Saat hidup saya kembali pada porosnya. Saat hidup saya berbalik lagi kepada Tuhan. 

Sejak dulu memang saya selalu rajin berdoa Novena Tiga Salam Maria, namun sebatas ketika saya mempunyai keinginan-keinginan besar saja.

Berdoa rosario suci setiap hari. Berharap dan selalu berharap agar Bunda Maria menyertai perjalananku.

Di bulan Mei 2015 ini, kembali aku ingin menyatakan cintaku pada Bunda Maria. Aku percaya Bunda Maria mendoakan agar aku baik-baik saja di sini. Aku bisa merasakannya.

Saat masalah datang, cukup dengan memanggil nama Bunda Maria saja, aku merasa seperti dikuatkan. Teman teman boleh mengatakan itu sugesti. Tapi sungguh ada pembaharuan kekuatan yang muncul perlahan-lahan dari dalam.

Ini bukan rekaan.

Memang masalah belum selesai. Namun,  kekuatan ini yang menjadikan saya masih tetap bertahan. Semua menjadi lebih mudah dan sepertinya saya bisa mengatasi semuanya.

Bunda tolong aku.

Cukup itu, dan kuasa kasih Tuhan mengalir. Deras dan tak ada habisnya.

Bunda doakan aku. Bunda bimbing langkahku. Bunda, aku mencintaiMu:))

*RI*

Senin, 05 Mei 2014

Get Well Soon..

"Pertolonganku ialah dari Tuhan, yg menjadikan langit & bumi"
(Mzm 121:2 )


Hari ini adalah kemo terakhir bapak. Bapak menderita kanker kelenjar getah bening entah sejak kapan. Aku tidak tahu. Karena memang aku sengaja tidak diberi tahu tentang itu.

Aku dan bapak nyaris tidak berkisah. Bagiku masa lalu yang suram tak lagi perlu diurai satu persatu. Jelas bahwa aku hanya ingin mengabadikan yang baik-baik saja.

Saat saat ini aku percaya Tuhan Yesus menolong bapak. Artinya secara tak langsung pula Dia telah menolongku. Apapun yang dulu pernah terjadi di keluargaku tak lagi menjadi berarti. Lebih penting perbaikan kondisi bapak. Saat ini dan sampai nanti siapa dulu yang lebih dahulu mati.

Tuhan aku percaya tlah Kau angkat sakit penyakit bapak. Aku percaya selalu ada kesempatan bagi kami untuk bertobat dan kembali kepadaMu. Aku percaya Tuhan, Engkau pulihkan masa lalu kami sekeluarga. Engkau karuniai masing masing kami Roh Pengampun sehinggal lebih lemah lembutlah hati kami dan senantiasa Engkau tinggal di tengah kami menjadi perantara tunggal menuju Bapa di Surga sana.

Bapak, cepatlah sembuh. Ini putri ragilmu mendoakanmu, bapakku. 

Sudahlah kita lupakan masa yang lalu. Yang penting bapak sembuh dulu. *RI*

Efrata !

Efrata!

Berkali kali saya katakan efrata untuk hati saya.
Memang hati saya tidak bertelinga. Tapi itu bukan alasan untuk membenarkan hati saya untuk tidak mendengar.
Memang hati saya tidak bermata. Namun itu bukan pembenaran hati saya untuk tidak melihat.
Aku dikelilingi oleh mereka yang beraneka ragam. Bermacam macam. Berbagai rancang.
Cedak kebo gupak.
Manusia akan terimbas dari pergaulannya.
Efrata. Terbukalah. Segala sesuatu ada masanya. Yang baik akan tetap kekal menjadi baik. Yang buruk walau tersembunyi, satu saat akan tersingkap nanti.
Hey hati, efrata. Tetaplah mawas dan waspada. Ingatkan aku akan semua di sekelilingku. Ingatkan aku jika sedikit saja aku limbung kemudian lunglai dan tertarik arus di kanan kiriku. Ingatkan aku agar tetap berada di porosku. Ingatkan aku agar aku tetap takut akan Tuhanku.

Efrata. Efrata. Efrata. *RI*

Tuhan Yesus Baik

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. 
(1 Tesalonika 5:18)


Apa yang tidak sanggup dikerjakan oleh Tuhan? 

Apa yang tidak mungkin dilakukan ileh Tuhan?

Apa yang tidak bisa dibuat oleh kuasa kasih Tuhan?

Aku dikasihi tanpa alasan. Jauh sebelum Ia mengenalku Ia sudah mengasihi aku. Lebay katamu tapi nyata bagiku.

Aku lahir di keluarga nyaris broken home. Tuhan tidak mengizinkan ayah ibuku berpisah. Tidak karena hukumNya memang mengatakan demikian. Yang disatukan Tuhan tidak boleh diceraikan oleh manusia. 

Tuhan mengasihiku. Aku tidak dibiarkan begitu saja lahir dan besar dalam sebuah keluarga yang ruwet.

Hidupku dipegang Tuhan. 

Berkali kali aku mencoba lari tapi Tuhan menemukan aku. Beribu kali aku mencoba sembunyi, tapi Gusti selalu tahu bagaimana caranya agar aku mampu bangkit dan kembali berdiri. Dan kalaupun aku bisa sampai berlari itu karena kasih Tuhan yang memang ajaib benar.

Aku besar di keluarga kurang harmonis bukan tanpa alasan. Jika saja waktu itu Tuhan meletakkanku di keluarga yang baik-baik saja, jalan hidupku tak akan bisa menjadi seperti sekarang ini. Kemungkinan besar, aku hanya mentok menjadi sampah. Malas dan aleman. 

Aku pun tidak dipercayakan pada keluarga yang benar benar hancur. Karena kasih Tuhan yang bertubi-tubi kepadaku ini Ia memilihkan aku lahir di keluarga yang semi broken-home.

Cukup lama aku mensyukuri keberadaanku. Butuh waktu 25 tahun.

Berlari dan sembunyi. Begitu terus mungkin sampai nanti tua dan mati. Tuhan mencelekkan mataku bagai orang buta kemudian bisa melihat. Membuka telingaku bagai orang tuli yang kemudian lancar mendengar. Menaklukan kelumpuhan kakiku yang kemudian aku mampu mengangkat tilam keputus-asaanku dan berlari. Berlari dari ujung bumi sampai ke ufuk matahari. Menemui Tuhan yang selama ini selalu aku cari-cari.

Tuhan baik. Untukku. Untukmu. Untuk kita. Pahami metode kerjaNya yang memang berbeda. Tuhan baik bagiku. Tuhan mencintaiku. 100% tanpa syarat. *RI*



Bisa Ngga Ya ?

Pernah ngga teman teman merasa ragu akan kemampuan diri sendiri? Kalau yang belum pernah, berbahagialah karena memang harus demikian yang ideal dalam hidup kita. 

Beberapa hari ini saya merasa sangat depressed. Entahlah. Kadang saya berpikir mengapa rencana Tuhan untuk hidup saya begitu susah dipahami. Susah untuk saya mengerti. Susah untuk saya aplikasikan. 

Pasrahpun tak lagi cukup. Walau selama ini saya sering koar koar tentang hidup yang berpasrah. Namun sungguh demikian dilemmatisnya penulis renungan mungkin ya.

Saya merasa sangat tertekan. Saya merasa ragu akan kemampuan diri saya sendiri. Saya seperti tak bisa berbuat apa apa. Saya bagai -maaf- keledai yang plonga plongo dan tidak bisa berbuat apa apa.

Saya kehilangan kepercayaan diri saya. Entahlah. Banyak pikiran yang membebani. Banyak hal yang tak seharusnya saya pikirkan. Konsen saya tak lagi sepenuh seperti pertama. Titik fokus itu buyar dan entah ada apa di belakangnya.

Satu hal. Saya lupa saya manusia biasa. Bertangan dan berkaki dua. Bermata dan bertelinga sama seperti lainnya. 

Tak semuanya bisa saya lakukan dalam waktu yang bersamaan.

Ketika saya terlalu lelah dan terlalu angkuh untuk mencoba lagi, saya lupa bahwa sayapun berhak untuk gagal.

Tak ada yang sempurna. Demikian juga saya.

Ekspektasi yang diluar jangkauan saya tak seharusnya menjadi hambatan. Bahkan beban.

Duh Gusti. Saya lupa diri sendiri. *RI*

(Maaf penulis sedang cengeng. Lompati halaman ini. Disarankan untuk tidak dibaca).

Minggu, 04 Mei 2014

Dari Sebuah Broadcast Message

Seorang buta sdg berjalan dgn tongkatnya di mlm hari.

Tangan kanannya memegang tongkat sementara tangan kirinya membawa lampu.

Pemandangan ini cukup mengherankan bagi seorg pria yg kebetulan melihatnya. 

Supaya tdk penasaran,pria iτu bertanya,

"Mengapa anda berjalan membawa lampu??!"

Org buta itu menjawab,"Sebagai penerangan".

Dengan heran pria itu bertanya lagi,

"Tetapi bukankah anda buta & tetap tdk bisa melihat jalan meski ada lampu penerangan??!" 

Org buta itu tersenyum sambil menjawab,

"Meski saya tdk bisa melihat,orang lain melihatnya". 

Selain membuat jalanan menjadi terang,hal ini juga menghindarkan orang lain untuk tidak menabrak saya".

Disaat kita melakukan sesuatu untuk orang lain,
sebenarnya kita sedang melakukan sesuatu utk diri kita sendiri.

Kita diingatkan utk tdk jemu2 berbuat baik.

Ini sebuah rahasia kehidupan utk hidup yg diberkati, berkelimpahan
& bahagia 

Meski demikian,rahasia kehidupan ini tersembunyi bagi org2 yg egois,kikir,pelit & melakukan sesuatu berdasarkan apa yg untung bagi diri sendiri. 

Apa yg kita lakukan untuk orang lain .. Suatu saat pasti akan kembali kepada diri kita juga.                                     

Seperti yang tertulis: 

"APA YANG KITA TABUR ITU YANG KITA TUAI".


(Bahwa tak selamanya broadcast message dari contact di BB kita itu mengganggu. Ada banyak ilmu dari manapun itu. Saya percaya Tuhan mengingatkan kita lewat caraNya. Kali ini mungkin dr sebuah broadcast message. Entah siapa yg pertama kali menuliskannya. Entah dia mengambil dari mana. Tidak ada yg kebetulan. Ini jalan Tuhan.) *RI*

Sabtu, 03 Mei 2014

KUDA

"Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" - Roma 12:12


Agar berlari kencang, kadang seekor kuda harus dicambuk terlebih dahulu. Kuda dipaksa dengan dilecut agar larinya stabil. 

Ketika Tuhan melihat kita enak enakan, ongkang ongkang kaki malas berbuat lebih demi hidup, Ia menimpakan banyak ujian. Ujian agar kita naik kelas. Naik level.

Kita dicambuk Tuhan dengan banyak permasalahan yang pelik dan bermacam macam. 

Sama halnya saat Tuhan mengirimkan banyak cobaan, Tuhan menginginkan agar kita kembali kepada Tuhan dengan berdoa dan bersujud seraya berseru seru memanggil nama Tuhan. Mengharapkan pertolongan Tuhan.

Ujian dan cobaan adalah sinyal kerinduan dari Tuhan. Tuhan rindu maka Ia berseru memberi pertanda melalui air mata. 

Saya mau berjalan seturut dengan kehendak Tuhan. Apa yang Ia mau demikianlah yang akan terjadi.

Layaknya kuda. Saya siap dilecut. Saya siap berlari lebih kencang. Dan lebih kencang lagi. *RI*



God God God

Ketika berada salam kesesakan, nama Tuhan kita serukan. Tuhan Tuhan Tuhan tolong aku. Tuhan tolong Tuhan. Dll dll dll. Dimana kita saat sedang dianugerahkan kesukaan besar?

Manusiawi mengingat Tuhan dalam kesesakan. Pertanda kita masih membutuhkan Tuhan. Manusiawi kita menyerukan namaNya hanya waktu air mata meleleh melebur bersama rasa kecewa dan putus asa. Namun puaskah manusia kecil kita yang berada jauh di dalam hati sana? Pernahkah mendengar raungan tangisnya yang merindu bercakap dengan Dia Sang Maha Pencipta?

Ah aku lupa. Bagaimana masih sempat mengingat jika waktu dalam seminggu saja sudah habis untuk dunia dan demi memperbanyak angka enol di belakang koma saldo tabungan saja? Ah iya. Manusia juga ketika hanya memikirkan 'wadag' nya saja.

Tuhan Yesus pun berseru memanggil manggil Bapa saat dihadapkan dalam kondisi yang pahit. Sesaat sebelum Dia didera dan disiksa.

Jika saja bisa Ia menghindar dari tugas perutusanNya. 

Tuhan Yesus sudah membayangkan bagaimana sakitnya disalibkan. Dan iya benar, Tuhan Yesus nyaris menyerah sebelum bertanding. Dia masih menawar jika saja Bapa di Surga tidak jadi menimpakan kepahitan itu dariNya. 

Tapi toh Tuhan Yesus tidak menyerah. Pada saatnya, Tuhan rela disiksa dan dihukum atas kepicikan dan kedegilan manusia.

Selama kita bisa, teriakkan nama Tuhan. Panggil Tuhan. Tuhan merindukan namaNya kita panggil, kita sebut, kita teriakkan. Tuhan rindu saat saat dibutuhkan oleh kita.

Ah Tuhan..

Izinkan aku memanggil namaMu sampai nanti aku tak bernyawa lagi. *RI*


Show Must Go On

Mau seperti apa susahnya. Mau seperti apa repotnya. Ketika tirai panggung terbuka, tak ada kesempatan lagi untuk berlari. Hadapi panggungmu. Bersenang-senanglah di situ.

Hidup terus berlanjut. Jika kamu bukan pemenang, paling tidak kamu sudah berhasil bertahan. *RI*

Take A Risk

Resiko dalam hidup selalu akan ada. Orang yang sukses adalah orang yang berani mengambil resiko.

Kalahkan diri sendiri. Letakkan segala beban yang memberatkan. Lepaskan segala yang menjadi bumerang.

Mimpi dibuat untuk memotivasi. Tidak untuk membuai. Tidak untuk menjadikan kita sapi perah.

Ambilah resiko. Hadapi tantangan. Ini duniamu. Majulah dan berjalanlah.

Ada Tuhan dan bala tentara Surga di sisi kanan kirimu.

Percayalah resiko diadakan Tuhan untuk mematangkan pribadimu. *RI*

Komitmen

"Lebih baik tidak membuat janji daripada berjanji tetapi tidak menepatinya." (Pengkotbah 5:4)


Apa yang susah dari sebuah janji? Komitmen untuk menepatinya.

Janji memang mudah diucapkan namun komitmen yang dibawa dari sebuah janji itulah yang berat.

Janji adalah hutang. Hutang harus dibayar. Ketika kita menyepelekan sebuah janji, berarti kita sama saja dengan menyepelekan diri kita. 

Saat  kita berjanji percayalah kita sedang disaksikan oleh Tuhan. Tuhan memantau kita. Melihat apa yang kita lihat. Mendengar tiap tiap kata yang terucap.

Janji itu mahal harganya. 

Hari ini banyak orang yang dengan mudah mengucapkan janji dan tidak ditepati. Contoh generalnya, para pemimpin dan pejabat negara.

Mereka semua berkata indah. Janji janji muluk muluk dan akhirnya zonk. 

Sekolah gratis, pengobatan gratis, dan banyak janji yang dikatakan waktu kampanye. Namun akhirnya ketika dipilih, janji itu seakan lesap ditiup arogansi dan kepentingan ego sendiri.

Tuhan, semoga kami bisa lebih menjaga apa yang keluar dari bibir ini. Lebih berhati hati terhadap janji. Lebih mawas lagi untuk tidak main main dengan janji. *RI*


Dari Lantai 32

Tuhan Allahmu ada diantaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia memperbaharui engkau dengan kasihNya,”…….[Zefanya 3:17].



Saya belajar banyak hal.

Dunia ini luas dengan segala permasalahan hidupnya. Yang berat menurut kita tak selalu berat bagi orang lain.

Tak selamanya juga orang lain harus tahu permasalahan kita. Mereka tak akan punya waktu untuk sempat memperhatikan kita. Kalaupun sempat juga apakah kita yakin dia sedang tidak mempunyai masalah. Mungkin masalah merekapun juga lebih besar dan berat dari masalah kita.

Dari lantai 32 ini, saya percaya saya bisa menjalani hidup sendiri. Terkesan egois dan semacam angkuh yang tak tersubstitusikan dengan baik ya? 

Hampir 29 tahun lamanya kaki menginjak bumi. 

Orang Jawa bilang watak manusia terbentuk di usia yang ke 27. Ketika kita tak lagi bisa berubah ya selamanya karakter manusia kita akan stuck seperti itu.

Tapi tidak dengan saya.

Saya percaya saya masih bisa berubah menjadi individu yang lebih baik. Saya yakin saya bisa karena Tuhan menciptakan kita semua dengan alasan yang baik.

Saya percaya saya bisa menjadi sebaik yang Tuhan mau. Meskipun artinya saya harus berjuang mati matian membunuh ego dan membungkam idealisme saya selama ini. 

Dari lantai 32 pula saya belajar memahami bahwa manusia tak pernah ada yang sama. 

Bukan mereka yang mesti berubah sesuai yang kita ingin, namun diri kita sendirilah yang harus pintar beradaptasi menyesuaikan diri.

Mengapa harus memaksa orang lain untuk berubah kalau diri sendiri masih perlu banyak perombakan? *RI*

Dear Diary

Meruntut perjalanan blog ini.

Awalnya saya ingin memberikan renungan tiap harinya dengan point of view dari saya sendiri. Dengan mengambil pendekatan yang paling faktual dan juga aktual. Saya mencoba mengambil kisah hidup saya sendiri.

Saya mereview diri melalui tulisan saya.

Betapa banyak hal yang tidak boleh dicontoh. Betapa dalam banyak hal saya telah berlaku bodoh.

Saya mau berubah. Saya harus berubah.

Mencoba membiasakan perilaku jujur mengakui kekurangan dan kenaifan diri adalah upaya membenahi diri sendiri agar menjadi lebih baik lagi.

Bukan untuk siapa siapa. Namun lebih untuk diri saya sendiri.

Background yang pahit, jalan hidup yang terjal tidak membuat saya patah semangat. Saya memaksa diri agar mampu bangkit sambil intropeksi diri.

Alinea demi alinea ini adalah pantulan hidup saya. Nyata dan beginilah adanya.

Seiring berjalannya waktu, dengan berlandaskan ayat kasih Tuhan yang senantiasa mengingatkan untuk tetap berada di tengah jalan, blog ini menjadi lebih ke pemenuhan jiwa yang ampang.

Kembali menulis. Entah ada yang baca atau tidak. Terserah. Saya hanya perlu menulis.

Dear diary.. Eh salah ding. Dear blog.... *RI*