jika uap teh tawar kekasihku kala senja sempat bertanya apakah ini? kujawab, ini halaman tuturan tentang besar kasih Tuhan pada seorang perempuan. Rahayu Rahayu Rahayu.
Kamis, 25 Desember 2014
Selamat Natal yang Tertunda
Senin, 15 Desember 2014
Tagar Bencana
Sabtu, 13 Desember 2014
Jika Kamu Adalah Salibku..
Jumat, 12 Desember 2014
Hai, Joe..
Riak Riak Kebenaran
Tak perlu kau repot repot membela diri. Kebenaran seperti halnya Tuhan. Ada tidak untuk dibela.
Alasan alasan yang hanya membenarkan sesuatu yang berumur sesaat itu sia sia. Sia sia karena kebodohan lagi lagi menjadi tak berguna.
Kenapa tak kau telan saja kebenaran itu? Pahit pare mungkin kalah pahit tapi demikian pula hidup. Sepahit apapun toh kita masih bisa bertahan. Jadi apa lagi?
Mencari pembenaran itu kadang melelahkan dan tak jarang hanya meninggalkan kekecewaan. Memangnya mau apa? Kamu tak selalu terlihat gagah saat kamu ada dalam koridor pembenaranmu sendiri. Menyedihkan. Buang buang usia hanua untuk terlihat benar di mata orang.
Kebenaran akan bersinar. Kebenaran akan ada. Ada untuk kau puja dan kau pertahankan saripatinya.
Benar bahwa kebenaran adalah kamu itu sendiri.
*RI*
datang juga hari itu..
Lagi lagi aku tak memperoleh inspirasi akan menulis apa dan bagaimana.
Semua terasa berhenti. Tersendat dan terdepak.
Selalu saja masa lalu kembali mengganggu. Betapa menyebalkannya menjadi seorang pencemburu. Tapi salahkah aku mengingini keseluruhan dari masamu?
Datang juga hari itu. Hari dimana kamu akan memintaku menjadi istrimu. Benar siapkah kamu mempunyai aku yang pencemburu?
Datang juga hari itu. Hari dimana kamu memintaku mencintai dan setia padamu. Sudah siapkah aku menerima seluruh masamu?
*RI*
Senin, 17 November 2014
Kemudian Entah Mengapa
Maka, Berbuat Baiklah
Jumat, 14 November 2014
Mencoba Menulis Lagi
Melangkah Dengan Iman
Jumat, 07 November 2014
Apa Adanya Kita
Dia Tau Saat Yang Tepat
Aku berharap aku terus mengingatMu tanpa harus ditegur terlebih dahulu.
Aku berdoa agar Tuhan menopang ketika tak ada satupun tangan yang bisa kupegang.
Aku tau Tuhan membuka setiap jalan. Jalan yang membahayakanku, ditutupnya rapat rapat.
Tuhan tau karena Ia menyelidikiku terlebih dahulu.
Tuhan memberi berkat. Agar kita tetap selamat.
Tuhan mempersiapkan segalanya dengan teramat sempurna.
Jika kali ini pahit dan menyakitkan, ingat Dialah yg paling tau saat tepat .
Jika Tuhan Belum Mengizinkan
Jika belum bisa naik ke atas, bukan tanpa sebab Tuhan membiarkan itu terjadi. Mungkin saja angin di atas masih terlampau kencang sehingga Tuhan belum mengijinkanmu serta merta berada di sana.
Bersyukurlah krn Tuhan membiarkan itu terjadi. Tuhan tak menginginkanmu utk berada di atas sebentaran dan kemudian jatuh tergeletak dan tak bangkit lagi.
Tuhan toh lebih mengenal siapa diri kita dan bagaimana sejatinya kita.
Dia menginginkan kita utk berada di atas dg selamat.
Jika Tuhan belum mengijinkan itu terjadi, bersabarlah. Tuhan mengerti kapan saat yang tepat agar kita tetap selamat. *RI*
Rabu, 29 Oktober 2014
Merepotkan Diri Sendiri - sebuah catatan -
Menikmati PanggilanNya
Sabtu, 25 Oktober 2014
catatan kaki
Lebih dari itu semua.
Menikah adalah memanggul salib yg sama. Kau salibku. Dan aku salibmu. Bertahan sekuat mungkin untuk berada di bawah salib yg sama.
Menikah bukan hal yang mudah.
Menikah adalah tentang menerima dan mengabdi. Bukan melulu tentang mimpi.
Jika kau tanya berat, banyak akan menjawab berat. Berat toh relatif. Berat bagimu belum tentu berat bagiku. Demikian sebaliknya.
Sanggupkah dan sungguh sudah siapkah utk menikah? *RI*
kami tetap tinggal sebagai kami
Minggu, 12 Oktober 2014
Tafsir Mimpi
Mimpi adl bunga tidur.
Saya ingat sekali bahwa sejak kecil saya selalu mengartikan dan menandai mimpi mana saja yang terjadi.
Mimpi adalah pertanda. Bagi yang percaya, tentunya.
Saya dulu utak atik buku Primbon tentang mimpi. Kuurutkan satu persatu. Kuteliti lagi. Kuaplikasikan dg diri sendiri. Iya, sebegitu selownya saya hingga punya banyak waktu menelaah mimpi sendiri.
(((Menelaah)))
Tafsir mimpi di buku primbon itu tak mutlak benar semua mengalami. Namun, sebagian besar mengalaminya. Noted ya.
Benar, bahwa mimpi adalah pertanda bagi yg percaya. Saya salah satu yg percaya bahwa mimpi adl sebuah pertanda. Contoh konkret begini:
Mimpi eek. Artinya mau dapat rejeki. Sejarah hidup saya mencatat, SMA kelas 3 sebelum UAN sy mimpi eek. Rejeki mungkin tak selalu berupa uang. Bagi seorang pelajar, juara 1 paralel nem tertinggi sesekolah adl juga rejeki yg super spekta. (Jumawa)
Yah, lagi lagi kembali lagi ke kita. Sekedar bunga tidur atau pertanda.
Tanpa pernah lupa, Tuhan pasti sudah berencana semuanya sedetail detailnya atas hidup kita.
Jadi, apapun mimpimu, minumnya tetap teh botol sosro.
*RI*
Sabtu, 27 September 2014
Tato Mbak Yeyen
Yang menarik hati saya waktu itu adalah konten dari tatonya.
Ask. Believe. Recieve.
Saya seperti ditampar. Saya disadarkan oleh tato mbak Yeyen. Selama ini saya memohon kepada Tuhan mungkin hanya dengan iman yang setengah-setengah. Tanpa saya sadar saya sering meremehkan kuasa Tuhan.
Saya suka nggak percaya pada saat berdoa. Pantas kalau saya tidak menerima paketan jawaban dari Tuhan.
Saya sering meragukan kuasa Tuhan. Berdoa meminta sesuatu tetapi setengah hati saya merasakan apa iya bisa terwujud. Apa iya Tuhan sanggup menjadikan saya seperti yang saya minta, padahal keinginan saya setinggi bintang di langit.
Saya lupa Tuhan berkuasa penuh atas hidup saya. Yang saya mau bisa saja dikabulkanNya namun toh pasti Tuhan mengevaluasi dulu apa yang terbaik bagi saya.
Siapa yang meminta dalam doa, dia akan menerima dengan kuasa Tuhan.
Simpel, tapi kok sepertinya susah sekali ya. Ah, aku masih percaya aku sedang disadarkan oleh tato mbak Yeyen. Ask believe recieve.
Terimakasih mbak Yeyen, walau tatomu sementara, tapi itu akan senantiasa saya ingat selamanya.*RI*
Jumat, 26 September 2014
Berjalan
Sesuatu yang menyakitkan layak utk ditinggalkan. Sesuatu yang hanya membuat luka layak untuk dilupakan.
Yakinlah bahwa dengan terus berjalan, kita sedang melupakan. Berjalan bermakna bahwa kita lebih kuat dari apa yang kita anggap menyakitkan.
Berjalanlah tanpa mengenal lelah.
*RI*
Rabu, 24 September 2014
Kadang Kita Perlu Iri Hati
Selasa, 23 September 2014
Senin, 22 September 2014
Merayakan Pagi
Salam Dari Februari 2015 Untukku dan Untukmu..
Tapi target tetap harus dipasang. Tanpa mengurangi rasa kasih dan iman kami kepada Tuhan.
Man disposes, God discloses.
Manusia merencanakan, Tuhan memutuskan. Ya semesta, kami berdua memutuskan untuk menikah pada tahun 2015 di bulan yang kedua.
Kami percaya niat yang baik akan menjadi berkat yang juga baik. Demikian kami ingin menjadi satu dalam kasih Kristus. Bersatu saling menerimakan dan sekaligus juga menjadi berkat satu sama lain.
Tuhan tau kami berusaha untuk maju.Semangat semakin tinggi mengingat
bulan Februari yang sedang menunggu kami. *RI*
Bertahan Dalam Kesesakan
Minggu, 21 September 2014
Semestinya Cinta
Cinta adalah komitmen. Setujukah? Saat kita memutuskan untuk mencintai, pada saat itulah kita memutuskan untuk siap jika sewaktu-waktu cinta berbalik menyakiti kita.
Jika kita belum siap untuk mencintai, maka jika sewaktu-waktu kita patah hati, maka akan susah untuk kita kembali bersemangat lagi.Sesuatu yang sudah patah, sudah rusak, walaupun bisa diperbaiki, namun bekas bekasnya masih akan tampak.
Patah hati memang adalah hal yang biasa. Dunia tetap akan masih berputar jika cinta terasa begitu menyakitkan. Matahari masih terus bersinar jika cinta berjalan perlahan meninggalkan.
Teman, cinta seharusnya menguatkan.Bukan melemahkan. Apalagi menyakitkan. Cinta adalaha kekuatan.
Sama seperti cinta Tuhan kepada kita. Tuhan tidak pernah menyerah sesakit apapun cinta itu kemudian. Semua karena Tuhan sudah berkomitmen. Berkomitmen untuk tetap mencintai umatNya walau kadang banyak dari umatNya yang kemudian membangkang.
Jadi, saat kita mencintai, siapkah kita untuk disakiti? *RI*
Senin, 25 Agustus 2014
THROWBACK
Melangkah Dengan Iman
Mudah mengatakan kata kata, tapi susah mengaplikasikannya. Hidup di dunia adalah tantangan. Kita ditantang untuk teguh pada prinsip sendiri atau ikut arus mana yg lebih menguntungkan. Jika kemudian jalan yg kita pilih salah, dengan enak kita menyalahkan Tuhan. Menganggap Tuhan sedang mempermainkan hidup kita. Mencobai kita. Padahal belum tentu.
Kita tau bahwa rancangan Tuhan itu indah untuk hidup kita. Bahkan melebihi segala harapan dan mimpi mimpi kita. Namun, entah pada kenyataannya kita selalu saja memaksa bahkan memonopoli kehendak Tuhan.
Kalau terkabul, luar biasa kita kemudian bahagia, namun jika tak terjadi dalam hidup nyata, hidup kita malahan menjadi hampa. Menganggap Tuhan tak sayang. Menganggap Tuhan tak adil. Tak fair. Padahal permasalahan yg sebenarnya ada pada diri kita yang belum siap untuk menerima.
Saya tegaskan. Hidup adalah tentang kesiapan. Siap atau tidak tergantung iman.
Kok bisa?
Iman adalah pedoman. Iman ikut menentukan langkah kita. Iman membimbing kita. Dengan iman kita memiliki keyakinan. Iman mendewasakan. Iman ada untuk senantiasa menemani kita.
Mereka yang putus asa adalah mereka dengan iman yang kurang.
Saya masih sering putus asa. Dengan dewasa saya harus mengakui, mungkin saya harus menggali iman saya lbh dalam.
Iya. Pengakuan adalah fase awal kita disebut beriman. Akuilah diri kita seperti apa. Terima karakter pribadi.
Saya bisa. Kamu bisa. Kita semua bisa. Percaya, Tuhan membuat kita semua beriman. Aplikasikan. Dan lihat, betapa dunia berubah lebih manis walau jalanan terjal menanjak dan berbatu. *RI*
Senin, 11 Agustus 2014
Biang Teler
Sebuah kisah dari negeri antah berantah...
Cerita ini lucu sekali. Dengan muatan moral yang saya pikir cukup menarik untuk di share sama teman teman semua.
Mari membaca :))
***
Tinggal seorang anak kecil dengan ibundanya di sebuah desa. Nama anak kecil itu Biang Teler -entah kenapa dinamakan Biang Teler-.
Mereka berdua hidup sangat miskin. Makanpun mereka kesulitan. Pekerjaan sang ibu tak cukup mengatasi kesusahan hidup mereka berdua. Makan sehari sekali sudah prestasi. Saking peliknya kondisi finansial mereka, sang ibu dan Biang Teler hanya bisa pasrah pada kehendak yang Kuasa tanpa berani mengeluh. Doa dan kerja terus saja diupayakan agar perekonomian membaik. Mereka terus percaya tangan Tuhan akan membaikkan kehidupan. Mereka percaya Tuhan sedang menyuruhNya menunggu.
Satu ketika sang ibu mendengar saudara jauhnya sedang mengadakan hajatan. Sang ibu berpikir bahwa mngkn ini rejekinya dan anaknya. Bisa makan enak. Dan karuan waktu nanti pulang bisa membungkus makanan sisa. Lumayan kan bisa untuk makan 2, 3 bahkan 4 hari.
Walau jauh, sang ibu dan Biang Teler semangat pergi ke rumah saudara. Berjalan jauh. Perlu waktu seharian penuh mencapai desa saudaranya.
Saudara jauh sang ibu ini adalah orang kaya. Keluarga terpandang di desanya. Rumahnya megrong megrong. Pesta diadakan 7 hari 7 malam. Tak ada alasan khusus. Hanya ingin menghabiskan uang saja. Beda jauh dengan sang ibu dan Biang Teler. Makan saja susah.
Ah dunia.
Saat sang ibu dan biang teler sampai ke rumah saudara jauh, kondisi mereka sudah kepayahan. Perut keroncongan. Kaki bergetar. Badan melemah belum ada asupan.
Mereka mempercepat langkah menemui sang saudara jauh.
Seperti sudah bisa ditebak, sang saudara jauh menolak kedatangan sang ibu dan Biang Teler. Diusirlah mereka. Saudara jauh malu. Lebih penting gengsi dan prestis dibandingkan saudara miskin.
Sakit hati sang ibu. Biang Teler menangis kelaparan. Mereka berdua berjalan pulang. Gagal mendapat makanan. Gagal bersua dg kerabat. Gagal.
Hujan disertai angin melanda. Sang ibu dan Biang Teler berteduh di sebuah pondok tak berpenghuni. Kotor. Namun bisa untuk berteduh. Biang Teler pucat pasi. Lemah. Kelaparan. Kelelahan. Sang Ibu berkata padanya, "Anakku tidurlah dulu. Akan kurebus batu itu. Jika tanak, kita akan makan bersama. Percayalah Tuhan membela kita."
Biang Teler percaya. Sang ibu mengambil sebuah batu. Ia membuat api dengan cara tempo dulu. Dan menyalalah api. Ia merebus batu dengan kuali yg ada di dekat situ. Ditunggui batu itu sampai empuk kemudian akan mereka makan. Lama sekali. Sampai mereka mengantuk. Merekapun tertidur berharap nanti kalau bangun batu tersebut menjadi empuk dan bisa dimakan.
Tak lama kemudian, air rebusan batu itu mendidih. Bukannya empuk, batu itu kemudian meledak.
Anehnya ledakan batu itu membuat pondok itu menjadi sebuah istana. Dilengkapi dengan harta kekayaan yang luar biasa. Dayang dayang dan punggawa yang tak terbayang banyaknya. Istana Biang Teler, kemudian mereka menjulukinya.
Kabar itu sampai juga pada saudara jauh. Ia mendatanginya untuk membuktikan kebenaran itu. Maka berangkatlah dan ditemui istana itu. Terkejut dan irilah dia.
Penasaran, saudara jauh bertanya. Sang ibu menjelaskan bahwa setelah dia diusir dia kembali pulang ke rumah dengan kelelahan dan kelaparan yg teramat sangat. Saat hujan, mereka tak sengajamenemukan sebuah pondok untuk berteduh. Saat lapar anaknya tak tertahan lagi, ia merebus batu kemudian tertidur. Kemudian batu tersebut meledak. Dan jadilah istana dg dayang dayang.
Saudara jauh paham. Kemudiam ia mencoba merekonstruksikan apa yg dialami sang ibu dan Biang Teler malam itu. Ia minta diusir dg tdk diberi makan. Sang ibu keberatan namun karena dipaksa akhirny ia mengusir saudara jauh demi permintaannya.
Saudara jauhpun pergi dan kemudian dlm lapar ia mencari cari pondok. Setelah menemukannya, ia mencari batu untuk direbus. Kemudian ditunggu sampai tertidur. Tak lama batu meledak. Dan bukannya menjadi istana megah, pondok itu malahan terbakar. Saudara jauhpun menangis dam kembali ke rumah sang ibu dan Biang Teler sembari minta maaf. *RI*
Jumat, 08 Agustus 2014
Pak Kemarin dan Ibu Besok
***
Pak Kemarin : Lhoh kan kemarin istri saya selalu bilang..
Bu Besok : Besoook...
Tetangga A menjawab. "oh oke. Besok ya."
Tetangga B menjawab. "Baiklah. Besok ya."
Berkata tetangga A, "Kan kemarin saya sudah bilang, besok ya."
"Tapi kan itu berarti sekarang?" Kata pak Kemarin.
"Sekarang itu hari ini. Besok itu setelah hari ini. Besok ya besok" kata tetangga A kaku.
Berjanji untuk menepati omongan dan perjanjian.
Minggu, 27 Juli 2014
Joana, Nama Gadis Kecil Itu..
Hai Joana. Ijinkan saya menulis tentangmu. Tentang senyum manis itu. Tentang hidupmu.
Joana, nama gadis kecil itu. Cantik sekali. Ibumu mengakui kecantikanmu nak. Dia mengasihimu dengan caranya. Jangan membencinya. Jangan mendendam. Dan yang terutama jangan mengkopipaste ibumu dalam dirimu.
Joana, nama gadis kecil itu. Cantik namun tak diinginkan. Mungkin waktu kedatanganmu yang terlalu terburu buru. Tapi nak, bukan salahmu. Juga bukan salah ibumu. Tak ada yang salah. Hidup terlalu indah untuk selalu menjadi kambing hitam atas semua masalah kita.
Joana, nama gadis kecil itu. Senyumnya manis. Menatap sesuatu. Nanar. Ah iya nak, aku lupa. Kau pasti rindu orangtuamu. Rindu sebuah tempat yang dinamakan 'rumah'. Rindumu aku tau. Aku pernah merasakan itu. Joana, Joana, ayah ibumu mengingatmu. Mereka bukan menolakmu. Mereka hanya tak siap nak. Mereka terlalu muda. Bukan salahmu. Bukan salah ayah ibumu. Bukan salah waktu. Waktu terlampau agung untuk kita salahkan.
Joana, nama gadis kecil itu. Alkisah, pernah jatuh dari tingkat dua. Ajaib, kau sehat tak kekurangan apapun. Lihat, betapa Tuhan mengasihimu.
Joana, nama gadis kecil itu. Maaf ya nak, dunia tak begitu ramah. Namun, bersyukurlah. Dunia menjadikan kita luar biasa dengan berbagai macam tantangan.
Joana, Joana. Tuhan mengasihimu. Tuhan memberkati bapak ibumu. Jangan menangis. Tetaplah tersenyum manis seperti itu.
Joana, PA Pondok Si Boncel
*RI*
Kamis, 17 Juli 2014
Maaf MeragukanMU
Kasih Tuhan itu nyata. Hanya kitanya saja yang kadang selalu diperbudak oleh keinginan dan permohonan yang membabi buta.
Hari ini doa saya dijamah Tuhan. Hari ini Tuhan menawarkan kasih lagi lagibm untuk saya dan keluarga saya.
Hati yang beku dicairkan, urat emosi dan dendam yang kencang dilemaskan.
Bodohnya aku sempat meragukan Tuhan.
Dulu berapi api mengatakan Tuhan kabulkan permohonanku. Sekarang sesudah dikabulkan malah malu. Meragukan bahwa Tuhan bisa melakukan semua di luar nalar dan logika. Meragukan bahwa Tuhan bisa berbuat lebih daripada yang kita mohonkan.
Malu ya.
Tuhan, maaf, bahwa aku sempat meragukan. *RI*
Hujan bolehkah aku bertanya sebentar..
Besok aku sudah tak lagi dikatakan muda. Tapi apalah arti sebuah usia jika kita masih berjiwa muda?
Bahwa hidup adalah mampir sebentar untuk minum perlu direvisi. Saya tidak setuju. Saya selalu minum air putih minimal 2 liter sehari. Saya butuh minum. Saya butuh air. Dan saya butuh waktu yang lama untuk minum air. Jadi saya tidak sepakat dengan kata cantik tersebut.
Hidup saya tidak sebentar. Meski belum sampai ke jenjang usia yang ke 60 tapi toh Tuhan masih sudi meniupkan kesempatan untuk bernafas sampai entah kapan. Sekarang ini sudah mengambil ancang-ancang ke usia 30. People says that life begins at thirty. Oke saya harus merevisi lagi. -maaf, tentu revisi ini teruntuk saya pribadi- Saya tidak sepakat. Menurut saya, hidup saya berawal saat saya kembali berjalan menemui dan mencoba mengenal Tuhan. Tiga tahun yang lalu. Saat roda saya sungguh diputar. Hati saya dijamah. Cerita hidup saya dibalikNYA. Perlahan, kadang pahit sesak dan sedikit menyakitkan, tapi lihatlah, sebuah potlotpun harus diraut dan kemudian digoreskan untuk bisa menghasilkan tulisan. Kenapa saya tidak?
Tiga tahun sudah Tuhan mengadakan jalan alternatif untuk saya. Luar biasa karena saya tak pernah merasa mengharuskan Tuhan menjamah segala doa dan permohonan saya.
Mungkin keadaan finansial saya sekarang tak jauh lebih baik dari dulu, tapi ketika saya meretret lagi, sungguh jiwa saya sudah bersemu merah muda. Katakanlah dulu berwarna biru tua semu abu abu. Hanya ada kepahitan. Hanya ada dendam. Kebencian dan luka adalah teman. Sepertinya tidak ada masa depan.
Saat ini sungguh saya sudah tenang. Saya sekarang bisa bersyukur dalam kenangan, jika dulu saya hanya berakhir dengan makian dan umpatan. Saya sekarang mampu mengatakan Tuhan Maha Baik, jika dulu saya hanya berakhir dengan protes betapa tidak adilnya Tuhan, betapa saya tidak pernah ditengokNya. Ah sungguh itu semua sudah berlalu. Berlalu bersama setiap regukan air putih yang mengalir di keringnya organ bagian dalam.
Hidup saya tidak sebentar. Tuhan memberi kelimpahan dalam hidul saya. Tuhan bersinar sinar menampakkan kebaikanNya.
Tidak ada lagi waktu untuk kembali ke masa lalu. Tidak ada waktu untuk menyesal kecewa. Sudah selesai semuanya. Tuhan telah menyeka air mata saya. MenggantiNya dengan segala yang tak pernah terpikirkan.
Hai hujan apa lagi yang harus saya minta kepada Tuhan, ketika kepadaku semua mimpi sedang mendekat berjalan? *RI*
Rabu, 16 Juli 2014
17 Juli Tahun Ini
Sebuah surat terbuka menanggapi ambal warsa bapak. Biar sekali kali dibilang saya ikut trend iklim dunia maya Indonesia. Sedikit sedikit mengirim surat terbuka hanya untuk mengungkapkan ketidaksepahaman seseorang kpd yang lain.
Tapi kali ini saya ingin mengirim surat terbuka untuk bapak saya sendiri. Seseorang yang secara tidak langsung memaksa saya untuk menjadi tegar dan mandiri.
Pak, tak perlu aku menanyakan kabar. Kabarmu akhir akhir ini sangat mengagumkan. Perkembangan kesehatanmu, semangat dan usahamu untuk mengembalikan arti 'keluarga' kpd kami bertigapun akhirnya berbuah manis.
Ulangtahunmu kali ini indah sekali ya pak.
Sempurna. Setuju kan pak?
Doa saya yang mana lagi yang belum terjawab? Semua sudah ada di depan mata. Semua termasuk kesehatanmu.
2014 ini Tuhan melipatgandakan kasihNya kepada saya, pak.
Bapak ingat, dulu saya selalu iri dan cemburu melihat teman teman saya yang ketika liburan menceritakan pengalamannya diajak berlibur oleh papi mereka masing masing.
Jangankan bercerita, kenangan liburan saya selalu berakhir dengan kibasan tangan menolak pergi kemana mana. Tangan itu dulu seharusnya menggandengku melihat banyak objek wisata di kota kita. Tapi aku tak menyesal sekarang. Tidak ada yang mengharuskanmu mengajakku berlibur. Mungkin jika aku waktu itu serinh kau ajak liburan, aku akan tumbuh dengan hidup mengejar hari libur, aku tak akan seperti sekarang, bekerja terus tanpa libur. Untuk apa liburan sedang pekerjaanku sudah merupakan rekreasi sendiri bagiku.
Bapak ingat, dulu saya sering sakit ketika bapak memukul saya untuk kesalahan yang cuma sebesar upil tumo. Kadang juga saya tidak menemukan kesalahan apa-apa tapi tetap ada pukulan yang mendarat di pipi. Tapi sungguh sekarang saya bersyukur atas perlakuan bapak itu. Jika saya tidak pernah dipukul seperti teman teman wanita saya waktu kecil saya mungkin akan menjadi wanita yang penakut. Wanita yang lemah. Ah perlu waktu bertaun taun untuk tahu bahwa tiap pukulanmu itu bermanfaat lho pak.
Kadang saya kerja pulang saat malam. Sepi dari lalu lalang kendaraan. Dimana orang kebanyakan sudah tidur, tersisa hanya hiburan malam. Iya itu pak tempat saya bekerja. Saya ngamen di cafe2 dari malam hingga dini hari. Saya berani kok pak jalan pulang di jalanan sepi. Di dalam tas saya selalu sedia gunting atau cutter. Sewaktu waktu ada yang ganggu, saya tak segan untuk menusuk orang. Hebat kan saya pak. Di saat wanita yang lain sedang manja minta diantar jemput ini itu, saya nekad pak. Saya adalah wanita berani. Saya tak takut menerima pukulan karena saya sudah terbiasa mendapat itu darimu. Itu ilmu tak langsung yang aku dapat darimu.
Pak, ini bukan satire. Saya tau bapak takkan sempat untuk mendengarkan saya bersastra karena bukan kuliah jurusan sastra yang bapak idam idamkan. Apalagi sastra Jawa. Mungkin itu seperti jurusan buangan untuk bapak. Entah aku tak tau apa maumu karena tak kau tak beri cukup waktu untukku mengenalmu. Dulu. Sekarang aku berkata lain.
Pelajaran hidup tak hanya datang pada yang bikin senang. Pengalaman kepahitan juga menimbulkan pengajaran yang lebih dalam.
Jika bukan engkau bapakku, aku tak mungkin menjadi sperti saat ini.
Jika dulu engkau sayang dan memperhatikanku, aku mungkin akan tumbuh menjadi wanita manja dan egois.
Jika dulu engkau tak seperti itu, aku tak punya cermin bagaimana harus bersikap menjadi orangtua kelak.
Bapak, selamat ulang tahun. Senang melihatmu sekarang. Jaga kesehatan pak, aku mau bapak melihat saya sukses agar bisa membalas budi bapak.
Yang dilahirkan istrimu sehari sesudahmu,
*RI*
Selasa, 15 Juli 2014
Pukul Enam Pagi
Pukul enam pagi. Tuhan tau DIA tak akan pernah mampu mengantuk. DIA juga pastilah bukan seorang penderita insomnia. DIA memang seperti itu, Tuhan yang tangguh. Apalagi di kehidupanku. Dari waktu aku dijadikan di muka bumi, jika disuruh mencatatkan tentang kebaikanNya, kertas sepanjang tembok Cina juga masih kurang pasti. Bagaimana tidak, semua diberikan untukku. Kalaupun aku mengeluh dan kecewa, Tuhan datang menepuk pundakku. Dengan berkata, "Cah ayu, sabar dikit aja masak ngga bisa". Dan tenanglah aku.
Ya mungkin realitanya tidak seperti itu juga, siapa saya sehingga Tuhan sudi menghampiri saya. Namun saya hanya ingin menunjukkan bahwa apa salahnya mengenal Tuhan sebagai pribadi yang dekat dan bersahabat.
KebaikanNya sungguh luar biasa. Tuhan saya adalah Tuhan yang ajaib dan penuh kuasa. Sedetikpun tak pernah Ia tidak menemani saya. Jadi bisa disimpulkan, saat saya mengalami kepahitan dan merasa ditinggalkan Tuhan, yang sebenarnya terjadi adalah saya yang berlari menjauh. Saya yang meninggalkan. Bukan saya yang ditinggalkan.
Pada pukul enam pagi. Saya meratapi kebodohan saya sendiri.
Iya saya bodoh. Ini tidak tentang mengutuk dan merutuk diri sendiri. Bukan. Ini deposit kekesalan yang selalu saja berulang.
Pukul enam pagi, saat mentari masih ada untuk menghangati bumi, semoga banyak waktu untukku untuk menaikkan madah puji. Tuhan, sungguh untukmu aku masih berkarya.
Maturnuwun nggih..*RI*
Jumat, 11 Juli 2014
Tentang Kekalahan
Orang yang tak pernah mencicipi pahit, tak akan tahu apa itu manis. (Confusius)
***
Kl memang hidupmu penuh kepahitan, Sering difitnah dan dicurangi, percayalah Tuhan sedang mempersiapkanmu utk sesuatu yg lbh besar..
Kalau kamu mengalami kekalahan, berbanggalah karena kamu telah diijinkan Tuhan utk mengalami kalah...
Ada beberapa orang yg blm pernah diizinkan Tuhan mengalami kekalahan. Lalu sekalinya dia kalah, dia frustasi smp mati.
Jadi, berbesarhatilah jika kamu kalah. Toh hidup bukan melulu ttg menang atau kalah.
*RI*
Rabu, 09 Juli 2014
Pesta ini 5 Tahun Sekali
Jiwa persatuan menjadi terpecah menjadi kubu Prabowo dan kubu Jokowi.
Masing masing timses mendiskreditkan tim yang lain. Yang panas semakin panas. Yang semula anyep pun ikutan panas. Banyak fitnah selama kampanye.
Minggu, 06 Juli 2014
Takut Tidak Ke Gereja
Ini bukan halaman tentang bentuk intimidasi Tuhan. Ini contoh kecil dari sedemikian banyak pengalaman tidak enaknya membolos misa.
Entah mengapa setiap saya memutuskan untuk tidak ke Gereja, tak lama setelah hari Minggu selalu saja ada masalah. Apapun bentuknya. Ada saja.
Bawaan hati selalu tidak nyaman. Rasa bersalah yang sedemikian hebat karena hanya sehari dalam satu minggupun mengapa terkadang masih berat dilakoni. Sudah sebegitu keterlaluankah saya sebagai manusia?
Saya tau itu sentilan kecil untuk saya dari Tuhan. Hayo Kiki kemana saja kamu masak datang ke rumahKu, masih tak sempat?
Teraktual adalah minggu lalu. Tidak ke Gereja karena memberati pergu ke mall di Jakarta. Keterlaluan saya memang. Dua pagi sesudahnya, saya mendapat kabar. Eyang putri saya masuk ICCU. Terjatuh dari WC.
Saya tau mungkin kebetulan. Tapi saya juga mempercayai bahwa di dunia ini tidak ada yang kebetulan.
Benar Tuhan tidak suka saya bolos misa. Eyang putri dipakaiNya untuk mengingatkan kebandelan saya.
Saya masih ingat saat saya disibukkan dengan pekerjaan, event dari pagi sampai malam. Senin sampai Minggu. Tidak ada waktu untuk misa. Padahal bisa jika dipaksakan bangun lebih pagi ikut misa jam pertama. Tapi kemalasan lebih kuat.
Tak lama job saya diambil oleh Tuhan. Saya jobless. Duit pas pasan. Pelajaran besar. Saya tak lagi berani tidak ke Gereja hanya karena padatnya pekerjaan.
No excuse.
Alasan apapun itu adalah pembenaran saja.
Tuhan berhak diutamakan. Tuhan berhak dinomorsatukan. Tuhan berhak tau kesungguhan kita mencintaiNya. Tuhan berhak memiliki waktu kita. Dan Tuhan juga berhak untuk mengingatkan kita melalui kepahitan.
Tuhan maha berhak.
Sekali lagi Tuhan tidak mengintimidasi. Tidak. Dia hanya mau kita tahu bahwa Dia memang berhak atas hidup kita.
Jadi, masih berani bolos misa Riz? *RI*
Merawat Senja
Tuhan semoga Engkau tak sedang sibuk,
Ada satu tanya menggantung di bawah perempat abad usia,
Tuhan,
Dengan siapakah Engkau ijinkan aku untuk merawat senja bersama?
*RI*
Jumat, 04 Juli 2014
Doa Awal Bulan
Tuhan Yesus, aku percaya Engkau menyembuhkan eyang putri saya seperti Engkau telah menyembuhkan bapak saya.
Dan saya percaya Engkau akan memulihkan keadaan finansial saya seperti Engkau telah menyembuhkan bapak dan eyang putri saya.
Amin.
*RI*
Senin, 30 Juni 2014
Andai...
Aku bahkan sudah berada di fase aku takut bbm menanyakan "mau berangkat jam berapa?" kepada mereka dengan penyakit ngaret yang akut.
Andai waktu lebih dihargai. *RI*
Memilih Untuk Bahagia
Apa sih susahnya berbahagia?
Bahagia menurutku bukan sebuah kondisi. Bahagia adalah sebuah keputusan.
Keluarga, harta, tahta bukan parameter sebuah kebahagiaan. Terlalu klasik.
Bahagia adalah keputusan. Keputusan untuk menerima kasih Tuhan apapun keadaannya.
Mau sedang susah, mau sedang apek, mau sedang berkecukupan bahkan berkelebihan, mau sedang dalam bencana ataupun kesukacitaan, kalau kita memutuskan untuk berbahagia, maka jadilah kita bahagia.
Tuhan hanya memberikan kita pilihan keadaan. Namun, Tuhan membebaskan keputusan apa yang kita ambil.
Nggak bisa dong kalau kita hanya bertahan menggantungkan diri dalam keadaan yang dikondisikan Tuhan, ya mau kapan kita akan bahagia?
Kebahagiaan sudah ada di tangan. Adalah keputusan mau digenggam atau dilepas, mari silahkan. *RI*
Kapal Oleng, Kapten
Saya percaya ketika kita hendak melompat lebih tinggi, kita perlu membawa posisi badan kita menjadi lebih rendah lagi.
Saya percaya dalam permainan catur, bidak yang dijalankan tak melulu harus maju. Kadang perlu mundur untuk bisa berjalan maju kemudian.
Saya percaya untuk memarkir mobil di mall tak selalu langsung mendapat tempatnya. Kadang harus berputar putar menghabiskan bensin juga tenaga dlm memutar setiran. Kadang harus menunggu mobil lain untuk keluar dan menggantikan tempatnya. Setelah mendapatkan tempat parkirpun, mobil tak begitu saja dg mudah masuk ke tempat parkir itu. Perlu maju mundur, menyesuaikan jarak kanan kiri. Dan bleng! Akhirnya mobilpun terparkir.
Bisa saja kita langsung menikmati mall tanpa repot memikirkan mencari parkiran. Cukup menitipkan kunci ke vallet service. Pasti dengan mengeluarkan uang yang lebih banyak daripada yg cari parkiran sendiri.
Ada juga lainnya yang mudah. Khusus bagi pengemudi wanita kini dimudahkan dengan adanya ladies parking.
Saya percaya semua hal berkesinambungan. Semua hal berkaitan.
Mungkin memang sekarang kapal saya sedang oleng, tapi saya percaya kapal saya dinahkodai Tuhan dengan macam macam manuver yg mungkin tak saya ketahui.
Saya percaya Tuhan sedang menjadikan saya dengan caraNya. Tapi Tuhan bolehkah saya menawar agar ini tak terlalu lama? *RI*
Minggu, 29 Juni 2014
Terbaik
aku adalah aku.kau adalah kau.aku tidak sama dengan engkau.apa yg ku perbuat belum tentu baik utk engkau.apa yg engkau perbuatpun mungkin belum tentu baik untukku.tapi apa yg jd kehendak Tuhan selalu akan jadi baik utk aku dan engkau.mulia lah Tuhan Yesus.amin.*RI*
Bapa Kami dalam Kontemplasi
"Sebuah renungan menjelang Ekaristi"
Bapa Kami
Jangan katakan Bapa,kalau kamu tidak berlaku sebagai anak setiap hari.
Jangan katakan kami,kalau hidupmu penuh egoisme.
Jangan katakan yang ada di surga,kalau kamu hanya memikirkan perkara duniawi.
Jangan katakan dimuliakanlah nama-Mu,kalau kamu tidak menghormati Allah semestinya.
Jangan katakan datanglah kerajaan-Mu,kalau yang kamu maksudkan adalah keberhasilan duniawi.
Jangan katakan jadilah kehendak-Mu,kalau yang kamu lakukan hanya yang kamu inginkan.
Jangan katakan berilah kami rezeki,kalau kamu tidak peduli terhadap yang lapar.
Jangan katakan ampunilah kesalahan kami,kalau kamu dendam kepada sesama.
Jangan katakan jangan masukkan kami dalam percobaan,kalau kamu tidak berniat berhenti berbuat dosa.
Jangan katakan bebaskanlah kami dari yang jahat,kalau kamu tidak tegas menolak kejahatan.
Jangan katakan amin,kalau kamu tidak serius menanggapi doa Bapa Kami.
***
(dari sebuah pesan singkat via bbm yg dikirim dari Bpk Johan, bos Excelso Cafe, waktu saya dan band ngamen di East Alfresco Mall @Alam Sutra setiap hari Jumat dan Minggu. Terimakasih pak. Saya masih ingat kebaikan bapak dan ibu yg menyediakan makanan kecil dan air putih utk kami. Waktu itu tdk ada jatah makan utk anak band. Hanya cafe pak Johan yg berbaik hati utk berbagi. Berkah dalem, pak). *RI*
Selasa, 17 Juni 2014
Aku Ada Untuk Berbahagia
"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4)
Saya berpikir apakah mungkin Tuhan meninggalkan saya. Saya kemudian berpikir lebih lagi, tak pernah mungkin Tuhan meninggalkan saya.
Tuhan mungkin di sana sibuk melayani banyak antrian doa dan permohonan. Menikmati setiap panjat syukur umatNya sekaligus juga banyak komplain serta keluhan. Sungguh aku membayangkan saking sibuknya Dia tidak mempunyai waktu lagi untuk memperhatikanku. Dan aku tak mau memaksaNya menyisihkan sedikit waktu bagiku. Siapalah aku.
Ternyata pikiran awamku salah. Tuhan tidak melupakan dan meninggalkan aku. Bahkan saat aku tersesat dalam dosa dan kesalahan yang aku berpikir aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri, Tuhan tetap setia.
Aku berbahagia.
Hidup di dalamNya aku berbahagia. Tuhan ada dan selalu ada.
Buat apa aku terus tenggelam dalam dosa masa kelam. Tuhan saja sudah melupakannya kan?
Aku berjalan dalam terang kasih Tuhan. Dekat denganNya aku berbahagia. Saat jauh dari genggam kasih Tuhan, entah apa lagi yang aku rasa berharga dan masih bersisa. *RI*
Senin, 16 Juni 2014
Jangan Menyerah di Tengah Tengah
Ada kala dimana kita merasa terpuruk. Merasa apa yang kita lakukan selama ini adalah sia sia dan tak berguna.
Tuhan tidak menginginkan kita menjadi manusia lemah dan ringkih. Dia membuat kita terjatuh agar kita bisa belajar untuk bangkit. Kita tidak akan pernah tau bagaimana susahnya bangkit jika kita tidak pernah mengalami pahitnya saat jatuh.
Tuhan nggak adil? Ah masak iya.
Coba ketika kita berada dalam posisi yang selalu enak dan diberi berbagai macam kemudahan, masihkah kita berani berkata bahwa Tuhan tidak adil? *RI*
Selamat Hari Ayah
Terlambat beberapa hari karena aku bingung memilih diksi paling tepat di paragraf paling awal ini.
Bersyukurlah blogku, bahwa kamu hanya terlambat beberapa hari saja. Coba kamu jadi aku dan bapakku. Untuk kembali ke kodrat sebagai seorang bapak dan anak, kami memerlukan waktu lebih dari 25 tahun.
Tuhan merancang agar kami selalu bersebrangan. Tak akur. Saling membenci dan tidak sudi untuk saling mengakui.
Iya, Tuhan yang menghendaki demikian.
Dia menghendakiku menjadi indah dengan caraNya yang lagi lagi tak bisa aku pahami.
Jika saja aku dan bapak dari kali pertama baik-baik saja mungkin aku akan menjadi seorang wanita manja yang malas dan semau sendiri.
Jika saja bapak dan aku tidak berseberangan mungkin aku akan tumbuh sebagai sesosok yang rapuh dan selalu bergantung pada orang lain.
Jika saja bapakku bukan dia, aku tak akan menjadi sebuah padas yang sama.
Bapak, sebentar lagi Juli. Sudah satu tahun ya pak dari Juli 2013. Cepatlah sembuh, semangatlah melawan penyakitmu.
Mari rayakan Juli kita bersama sama. Aku menunggumu di kota yang sama. Di Jakarta, kota akhir pelarian panjangku.
Satu hal, terimakasih Tuhan masih Kau beri kesempatan untukku memanggilnya, bapak.
Selamat hari ayah, bapak. *RI*
Minggu, 15 Juni 2014
Mengapa Harus Toilet Duduk ?
Lagi lagi saya ingin share tentang kondisi toilet umum banyak kota di Indonesia. Semoga sepaham. Kalaupun berseberangan, bukankah memang kita dikaruniakan kepala dengan isi yang tak seragam?
***
Tabik para pemilik fasilitas toilet umum di mall mall, pom bensin juga di tempat ibadah seperti Gereja, dan lain sebagainya.
Memang toilet duduk terlihat lebih bersih dan lebih kini. Namun dengan pemeliharaan yang kurang, kenyamanan pengguna menjadi terganggu.
Toilet duduk akan benar jika difungsikan sebagai toilet kering.
Sudah jelas bahwa toilet duduk tapi tetap saja ada yang menggunakannya sebagai toilet jongkok. Sudah begitu dengan enak (mungkin) jongkok dengan tidak melepas alas sepatu. Sehingga kotor dan joroklah tempat dudukan toilet tersebut.
Kurangnya kesadaran akan kebersihan dan pemahaman apa itu toilet kerinh mengakibatkan semakin kumuh dan bertambah parahlah toilet umum kita.
Saya juga tidak sepenuhnya menyalahkan mereka yang menggunakan toilet duduk dengan jongkok. Walaupun sungguh itu juga tidak bisa dibenarkan.
Saya berkaca pada diri saya apa yang akan saya lakukan ketika saya menemukan toilet duduk yang tempat dudukannya jorok. Mengusam dan ditambah dengan tidak keringnya proses pengelapan oleh penjaga WC. Bagaimana mungkin saya membiarkan diri saya cuek dan seakan tidak melihat kondisi itu. Kemungkinan besar saya akan menahan keinginan untuk pipis. Namun jika hasrat pipis sudah tak tertahankan, saya akan melap sendiri dudukan toilet sampai kering benar dan melapisi dudukannya dengan tissue. Jika benar benar kotor saya akan -terpaksa- ikut ikutan jongkok. (Semacam maling teriak maling ya saya?)
Saya tidak sampai hati membiarkan paha saya bersentuhan dengan dudukan toilet yang kusam dan menghitam. Saya tidak sampai hati juga cebok dan memegang shower yang jatuh dari tempatnya ke air yang menggenang.
Saya kadang juga tidak habis pikir dengan mereka yang cuek saja menggunakan toilet duduk dengan tetap duduk tanpa menyeka permukaannya terlebih dahulu. Apa tidak sadar mereka sedang di tempat umum. Banyak pengunjung yang datang dan kita tidak tahu siapa mereka dengan rekam medis yang bagaimana.
Mengapa toilet umum di negri ini jorok sekali?
Apa memang belum waktunya toilet umum di sini memakai toilet duduk? Apa benar kita masih harus pakai toilet jongkok? Apakah kesadaran akan adanya toilet kering yang bersih masih dibawah standar pemahaman?
Memang ada beberapa tempat yang menyediakan cairan semprotan antiseptic untuk dudukan agar lebih steril. Beberapa. Sebagian kecil tepatnya.
Banyak tempat yang tidak menyediakan tissue. Bahkan shower untuk cebok (entah itu disebut dengan apa). Ada yang karena memang shower itu sudah jadi satu di dalam toiletnya. Namun ada juga yang entah mengapa tak disediakan alat untuk cebok. Baik shower ataupun semprotan dr balik toilet. Seperti pada salah satu hotel di bilangan Semanggi. Jadi apakah yang dimaksudkan pengunjung toilet setelah pipis tidak usah cebok ya? Bagaimana jika kita BAB? Apa harus tidak cebok juga? Atau bagaimana saya gagal paham.
Kalau memang mau dibuat seperti di luar negri, duh Gusti, bagaimana bisa? Atau bukannya kita memang belum terbiasa ya?
Beda budaya beda pula life stylenya.
OMG!
Kembali lagi ke sudut pandang saya.
Apakah tidak lebih baik jika fasilitas wc umum dikembalikan seperti semula. Dengan toilet jongkok. Bukan toilet duduk. Masyarakat kita banyak yang belum nyaman dengan toilet duduk. Buktinya masih banyak yang maksain jongkok di toilet duduk to?
Jika memang fasilitas wc umum menyediakan toilet duduk, apakah tidak sebaiknya pemeliharaan toilet lebih diperketat lagi. Apakah mungkin?
Sok banget sepertinya saya ya. Namun saya berbicara tentulah ada alasannya. Ayolah wanita, lebih pekalah dalam menjaga kebersihan. Saya juga wanita. Wanita buang air kecil tidak bisa dengan berdiri seperti laki laki.
Dan jangan lupa banyak penyakit kulit dan kelamin yang menular dan bisa mengintai siapa saja. Kita tidak tau siapa saja yang menggunakan toilet tersebut. Maka berhati hatilah.
Bersihkan lagi dudukan toilet sebelum akan digunakan. Sekalah hingga benar benar kering. Kalau perlu lapisiah dudukan dengan tissue. Kalau bisa selalu bawa air dalam tas untuk cebok. Atau tissue antiseptic basah.
Jangan lupa buang sampah di tempatnya. Jangan memperparah kotornya sebuah tempat. Ikut bertanggungjawablah.
Saya tidak menyarankan untuk menjadi rempong seperti saya. Hanya saja, tempatkan kebersihan menjadi yang utama dalam poin hidup kita.
Bukankah kebersihan pangkal kesehatan? *RI*