Minggu, 27 April 2014

Catatan Senjakala

Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barang siapa yang cemar, biarlah ia terus cemar, dan barang siapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barang siapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya! Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya”  (Wahyu 22:11-12)
***

Aku memang tidak pernah tau apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Bahkan ketika aku taupun ternyata aku memaksa diri untuk tidak mau tau. Yang harus aku tau adalah segala sesuatu terjadi persis dengan apa yang aku kehendaki. 

Tuhan menjadikan semua indah sesuai dengan waktunya. Waktu Tuhan berbeda dengan kita. Cepat atau lambatNya berbeda dengan cepat lambat parameter manusia.

Mungkin memang aku tidak tau apa yang Tuhan inginkan dalam hidupku. Namun aku tau apa yang aku inginkan.

Untuk semua yang aku ketahui dalam hidup itulah aku akan terus berjuang.

Doaku hanya cukup mengatakan: semoga benar Tuhan berkenan pada tiap tiap apa yang aku lakukan. *RI*

Selasa, 22 April 2014

Tuhan tolong aku..

Bekerja dalam sebuah tim itu sulit. Betapa menahan ego dan idealisme itu sangat susah. Selalu saja harus dilalui dengan gontok gontokan. 

Semua pertentangan terjadi karena kemungkinan besar dalam diri kita menolak pendapat dan masukan dari teman. Penolakan terjadi karena seringkali merasa diri paling benar dan paling benar.

Masing masing kita terdiri dari kepala yang berbeda. Dengan berbagai macam pemikiran dan imajinasi. Apa sungguh kita tetap akan berkeras mempertahankan apa yang kita anggap benar? 

Manusiawi jika kita selalu ingin mempertahankan apa yang menjadi angan angan kita. Tapi bukankan kita mahkluk sosial yang harus juga berinteraksi dengan yang lainnya?

Ini superteam bukan superman. Meleburlah seakan kita satu jiwa.

Rendah hatilah. Dewasalah. Tak selamanya kita harus nggugu karepe dewe. 

Saat tak menemukan titik temu seperti ini aku hanya mampu berseru, "Tuhan tolong aku." *RI*

(Pojokan backstage Studio5 Indosiar)

Sabtu, 19 April 2014

Maria dari Magdala atau Maria Magdalena

Maria Magdalena yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu bukanlah perempuan sundal yang ditulis di Lukas 7:36. Perempuan ini ditampilkan dengan tidak bernama.

Penginjil Yohanes menulis bahwa kaki Yesus diurapi di Betania oleh saudara Lazarus. Maria meminyaki kaki Yesus kemudian menyekaNya dengan rambut (Yoh 12:3).

Matius mencatat pada kaki salib Yesus hadir Maria dari Magdala atau Maria Magdalena (Mat 27:54).

Dapat disimpulkan tidak ada kaitan antara perempuan pelacur yg ditampilkan oleh Lukas dengan Maria Magdala / Maria Magdalena. 

Kisah Maria Magdalena adalah pelacur yang kemudian bertobat dan menangisi dosaNya pada kaki salib Yesus lagi pada abad VI,  krn Paus Gregorius Agung memadukan ketiga orang itu menjadi satu dalam diri Maria dari Magdala / Maria Magdalena. Namun itu keliru.



Pak Supir Taxi

Pagi ini saya  ke Gereja Kristophorus Grogol dengan taxi. Mengikuti misa Paskah anak sesuai tradisi yang dibiasakan diri sendiri. 

Pulang misa saya berjalan ke depan untuk kembali mencari taxi. Berhentilah taxi express warna putih yang siap mengantarkan saya pulang ke apartemen tempat saya dikarantina. Argo menunjukkan pada nominal Rp 12.000 sekian.

Sesampainya di depan gate apartemen saya turun. Segera saya berikan pecahan Rp 50.000- an untuk membayar. Ternyata pak supir taxi tidak membawa kembalian. Menyebalkan bahwa tidak ada niat dan inisiatif untuk turun dari mobilnya kemudian menukarkan uang. 

Saya mengalah dan menawarkan untuk turun di depan waralaba untuk jajan dan menukarkan uang. 

Argo waktu itu menunjuk pada angka Rp 12.000 sekian. Saya berencana memberikannya uang Rp 14.000 bukan uang tips tapi karena saya yakin pak supir taxi tidak membawa uang kembalian lagi. 

Panas panas saya kembali berjalan menuju taxi. Kagetnya argo menunjuk ke nominal Rp 18.000 sekian.

Rupanya argo tidak dimatikan oleh pak supir taxi. Oh oke. Juara sekali dia. Sudah AC dalam mobil tidak berasa, sikap yang tidak ramah pada penumpang, sekarang berniat mencurangi. Demikian gerutu saya dalam hati.

Saya pura pura tidak lihat dan tidak bertanya berapa nominal argo yg sekarang. Saya mantabkan hati untuk tetap membayar waktu saya turun tadi. Rp 12.000 sekian. Saya membayarnya Rp 14.000 sekian. Saya langsung pergi. Pak supir taxi tadi diam saja. Tidak protes dan mengejar saya.

Sepanjang jalan menuju kamar, hati saya grundelan. Keterlaluan pak supir taxi, pantaslah ia hanya mjd supir taxi. Begitu kira kira kekesalan di hati saya.

Tiba di kamar saya kaget.

 Saya lupa saya baru saja pulang dari gereja. Pulang misa. Pulang dari menerima hosti. 

Mengapa tidak ada kasih di hati saya? Mengapa saya tidak dengan langsung memaafkan pak supir taxi dan memberikan uang sesuai nominal yang tertera di argo. Terlepas dari dia mau curang atau apalah, tapi bukankah Yesus sudah lebih dulu mengajarkan kita untuk mengasihi mereka yang berbuat jahat kepada kita?

Saya lupa saya pengikut Kristus. Saya lupa saya baru saja merayakan kemenanganNya mengatasi dosa dan maut. 

Saya lupa baru kemarin hari Jumat saya belajar tentang ketabahanNya menghadapi penderitaan dan kesengsaraan.

Tuhan Yesus saja mampu memaafkan mereka yang telah menyalibkanNya. Ia mampu menanggung dosa mereka yang sudah memfitnahNya dengan keji, mencambukNya tanpa hati, memahkotaiNya dengan duri, membagi bagi jubahNya sebagai undi, dan menyalibkanNya di bukit Kalvari. 

"Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan." (Lukas 23:34)

Mengapa aku tidak berpikir bahwa mungkin saja pak supir taxi diutus Tuhan sebagai ujian. 

Aku hanya dirugikan beberapa perak saja tapi sudah seperti yang paling disakiti. 

Aku gagal. Aku dikalahkan oleh pak supir taxi pagi ini. *RI*






Jumat, 18 April 2014

Pesan TerakhirNya

Alkitab menuliskan bahwa Yesus dipaku di atas kayu salib sekitar enam jam (dan bahkan lebih dari itu), dan ketujuh perkataan inilah yang dicatat oleh murid murid Yesus.

Tujuh perkataan yang diucapkan oleh Yesus ketika disalib sebagaimana tertulis dalam keempat Injil:

Lukas 23:34 "Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.”

Lukas 23:43 “Sesungguhnya, hari ini juga kamu akan bersama Aku di dalam Firdaus.”

Yohanes 19:26-27 “Ibu, inilah anakmu!” – “Inilah ibumu!”

Matius 27:46 & Markus 15:34 “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

Yohanes 19:28 “Aku haus!”

Lukas 23:46 “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.”

Yohanes 19:30 “Sudah selesai."


(Dari berbagai sumber) *RI*

MencintaiMU

“Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapus kesalahan-kesalahan kita dan melempar segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut” (Mikha 7:19)

Kadang sungguh aku terlena dengan kesibukanku. Melupakan Tuhan yang memberikan banyak hal dan ilmu. Menyiakan kasih yang selalu tercurah untuk keselamatan jiwaku.

Iya. Dunia membuatku lena. Mungkin aku bisa menjadi kembali dekat bahkan sangat dekat denganNya pada saat aku sedang dalam kekurangan. Dalam kondisi kepayahan. Dalam kondisi jauh dari yang aku harapkan.

Tapi bila dalam kondisi sedang berbahagia. Tercukupi segalanya. Waktu terisi dengan suka dan tawa. Harta  dan rejeki berpihak di sisi kiri kanan depan belakang tanpa mengenal jeda. Susah menemukan waktu untuk berdua hanya denganNya. 

Mengerikan ketika kita dicobai dengan kekurangan. Namun lebih mengerikan ketika kita dicobai dengan kelebihan.

Awam mengatakan enakan dicobai dengan kelebihan. Yah paling tidak ada sedikit kebahagiaan disitu. Palingan tak akan lama kita melupakan Tuhan.

Padahal sebaliknya. Akuilah bahwa lebih banyak yang berhasil kembali bertelut padaNya dalam kondisi kekurangan. 

Jarang ada yang kembali ke jalan Tuhan saat keadaan kita sedang enak-enaknya. Yang ada kita terjebak di dalamnya. Tambah sibuk dan tersesat kemudian salah melangkah. Semakin jauh dan jauh lagi. Jauh dari terang kasih Tuhan.

Ah. Kalau bisa memilih aku tidak ingin dicobai dua duanya. Aku hanya ingin hidup mencintaiNya. Aku tau aku bukan siapa siapa. Aku hanya membutuhkanNya. 

Apapun keadaanku, semoga Tuhan tak meninggalkan aku. 

Aku percaya. Karena aku mempunyai iman yang lebih besar dari kehidupanku sendiri. *RI*

Kemenangan yang Mengalahkan

Orangtua dan kita semua pasti mengharapkan agar pasangan kita nanti berasal dari kepercayaan dan agama yang sama.

Sama, saya dan pacar juga demikian.

Saat ini kami berdua mengimani Tuhan yang sama. Tuhan Yesus. Yang membedakan hanya di cara beribadatnya saja.

Saya beragama Katholik. Pacar beragama Kristen Oikumene.

Untuk menikah, mendapatkan sakramen pernikahan otomatis salah satu dr kami harus ada yang mengalah. Entah saya ataupun pacar. Dan tidak ada di antara kami yg demikian. 

Yang jelas, selama 3 tahun kami berdua gontok-gontokan tentang ini dan tidak menemukan solusi yang menengahi.

Kalau dia kanebo kering, kalau saya pohon bambu tua. Sama sama kaku, keras, dan tidak ada yang mau mengalah.

Entah.

Saya percaya Tuhan sayang dengan kami berdua. Pasti ada jalan. Pasti.

Doa saya 3 tahun ini, bahwa semoga saja salah satu dari kami dilembutkan hatinya dan mau untuk mengalah dan menerima.

Tapi, mengapa sampai ini hati kami masih kelu dan kaku ya?

Tuhan tolong kami :(( *RI*


Saya dan pacar. Sama sama keras dan kaku. Sama sama batu. Jika Tuhan menghendaki, 31 Juli 2014 ini usia hubungan kami 3 tahun. Jika Tuhan berkenan melembutkan, tak perlu masuk tahun ke 4, kami akan saling menerimakan sakramen pernikahan. Akankah? Ayo Joe, Riz, kalian bisa lebih lembut dan rendah hati dalam perbedaan. 

Cinta yang Agung di hari Jumat Agung

Apa yang lebih berharga dari sebuah pengorbanan? 

Pengorbanan ada karena cinta. Cinta ada karena rasa memiliki. Ketika kita mencintai kita juga sudah harus siap untuk berkorban. 

Tuhan Yesus mencintaiku. Dia memilikiku. Untuk itulah Dia berkorban mati demi dosa dosaku. 

Kok mau ya Tuhan?

Sedangkan aku untuk ibu sendiri saja kadang masih suka hitung-hitungan.

Ah Tuhan aku tidak mengerti jalan pikiranMu. Mengapa Engkau mau dan menyediakan diriMu untuk disiksa? KepadaMu dituduhkan segala yang jahat dan keji tapi legawa Engkau menerimanya?

Tuhan aku berbicara padaMu lewat penggalan paragraf yang pastilah tak akan sanggup untuk mengurutkan kasihMu dalam hidupku.

Ajarkan aku untuk mampu mencintai sesamaku seperti yang sudah Kau ajarkan.

Ajarkan aku untuk mampu berkorban dengan ikhlas dan tulus.

Tuhan Yesus, selamat hari raya Paskah. *RI*

Kamis, 17 April 2014

Kamis Putih di 2014

“Aku memberi perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh 13:34). 

Mengasihi sesama adalah hal yang paling mudah diucapkan. Pada saat yang sama ini adalah hal yang paling susah dilakukan. Tuhan Yesus mencontohkan semua dengan amat konkret dan riil. 

Pemimpin manakah yang hanya sudi naik keledai lemah bukan kuda perkasa?

Ah aku ingat beberapa waktu ini para calon pemimpin negri berlomba menampilkan dirinya pada saat menaiki kuda perkasa. Sudahlah.

Pemimpin manakah yang mau menyapa orang orang lapar, berbaur dengan mereka berpenyakit menular dan menjijikkan, tak segan memberi bantuan, banyak lagi kasih Tuhan yang riil seperti tercatat pada Injil. Semua didasarkan atas kasih bukan pencitraan.

Masihkah ada pemimpin yang mau bergabung dengan golongan yang dijauhi, dikucilkan? 

Yesus bersedia saat Magdalena ingin mencuci kakinya dengan memakai minyak wangi termahal miliknya dan menyekanya dengan rambut. Rambut adalah mahkota karena terletak di kepala. Bagian teratas anatomi tubuh kita. Oleh Magdalena digunakannya untuk menyeka kaki Yesus dan Yesus membiarkannya. 

Yesus pernah membela pelacur yang akan dihukum didepan para imam dan tetua kampung. Ia berani terima resiko agar menjadi dekat dengan kaum marjinal, kaum pendosa dan lain sebagainya. Tanpa takut Ia menantang untuk melemparkan batu bagi siapa saja yang merasa tak pernah berbuat dosa. Dan nyatanya mereka mundur bubar satu persatu. 

Dalam perjamuan terakhir, Yesus mengitari 12 muridNya mencuci kaki dan menciuminya. Adakah pemimpin di zaman sekarang yang mau mencuci kaki mereka yang jelata? Apalagi kemudian mencium kaki kaki mereka? 

Di antara ke 12 murid itu Yesus tau akan ada yang mengkhianatiNya. Yaitu Yudas Iskariot. Tetapi Tuhan tidak membeda bedakan. Dengan rendah hati dan manis Ia membagi kasih yang sama. Kasih yang sama besar bagi murid murid yang menghormatiNya sebagai guru dan murid yang akan menjualNya demi harta yang tak seberapa.

Hanya Tuhan Yesus yg bisa.

Tuhan. Ini aku. Selamat pagi. Ingatkan aku Tuhan untuk menjaga iman. Bangunkan aku jika terlalu lelap aku tertidur dalam malam yang cukup lama. Tetapkan hatuku untuk selalu Kau limpahi kasih.

Aku hidup untuk DIA yang sudah rela lebih dulu mati bagiku. 

Aku mengasihiMU Tuhan. *RI*

Senin, 14 April 2014

Tuhan Maha Memampukan


Aku tau Tuhan memampukanku.

Tidak pernah ada yang namanya kegagalan. Yang ada hanya kesuksesan dan proses pembelajaran. 

Aku belum kalah. Masih banyak waktu sebelum nanti aku mengembalikan segala yang kusandang di sini  kepadaMu.

Tuhan Terimakasih Engkau selalu menjadi Tuhan yang tak pernah gagal. *RI*

Selasa, 08 April 2014

Manifestasi Kasih #3

"Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." Matius 6:14-15
 
Peristiwa pembunuhan Adesara Angelina Suroto (19) oleh mantan pacarnya dan pacar dari mantan pacarnya (terdengar sangat aneh bukan?) membuktikan bahwa ada yang tidak beres pada pembangunan mental anak usia remaja pada saat ini.
 
Bagaimana tidak, saya bahkan masih tidak bisa percaya bahwa mereka yang notabene masih berusia belasan tega menghabisi nyawa seseorang dengan begitu keji. Disetrum, disumpal koran dan dipukuli dan lebih mengerikan bahwa pelaku membawa jenazah yang masih ada di dalam mobil selama 21 jam. Saya tidak mampu untuk membayangkan.
 
Tidak masuk akal. Darimana bocah bocah itu mendapatkan nyali senekad itu untuk menghabisi nyawa seseorang. Dalam hal ini Adesara adalah mantan kekasih pelaku sendiri. Ironisnya, pembunuhan ini dibantu oleh pacar dari mantan pacar Adesara. Untuk selengkapnya baca di http://bungkusdah.com/kronologi-pembunuhan-ade-sara/
 
Saya tidak ingin membahas kasus keji dari sepasang remaja yang kehilangan akal sehatnya untuk halaman ini. 

Saya lebih tertarik pada ketulusan mengampuni yang diajarkan oleh kedua orangtua Adesara. Benar benar menyentuh dan sangat menginspirasi.
 
Adesara adalah anak tunggal keluarga Suroto. Ibunya, Elisabeth Diana Dewayani, adalah guru sekolah minggu. 

Apa yang ia ajarkan, itu pulalah yang ia laksanakan di kehidupan hariannya. Mengetahui putri semata wayangnya meregang nyawa di tangan orang yang dikenalnya tak membuat orangtua Adesara larut dalam duka dan membakar kebencian dalam dendam. 

Pada kedewasaan imannya akan Yesus, ayah dan ibu Adesara ikhlas akan kepergian anaknya yang terlalu cepat dan dengan cara yang tidak manusiawi. Bahkan ibu Adesara sendiri masih bersedia dipanggil 'mama' oleh pelaku pembunuhan yang dulu pernah dikenalnya sebagai kekasih putrinya. Mereka memaafkan kedua pelaku dengan tulus ikhlas mereka merelakan apa yang sudah terjadi pada putri tercintanya.

Kesungguhan mengikut Yesus dinyatakan dalam pengampunan yang tanpa sungkan. Kasihnya kepada Tuhan ia buktikan dalam sikap dan perbuatan. Mengesankan. 
 
Tuhan memberikan cobaan yang sedemikian dahsyat, namun orangtua Adesara tetap teguh bersikeras pada ajaran Tuhan untuk saling mengampuni. Tak ada dendam tak ada benci.
 
Dan lagi lagi ini tak masuk akal bagiku. Orangtua mana yang tak merasa kehilangan atas kepergian anaknya. Lagipula Adesara adalah putri satu satunya keluarga Suroto.  Pastinya segala harapan keluarga Suroto ada di Adesara. Kalau kemudian putri tunggalnya meninggal dengan cara yang tidak layak dan mereka masih sanggup mengampuni, bukankah itu hal yang luar biasa hebat.
 
Tuhan bekerja dahsyat. Tuhan mengajarkan untuk mengampuni sesama. Karena ketika kita mengampuni, Bapapun akan mengampuni segala kesalahan kita. Tapi tetap masih saja tak masuk akal bagiku bagaimana bisa kasih sebesar itu masih ada di jaman edan seperti sekarang ini. Mengampuni yang tanpa syarat. Hebat.

Ah tapi biarlah. Biarlah yang tak masuk akal bagiku ini tetap ada. Toh kasih Yesuspun tak masuk akal bagiku. Bayangkan, jauh sebelum mengenalku Ia sudah rela menyerahkan tubuhNya untuk disiksa, dihina dengan dipakaikan mahkota duri dan disalib. Salib yang adalah hukum pemerintah paling rendah. Semua diterima Tuhan Yesus tanpa memandang hina dan benci sesiapa saja yang ikut menyalibkanNya. 

Semua dilakukanNya karena Dia menyayangiku. Dia menebus segala dosaku. Dia rela menderita hanya untuk memulihkan dosa dosaku. Dosa dosa manusia yang belum dihadirkan pada jamanNya. 

Jauh sebelum aku ada, aku sudah dicintai dan dibela habis-habisan olehNya. 

Aku diampuni dan aku selalu diberikan kesempatan. Kesempatan untuk bertobat dan kembali kepadaNya. 

Aku mengambil kedua orangtua Adesara sebagai manifestasi kasih Tuhan. Pengampunan ada. Ampuni yang bersalah pada kita, karena kita mengharap pengampunan yang sama dari Bapa kepada kita. 

Lagipula bukankah semua yang ada di dunia sudah mendapat upahnya sendiri sendiri? *RI*
 

Bahwa Mujizat Masih Ada

"Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"  (Markus 9:23b)


Tanggal 31 Maret 2014, Narvastu, bandku berangkat ke Makassar dalam rangka menjadi band pengiring Trio Macan. 

Aku tak berada di situ. Jadi kesaksian ini murni berasal dari Joe, pacarku yang menceritakan semuanya sesaat setelah terjadi insiden di jalan tol via bbm.

Puji Tuhan show berlangsung lancar. Teman-teman diajak oleh penggadang acara untuk makan-makan. Berangkatlah  2 mobil menuju tempat yang dituju. Mobil satu ditumpangi oleh driver, Joe, mas Achonk gitaris, Jack drummer, mas Roy pemain suling, dan pemain kendang (saya tidak tahu namanya).

Sebuah insiden terjadi di mobil kedua. Inova. Di dalamnya ditumpangi oleh driver, seorang ajudan dan Tata, bassis kami.

Mobil melaju kencang dengan kecepatan 130 km/jam. Tak terlihat ada truk kontainer di depan. Tak terlihat karena lampu belakang mati dan asap knalpot yang dihasilkan sangat hitam dan pekat. Jelas tak terlihat ditambah dengan waktu kejadian malam hari.

Truk berjalan dengan lambat dan di tengah ruas jalan. Sebelum menyentuh truk tersebut, driver baning stir dan kemudian terlempar ke sisi jalan. Berhenti karena menabrak pembatas jalan di sisi lain arah. yap mobil ringsek 75%. 

Dengan kondisi mobil yang seperti itu, teman teman sudah histeris terbayang apa yang terjadi di dalam mobil. Tata. Bassis kami termasuk di dalamnya. Jika terjadi apa apa bagaimana nanti kami mempertanggungjawabkan semua pada keluargnya di Tangerang. Semua perasaan campur aduk. 

Teman teman di mobil lain ada yang langsung menghampiri mobil Tata untuk memastikan keadaan. Lainnya mengejar kontainer yang sempat kabur.

Puji Tuhan. Mujizat terjadi. Tata dan 2 penumpang lain tidak lecet sedikitpun. Ajaib jika melihat kondisi keringsekan mobil.

Saat kejadian, salah satu teman melihat ada penumpang lain di dalam mobil berjubah putih dan berambut gondrong. Ada tepat di sisi Tata. Ketika yang lain mengatakan itu setan, kita percaya itu Tuhan Yesus yang menyertai Tata. Amin. Amin. Amin.

(saya merinding)

Setelah Joe bbm, saya segera kroscek kejadian kepada Tata. Dibalasnya jam 2.30 WIB. Tata berkata bahwa benar terjadi insiden dan berkat Tuhan dia selamat. Selama perjalanan dari Jakarta - Makassar,dia selalu berdoa meminta penyertaan Tuhan. Sungguh Tuhan menjawab doa doanya. Ajaib Tata turun mobil dengan keadaan masih mulus tanpa lecet sedikitpun. Kuasa Tuhan bekerja. Puji Tuhan.

Satu lagi kuasa Tuhan terjadi di lingkaran hidup saya. Terimakasih Tuhan Engkau luar biasa. Engkau bekerja dengan cara yang tak kami mengerti. *RI*



Talita Kum

Markus 5:41 
Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: "Talita kum," yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!"

Talita kum. Demikian aku mendengar sepatah kata yang ajaib terucap. Selalu saja seperti itu ketika sungguh peluh sudah terlalu membebani pundak. Ada kata itu.

Tuhan, aku masih gadis kecilMu. Yang selalu saja melakukan kesalahan. Kesalahan kesalahan kecil tapi jika diakumulasi menjadi setinggi gunung Jayawijaya. 

Terlalu banyak kesalahan yang berulang. Entah apakah manusia itu adalah benar benar diciptakan bebal atau hanya aku saja? Ah entah. 

Ketika kita berbuat dosa tak taukah bahwa hati kita seperti membangun sebuah tembok pembatas yang tinggi dan menyebabkan kita terjebak di dalamnya? Di dalam tembok itu kita terkungkung bersama dengan banyak perasaan. Perasaan yang kemudian menjerumuskan. Perasaan yang akhirnya hanya menyesatkan. 

Kita menjadi merasa sangat berdosa dan tidak pantas untuk membina hubungan dengan Tuhan.

Pernah?

Perasaan bahwa kita manusia berdosa adalah iya memang benar demikian. Namun, jika kemudian perasaan itu menjebak kita untuk berkubang dalam rasa salah dan rasa ketidakpantasan. Itu yang berbahaya.

Seberdosa apapun, Tuhan memakluminya. Sebersalah apapun, Tuhan memaafkan. Namun jangan kemudian ini menjadikan kita besar kepala. Ojo dumeh. Karena Tuhan kita Tuhan yang pemaaf jadi kita seenaknya berbuat dosa. Bukan. Bukan demikian.

Talita kum. 

Bangkitlah dari dosa. Lepaskan segala perasaan bersalahmu. Kembalilah dengan komitmen tidak untuk mengulang kesalahan yang sama kembali.

Demikian kita dibangkitkan. Demikian Talita kum terucap dan tertuju pada kita. *RI*

Energi Energi

"Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya”
(Ibrani 13:15) 

Tuhan menciptakan semua untuk tujuan baik dan mulia. Sangat disayangkan jika manusia sendirilah yang mengotorinya. 

Demikian juga bibir. Ada dua hal yang mampu dikeluarkan oleh bibir. Berkat dan kutuk. 

Bibir yang mengeluarkan berkat tak hanya menyenangkan bagi Tuhan tapi menyenangkan juga bagi kita dan mereka di sekitar kita.

Membayangkannya saja saya sudah damai dan tenang.

Bibir yang terbiasa mengeluarkan berkat akan senantiasa dewasa dan bijaksana. Tuhan menyenangi kita yang selalu bersyukur dan memuji dalam segala waktu dan kesempatan. 

Rasa syukur dan puja pujian kepada Tuhan akan memberi impact positif. Apapun kondisinya sesulit apapun keadaan hidupnya, jika bibir terbiasa berkata syukur dan memuliakan Tuhan maka beban hidup itupun menjadi juga terslamur

Bibir yang mengucapkan berkat akan menjadi doa yang menenangkan untuk sekitarnya. Tak akan lagi ada rasa dengki dan iri melihat kesuksesan orang lain. Tak akan lagi cepat mengeluh dan meratap jika diri sendiri blm bisa mencapai apa yang sudah dicapai orang lain. 

Terbayang juga suasana negri yang nyaman dan tentram. Penduduk yang berbudi pekerti luhur, toleransi tinggi dan saling menghargai. Kondisi dimana negri menjadi idaman semua negri. Tidak ada lagi perbedaan yang berarti. Tidak ada lagi intimidasi ras dan gender karena manusianya saling memberkati. Kebahagiaan orang lain adalah juga bahagia kita.

Sungguh menyenangkan membayangkan tidak ada lagi perang mulut, adu argumen memakai otot dan urat syaraf yang menegang, dan lainnya. Semua saling berkata baik dan berkat lahir dengan sendirinya. Tuhan memberkati negri yang berserah dan percaya padaNya. 

Bagaimana dengan bibir yang selalu merutuk dan meratap? Tidak didapati satu kesukaanpun di antaranya. 

Sungguh Tuhan selalu mencintai orang orang tegar yang berkekuatan dobel dobel. Manusia tangguh yang ketika dia terjerembab jatuh selalu ada saja semangat yang menguatkan untuk kembali berdiri dan berjalan bahkan berlari.

Bibir yang cepat mengeluh hanya akan menjadi penghambat semangat. Tuhan tidak akan berkenan. Nggak usah jauh jauh Tuhan, teman dan sekitarmu juga akan tidak suka. Dan ini wajar. Seberat apa sih kesusahan hidupmu? Kenapa ak membiasakan diri untuk menanam energi melalui perkataan yang kemuar dari bibir sendiri.

Lemah dan tidak sabaran. Penyakit orang pesimis. Mudah menggerutu. Terlalu cepat untuk merutuki sesuatu. Dan apa yang terjadi, batin sendiri terbengkalai. Tidak tahu apa yang terjadi di dalam sana mengapa begitu mudah untuk terluka.

Semangatilah diri melalui kata kata syukur. Puji Tuhan dengan lisan. Muliakan Tuhan melalui perkataan. Sambut energi baru dari DIA Sang Energi itu sendiri. Terlalu picik untuk kita selalu mengeluh. 

Hey, lihat dunia terlalu singkat untuk kita terus meratap. *RI*

Kamis, 03 April 2014

Alkisah

Semua yang terjadi pasti beralasan. Semua yang ada di bumi diciptakan Tuhan karena kebaikan. Demikian aku dan kamu yang kini bisa disebut dengan kita.

Banyak sekali rintangan. Sepertinya semua tak kunjung usai. Banyaknya hambatan semoga tak mengurangi rasa kerinduan untuk melanjutkan mimpi yg membara di tahun pertama. 

Semoga keluarga kecil yang berdasar atas kasih Yesus masih menjadi cita cita kita.

Sedikit aku ingin berkisah tentang aku dan dia. Tentang kami berdua dengan begitu banyak peristiwa. Iya, tak apa-apa, karna aku tau, ia tak akan mau melihat halaman demi halamanku ini. Jangankan melihat, untuk mau taupun dia tak akan sempat.

Menuju tahun ke tiga antara kita.

Kamu anak tunggal. Aku anak bungsu. Sudah jelas kelihatan tanpa harus aku menjelaskan.

Kaku. Keras. Arogan. Sama seperti itu sifatmu dan aku. Sama sama tak ingin mengalah dan tak ingin dikalahkan. Susah. Titik temu adalah hal mewah. Sepaham dan sependapat adalah sesuatu yang mahal dan langka. 

Kamu dan aku. Sama sama mempunyai mimpi. Itu romansa tersendiri. Tak akan aku kurang-kurangi part ini. 

Tahun ini tahun kulminasi. Titik didih itu semakin mendidih. Titik yang sepertinya selalu menuju ke satu titik namun entah kemudian selalu kita membubuhkan koma lagi dan demikian seterusnya. Titik koma. Selalu ada anti-klimaks di tiap tiap klimaks pertikaian.

Saya lelah. Saya tau kamu juga samalah. Konsen kita telah berbeda. Dulu kita berlomba saling membahagiakan. Kini, semua bagai tersisip pamrih. Sama sama melakukan kalau yg lain sudah melakukan. Tulus itu menghilang. Kasih menyurut. 

Aku diam. Mencoba memahami kamu dan isi kepalamu yang aku sendiri tak paham kenapa aku tak sekalipun bisa mengerti tentang itu. Aku diam. Aku merasa bosan. 

Bosan bahwa kita merasa satu sama lain tak lagi saling mendengar.  

Bosan utk paham bahwa kita masing masing selalu ingin dianggap benar. Bosan untuk selalu mengulang dari awal. 

Dan bosan untuk mengaku, ya kamu itu cinta untukku. 

Kisah ini entah kapan ada terang. Tuhan menemukanmu di saat aku sudah kehilangan banyak mimpi. 

Kita tak bertemu di Gereja atau di tempat ibadat lainnya agar kita sama sama tau kita orang beriman.

Kita tak bertemu di perpustakaan atau lingkup sekolah agar kita tau kita pribadi yang pintar dan mengutamakan pendidikan.

Kita bertemu di Kota. Salah satu cafe yang vulgar dan liar. Aku penyanyinya kamu tamuku. Menyebalkan. Kenapa harus menemuimu di situ. Tempat yang aku benci dan tak kuharapkan bertemu jodoh di situ.

Tapi Tuhan tak pernah salah. Paling tidak  itu yang masih aku yakini.

Banyaknya keributan dan pertikaian. Selisih paham. Bentrokan sistem kerja dan cara pikir, aku anggap itu batu kerikil yang dilemparkan Tuhan untuk menggoda. 

Aku percaya Tuhan memampukan. Segalanya akan indah tepat pada waktunya. 

Waktuku tak sama dengan waktuNya tp yang pasti waktu itu akan tiba. *RI*




   Ketika dua batu bersatu ..


*Untuknya yg g akan nyempetin waktunya buat baca ini..
Jakarta, 2014
Seperti kata Katty Perry "i will love you unconditionally.."


Selasa, 01 April 2014

Inspirasi

Saya tidak berharap banyak kpd pembaca  blog saya. Saya tidak merasa saya harus menjadi inspirasi bagi mereka para pembaca halaman saya. Saya juga masih tidak habis pikir dengan banyak artis yang koar koar ingin menjadi inspirasi.

Sedangkan, bagaimana mungkin kita bisa mengambil inspirasi dari mereka yang menghabiskan hidupnya untuk bisa menjadi inspirasi bagi orang lain? *RI*

Mantan Mantan

Dalam perputaran masa, mereka dihadirkan sebagai pembelajaran.

Masa lalu akan tetap tinggal sebagai masa lalu. Bukan hanya pelajaran bagaimana kemudian kita harus bersikap, mantan dihadirkan sebagai kaca benggala dengan orang yang bagaimanakah kita cocok.

Benar, anggap sebagai sebuah pelajaran. Mantan tidak akan menyesatkan selama kita mengenang kisah silam dengan cara yang tepat.

Move on lah pada pribadinya. Tapi tetap tinggalah pada warisan kisahnya yang mendewasakan.

Kisah lamaku tak sama dengan kisah lama pacarku.

Mantan adalah pembelajaran.

Aku terkekeh-kekeh sendiri membaca apa yang saya tulis. Selama ini bayangan masa lalu kadang mendadak ada yang akhirnya membuat saya semakin terpuruk dalam kesedihan.

Seharusnya seturut dengan apa yang saya tulis, saya bisa mendapatkan kedewasaan. Tapi nyatanya tidak. Bukan kedewasaan namun malah kekecewaan.

--Ah bisa saja kata kataku memanipulasi masa laluku sendiri. Sigh.

Apapun, mantan adalah kepada mereka, kita meninggalkan jejak hidup.

Sedih bahagia, senang susah, manis pahit, ingatlah kita pernah berputar putar bersama waktu, bercerita kepada masa, bahwa ya benar dulu mereka sempat ada.

Jika terlampau menyakitkanpun, hey wake up, they're already gone :)

Berbahagialah, tidak ada lagi kesempatan bagi mereka meracaukan hidup kita. *RI*

Ini Bukan Pelajaran Matematika

Dulu Mama pernah berkata, "Kamu itung-itungan nggak gablek gini mau jadi apa dek"

Saya sering drop dengan kata kata mama. Saya lemah dalam pelajaran aljabar. Saya membenci matematika dan pelajaran turunannya.

Jangankan perkalian, penambahan saya masih membutuhkan jari-jari tangan saya.

Saya tidak mengerti kenapa pelajaran itu ada. Matematika seperti diciptakan untuk membuat saya menderita.

Di kelas matematika, saya sering bikin ulah. Kalau tidak tidur, saya pasti bikin ribut. Betapa saya sangat membenci matematika.

Demikian saya belajar hidup.

Matematika adalah sama seperti cobaan Tuhan. Kadang hidup tak selamanya berada di garis datar. Kadang ada turunan. Sering ada tanjakan. Tergantung bagaimana reaksi kita.

Saya mungkin sudah gagal mengalahkan rasa benci dan ketidaksukaan saya pada matematika. Tetapi saya tidak akan pernah menyerah menghadapi dunia dan rintangannya. Saya tau saya bisa karena hidup saya bukan pelajaran matematika. *RI*

Legawa

Legawa atau pasrah. Pasrah adalah bentuk percaya. Pasrah itu berserah. Berserah. Bukan menyerah.

Menyerah berarti tangan sudah diangkat ke atas. Sudah tidak ada lagi yang mampu diusahakan karena tidak ada lagi kemauan yang tersisa.

Berserah adalah percaya untuk menumpukan segala harap dan kerja keras pada Tuhan.

Berserah bukan berarti kalah. Berserah bukan berarti lemah.

Butuh pribadi dengan kebesaran hati dan kematangan kedewasaan untuk bisa menjadi legawa.

Tuhan ada untuk membuat semua menjadi sempurna. Doa ada untuk mengalasi segala harap dan mimpi masa depan.

Ketika dunia bahkan serasa tak begitu bersahabat dengan harap. Ketika kenyataan begitu menjauhi segala mimpi, letakkanlah Tuhan sebagai poros. Tepat di tengah-tengah.

Jangan takut, Tuhan juga tau kita semua ingin maju. *RI*

Beretika 1

Saya sering sebal ketika mengantri toilet di mall. Sebal karena selalu saja ada yang tidak sabaran. Mengapa harus selalu terburu-buru? Mengapa sepertinya susah sekali untuk tertib dan disiplin.

Bukankah kalau antri, maka giliran akan berganti dengan cepat?

Kalau ngobrolin masalah terburu-buru karena masih ada urusan lain itu sepertinya tidak pas, mengingat itu adalah fasilitas umum. Banyak orang yang akan menggunakannya juga.

Mengapa lebih senang yang berdesak desakan daripada yang tertib mengantri?

Budaya antri di Indonesia semakin lama semakin langka. Banyak yang menjadi tidak sabaran dan tergesa gesa.

Sangat tidak nyaman jika menggunakan toilet dalam keadaan terburu buru. Mengapa tidak sabar dengan menggedor pintu dan bergumam, "kok lama banget sih", "antri kaleee", atau "cepetan dong".

Duh donya..

Membiasakan diri untuk antri. Hitung hitung melatih kesabaran. Melawan ego sendiri untuk selalu mau diistimewakan dengan didahulukan.

Satu lagi sebelum lupa.

Jika toilet sepi, bolehlah kita antri langsung di balik pintunya. Namun jika toilet penuh, apakah tidak lebih baik jika kita mengantri satu barisan saja. Antrian berdasar siapa datang lebih cepat maka dialah yang mendapat urutan awal. Bukan antri langsung ke pintunya. Karena toh mungkin saja mereka ada yang berkepentingan untuk tidak sekedar pipis saja melainkan -maaf- BAB atau mungkin ganti baju. Hal yang membutuhkan waktu lebih lama daripada cuma sekedar pipis.

Bagaimanapun juga, budayakan antri. Tertiblah. Mulai dari diri sendiri. Berlaku disiplin untuk hidup yang lebih nyaman. *RI*

Selingkuh Itu Tidak Indah


Saya berterimakasih bahwa saya menjadi pribadi yang setia tepat pada waktunya. 

Saya pernah selingkuh, diselingkuhi dan menjadi tempat selingkuhan. Semua sama saja. Sama sama tidak mengenakkan dan mewariskan mimpi buruk.

Sampai sini saya kok jadi speechless ya?

Sudahlah. Saya percaya proses pembelajaran orang berbeda-beda. Dulu saya sempat menjadi orang yang kerdil. Mau saja dibodoh-bodohi sama yang namanya cinta. Semua seperti sah sah saja kalau sudah menyangkut urusan cinta. Padahal itu hanya pembenaran saja.

Segala sesuatu yang diawali dengan tidak benar akan berakhir dengan tidak baik. Percayalah. Saya sudah membuktikannya berkali kali. Ehm.

Menyakitkan. Selingkuh itu menyakitkan. Baik bagi yang berselingkuh, yang diselingkuhi maupun yang menjadi tempat selingkuhan. 

Tidak ada indah-indahnya ketika kita selingkuh. Semua yang kita anggap indah itu hanya halusinasi dari tumpukan adrenalin kita sendiri. Rasa adrenalin yang terpacu itu seperti berubah menjadi candu. Takut ketahuan seperti menggeregetkan hubungan gelap. Ah bodohnya.

Apa yang mau diharapkan dari pasangan yang berselingkuh? Jika dari pasangan sendiri saja dia mampu berselingkuh, bagaimana juga dengan nasib yang diselingkuhi ke depannya? Berpikirlah secara rasional dan logis.

Selingkuh itu watak. Bawaan sifat dasar. Jangan pernah percaya dengan alasan mengapa dia selingkuh atau lainnya. Itu pembenaran. Pembenaran atas nafsu liarnya.

Watuk isa ditambani. Watak ora iso.

Ketika orang itu selingkuh, yakinlah besok besok kecenderungannya untuk selingkuh lagi akan besar.

Iya saya kapok. Saya kapok selingkuh dari pacar. Saya kapok jadi selingkuhan. Dan saya tidak mau diselingkuhi.

Semuanya tidak mengenakkan dan hanya membawa mimpi buruk di setiap malam. Rasa penyesalan yang tidak akan pernah habis. Rasa tidak percaya diri masihkah bisa untuk menjadi setia dan tahan godaan kanan kiri. Dan rasa tidak percaya pada pasangan. 

Sudahlah. Bermawas dirilah. 

Setia terhadap pasangan lebih tinggi harga dirinya dibanding dengan selingkuh sana sini.

Saya tidak percaya "rumput tetangga lebih hijau". Itu tidak benar. 

Daripada melihat rumput tetangga yang lebih hijau kenapa tidak memelihara rumput sendiri agar sama hijaunya. 

Bahkan siapa tau nanti rumput kita bisa jauh lebih hijau daripada rumput tetangga.

Iya kan? *RI*